NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23.Shopping

Adira dan Ricardo mulai merasakan kedekatan yang berbeda dari sebelumnya.

Mereka kini kerap menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita tentang kehidupan mereka yang penuh dengan liku-liku, maupun hal-hal sederhana yang mungkin dianggap remeh oleh orang lain.

Di setiap perbincangan mereka, selalu ada nuansa keakraban yang tumbuh, dan rasa nyaman yang semakin mendalam.

Seringkali, saat makan bersama di meja makan Ricardo yang mewah, mereka tertawa, berbagi kisah masa kecil atau sekadar berbicara tentang hari yang mereka lewati.

Obrolan yang awalnya canggung perlahan berubah menjadi sesuatu yang penuh dengan tawa dan kehangatan.

Salah satu momen favorit mereka adalah saat mereka saling bicara di sofa yang ada didepan jendela besar di ruangan itu, ditemani secangkir teh atau kopi hangat.

Di sana, keduanya bisa berbincang lebih santai tanpa gangguan dari dunia luar.

Pemandangan dari jendela begitu menakjubkan, dan Adira sering kali terpaku oleh keindahan bintang yang berkilauan di langit malam yang gelap.

Ricardo, yang menyadari kekaguman Adira, diam-diam memperhatikan wajahnya, senang melihat bagaimana Adira merasa lebih rileks di dekatnya.

Percakapan mereka di jendela selalu beragam.Namun bukan hal yang tentang pribadi. Kadang-kadang Ricardo bercerita tentang pekerjaannya , tentang hal-hal yang dia kelola, dan pengalaman-pengalaman berbahaya yang dia hadapi.

Sementara itu, Adira berbagi tentang perjalanannya sendiri, tentang masa-masa dia berkeliling negara lain sendirian.

Meskipun cerita mereka sering kali tak penting, ada kedamaian yang mereka temukan saat saling mendengarkan.

Di saat-saat lain, percakapan mereka bisa sangat ringan, bahkan konyol.

Mereka membicarakan hal-hal sepele, seperti makanan favorit atau kejadian lucu yang pernah mereka alami.

Adira terkadang menggoda Ricardo, menyebutnya sebagai pria paling serius yang pernah ia temui,

dan Ricardo akan tertawa kecil, mengatakan bahwa Adira adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya rileks dan tersenyum dengan lepas.

Candaan-candaan ini membuat suasana di antara mereka semakin akrab, mengikis jarak yang semula ada.

Ketika malam semakin larut dan suhu mulai turun, Ricardo akan meraih selimut dan menutupi tubuh Adira agar tidak kedinginan.

Gerakan lembutnya selalu membuat Adira tersenyum kecil, merasa bahwa di balik sikap dingin dan tegas Ricardo, ada sisi lembut yang hanya dia tunjukkan padanya.

Momen-momen ini sering kali diisi dengan keheningan yang nyaman, saat keduanya hanya duduk menikmati kebersamaan di bawah langit malam.

Perasaan hangat yang Ricardo dan Adira rasakan satu sama lain semakin tumbuh setiap harinya.

Hubungan mereka mungkin tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dalam setiap tindakan kecil,

seperti mengisi cangkir teh Adira atau menutupi tubuhnya dengan selimut, ada perasaan yang tak terucap namun jelas terasa.

Keduanya mulai memahami bahwa mereka saling melengkapi, dan meskipun masa lalu mereka penuh dengan luka, kebersamaan ini memberikan mereka harapan akan masa depan yang lebih baik.

Pada akhirnya, jendela itu menjadi tempat di mana Ricardo dan Adira merasa bebas, tempat di mana mereka bisa melarikan diri dari kenyataan yang kadang terasa berat.

Dengan pemandangan alam yang terbentang di hadapan mereka, keduanya tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka kini memiliki satu sama lain.

Jendela itu bukan lagi hanya sekadar tempat untuk menikmati pemandangan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari hubungan mereka yang terus tumbuh dengan kuat.

......................

Setelah menikmati sarapan bersama, Ricardo merasa ingin menghabiskan waktu di luar bersama Adira.

Dengan langkah pasti, dia pergi ke pintu kamar mandi dan kembali dengan membawa jaket hitam bertudung.

Jaket itu terkesan sederhana, tetapi potongannya yang tepat dan warna hitamnya memberikan kesan misterius.

