Kaisar Giok

Zhang Xuanye terkejut tatkala ke luar dari dalam kuil dimana Ji Shuyi berdiri di depan pintu.

"Kegelapan telah datang menutupi cahaya dan relik sang Dewi suci dicari keberadaannya. Kota reruntuhan kuno telah diketahui musuh,"ucap Ji Shuyi membuat Zhang Xuanye bingung sekaligus heran dengan maksudnya.

Ledakan mengguncang langit-langit bebatuan membuat mereka terdiam. Ji Shuyi segera ke luar dari reruntuhan kota melihat biksuni Aihua tengah bertarung dengan bayangan gelap. Zhang Xuanye hendak mengikutinya namun suara seseorang menghentikannya.

"Kegelapan telah datang mencari relik suci sang Dewi, kita harus menyelamatkan relik itu,"ucap biksuni Fengqing dengan raut wajah khawatirnya.

"Dimana relik itu berada?"tanya Zhang Xuanye.

"Ikuti aku,"jawabnya berjalan beberapa langkah dari kuil agung guanyin dan terlihat sebuah pagoda misterius.

Biksuni Fengqing mengajak Zhang Xuanye untuk masuk ke dalam pagoda tersebut dan ditunjukkanlah relik suci dari gulungan kuno.

"Gulungan kuno dari relik suci Hukum Kedatangan Sejati Penyelamat, Segel Teratai Bodhisattva dan Sebuah jurus Seribu Tangan Guanyin. Ketiganya adalah benda berharga yang dijaga oleh sekte Cixin di dalam reruntuhan kota suci,"ucap Biksuni Fengqing menjelaskannya.

"Lantas mengapa dan maksud dari kegelapan datang menutupi cahaya?'tanya Zhang Xuanye bingung.

"Alam iblis telah menyebarkan kegelapan ke seluruh alam semesta dan tempat yang hancur pertama adalah alam manusia,"jawab biksuni Fengqing.

Zhang Xuanye terdiam sejenak, mencerna informasi yang diberikan oleh Biksuni Fengqing. Wajahnya masih menunjukkan kebingungan, tetapi hatinya mulai dipenuhi rasa tanggung jawab yang semakin berat.

"Alam manusia..." gumam Zhang Xuanye dengan nada prihatin. "Mengapa mereka ingin menghancurkan dunia manusia? Bukankah alam iblis cukup dengan kekuatan mereka sendiri?"

Biksuni Fengqing menatapnya dengan mata penuh kebijaksanaan. "Kegelapan selalu mencari cahaya untuk dikuasai. Alam manusia memiliki hubungan khusus dengan dunia ilahi. Jika alam manusia hancur, kekuatan cahaya di seluruh alam semesta akan melemah. Oleh karena itu, relik suci ini sangat penting. Jika jatuh ke tangan iblis, keseimbangan akan terganggu."

Zhang Xuanye menunduk, memikirkan kata-kata Biksuni Fengqing. "Jika begitu, kita harus melindungi relik ini dengan segenap kekuatan kita," ucapnya mantap.

Biksuni Fengqing tersenyum tipis. "Itu memang tugas kita, tetapi kita tidak bisa melakukannya sendiri. Ada sekutu-sekutu lain yang akan datang membantu, tetapi kita harus cepat. Waktu tidak berpihak pada kita."

Saat mereka berbicara, suara ledakan keras terdengar dari luar pagoda. Zhang Xuanye dan Biksuni Fengqing terdiam sesaat, saling bertukar pandang dengan khawatir. Ji Shuyi dan Biksuni Aihua mungkin sedang bertarung mati-matian melawan kekuatan kegelapan di luar sana.

"Kita harus segera bertindak," kata Zhang Xuanye tegas. "Bawa gulungan itu, dan mari kita bergabung dengan mereka."

Biksuni Fengqing mengangguk, lalu dengan hati-hati menggenggam gulungan kuno tersebut. Dengan langkah cepat, mereka berdua keluar dari pagoda. Ketika tiba di luar, mereka melihat Ji Shuyi tengah beradu kekuatan dengan makhluk bayangan besar yang dipenuhi aura kegelapan, sementara Biksuni Aihua terluka di tanah, memegangi dadanya yang berdarah.

"Aihua!" seru Fengqing, segera berlari menghampiri biksuni muda itu.

Zhang Xuanye menghunus pedangnya, tatapannya penuh tekad. Ia berlari ke arah Ji Shuyi untuk membantunya. "Shuyi, aku akan menahan bayangan itu! Kau lindungi Biksuni Aihua dan Fengqing!"