"Ini untukmu," katanya sambil tersenyum, menggenggam jaket tersebut.

Adira yang berdiri di tempatnya hanya terdiam, merasakan kehangatan dari perhatian Ricardo.

Dengan lembut, Ricardo memakaikan jaket itu kepada Adira. Dia memastikan tudung jaket tertutup sempurna di kepala Adira, menambah kesan hangat dan aman di sekelilingnya.

Memandangi wajah Adira yang kini tersenyum di balik tudung, Ricardo merasakan perasaan hangat menyelimuti hatinya.

"Kita akan keluar sebentar,"

ujarnya dengan nada penuh semangat.

"Sungguh?"

tanya Adira dengan mata berbinar, tampak lebih bersemangat.

"Iya," jawab Ricardo,

"tapi tolong, jangan pernah dibuka tudungnya. Biarkan saja wajahmu tertutupi."

Ada keseriusan dalam suara Ricardo, seolah dia ingin melindungi Adira dari sesuatu yang lebih besar.

Dengan lembut, Ricardo menarik dan menggenggam tangan Adira yang kecil, merasakan betapa tangannya yang besar melingkupi tangan Adira dengan sempurna.

Mereka berdua melangkah keluar ruangan menuju mobil hitam dengan kaca gelap yang menunggu di luar.

Beberapa orang pengawal Ricardo mengikuti mereka, menjaga jarak tetapi tetap waspada.

Saat mereka berjalan, Adira merasa ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Keberadaan Ricardo di sampingnya memberikan rasa aman dan nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Setiap langkah terasa seperti awal dari petualangan baru, dan dia tak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah mereka berjalan keluar dari markas, Adira merasa berdebar saat melihat Ricardo menuntunnya ke mobil hitam dengan kaca gelap.

Ia merasakan ada yang istimewa tentang hari itu, meskipun Ricardo tetap diam dan tidak banyak bicara, sikapnya yang tenang memberi rasa aman.

Mobil meluncur melewati jalan-jalan Tijuana yang ramai, dengan suara mesin yang halus dan musik lembut mengalun di latar belakang.

Adira mengamati pemandangan sekitar, penuh warna dan kehidupan. Dari balik jendela, ia melihat pasar-pasar yang penuh dengan pedagang dan pelanggan, aroma makanan yang menggoda, serta senyum ramah orang-orang yang beraktivitas. Namun, ia tetap merasa penasaran dengan tujuan Ricardo.

Setelah beberapa menit berkendara, mobil berhenti di depan sebuah pusat perbelanjaan yang terlihat megah.

Ricardo mengulurkan tangannya, dan Adira menerima dengan rasa antusias yang semakin meningkat.

Mereka berjalan bersama menuju pintu masuk. Saat melangkah masuk, Adira merasakan atmosfer yang berbeda, lebih glamor dan ceria.

Ricardo mengarahkannya ke salah satu toko baju wanita yang terlihat menarik. Ketika mereka memasuki toko, Adira terkejut melihat berbagai pilihan pakaian yang cantik.

Ia melihat berbagai model baju yang menarik perhatian, namun, begitu menyadari maksud Ricardo, hatinya bergetar.

Ia hanya mengenakan baju-baju oversized milik Ricardo, yang selalu terasa terlalu besar untuknya.

Ricardo mengangguk mempersilahkan Adira memilih baju untuknya.

Dengan sedikit ragu, Adira mulai memilih beberapa baju yang dia suka, hanya dengan melihatnya tanpa mencobanya.

Ia merasa senang, meskipun sedikit canggung, menyadari bahwa Ricardo ingin membelikan baju untuknya. Momen itu terasa manis, dan ia merasakan kedekatan yang semakin dalam dengan Ricardo.

Setelah memilih beberapa potong baju, mereka kembali ke mobil. Di dalam mobil, suasana kembali hening.

Adira duduk di samping Ricardo, yang tetap fokus mengemudikan mobil. Meski tidak ada kata-kata yang terucap, Adira merasakan kehangatan di antara mereka. Hatinya dipenuhi rasa syukur dan harapan.

Di perjalanan pulang, Adira berpikir tentang bagaimana Ricardo selalu mengerti apa yang dia butuhkan, bahkan tanpa kata-kata.

Rasa hampa yang pernah menyelimutinya mulai terisi dengan harapan baru, berkat kehadiran Ricardo yang misterius namun penuh perhatian.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!