Ji Shuyi mengangguk tanpa banyak bicara, matanya tetap fokus pada musuh. Dengan kekuatan penuh, Zhang Xuanye menerjang ke arah makhluk bayangan itu. Pertarungan dimulai dengan intensitas yang memuncak, serangan demi serangan menghantam keras, namun makhluk kegelapan itu tampak tak kunjung melemah.

Sementara itu, Biksuni Fengqing mencoba menolong Aihua. "Kau harus bertahan," ucap Fengqing lembut sambil mengobati luka-lukanya dengan tenaga dalam.

"Aku tidak bisa... menyerah sekarang..." kata Aihua pelan, suaranya gemetar. "Relik suci itu... harus dilindungi."

Fengqing menatap rekan seperguruannya dengan penuh kasih sayang. "Jangan khawatir. Kita akan melindungi relik ini. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik."

Sementara itu, Zhang Xuanye terus bertarung dengan penuh semangat. Meskipun lelah, ia tidak membiarkan kegelapan mendominasi. Dalam hatinya, ia teringat ajaran Guanyin dan mantra-mantra suci yang telah dia terima. Dengan konsentrasi penuh, ia mulai merapalkan mantra di tengah pertarungan.

Cahaya lembut mulai muncul dari tubuhnya, dan dengan setiap ayunan pedangnya, bayangan hitam itu mulai melemah. Zhang Xuanye merasa kekuatan spiritual dari mantra-mantra suci mengalir dalam dirinya, memberikan kekuatan baru.

"Relik suci... kita tidak bisa membiarkan mereka memilikinya!" Zhang Xuanye berseru dengan lantang, mengerahkan seluruh kekuatannya dalam serangan terakhir.

Makhluk kegelapan itu meledak dalam cahaya terang yang tiba-tiba, menghilang tanpa jejak. Zhang Xuanye terengah-engah, tubuhnya lelah, tetapi hatinya penuh dengan rasa lega. Dia menoleh ke arah Biksuni Fengqing dan Ji Shuyi, yang sekarang sudah berkumpul di sekitar Aihua.

"Kita berhasil... untuk sekarang," kata Zhang Xuanye sambil berjalan menghampiri mereka.

Biksuni Fengqing mengangguk. "Tapi ini baru permulaan. Kegelapan akan kembali, dan kita harus bersiap."

Zhang Xuanye berdiri di tengah reruntuhan yang hening, napasnya masih tersengal-sengal setelah pertempuran sengit itu. Meskipun kemenangan telah diraih, ia tahu bahwa ancaman belum sepenuhnya berlalu. Hawa dingin malam menyelubungi mereka, dan bayang-bayang kegelapan masih terasa di sekitar, seolah menunggu kesempatan untuk kembali.

Biksuni Fengqing membelai lembut rambut Biksuni Aihua yang terbaring dengan napas tersengal-sengal. Dengan tenaga dalam yang tersisa, ia berusaha menstabilkan kondisi Aihua. "Kau perlu istirahat," bisiknya lembut. "Kita semua butuh waktu untuk pulih."

Ji Shuyi berdiri dengan sikap waspada di depan mereka, tatapannya tak lepas dari lingkungan sekitar. "Musuh mungkin hanya mundur sementara. Mereka akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar."

Zhang Xuanye mengangguk. "Kita harus menemukan tempat yang aman untuk melindungi relik suci ini. Jika kegelapan berhasil menguasainya, seluruh dunia bisa jatuh ke dalam kehancuran."

Biksuni Fengqing menatapnya dengan tenang, namun ada kekhawatiran di balik matanya. "Kuil Guanyin ini telah lama menjadi tempat yang suci dan damai, tapi sekarang bahkan di sini pun tak lagi aman. Kita harus membawa relik ini ke tempat yang lebih tersembunyi. Tapi untuk saat ini, kita perlu menyusun rencana."

Zhang Xuanye berpikir sejenak. "Apakah ada tempat lain yang lebih aman? Tempat yang bahkan musuh tak dapat menembusnya?"

Fengqing termenung sejenak, lalu mengangguk pelan. "Ada satu tempat yang bisa kita tuju, namun jalan ke sana berbahaya. Tempat itu adalah Gunung Langit Utara, di mana Kaisar Langit Utara pernah menyembunyikan berbagai pusaka suci dari kekuatan kegelapan. Hanya para suci yang dapat menemukan jalan menuju gunung tersebut, dan hanya yang memiliki hati yang murni dapat memasuki kuil suci di puncaknya."

Ji Shuyi mengangguk pelan, menyadari pentingnya misi ini. "Jika itulah satu-satunya cara, maka kita tak punya pilihan lain. Tapi bagaimana kita bisa sampai ke sana? Musuh akan terus mengawasi setiap langkah kita."

Fengqing tersenyum samar. "Relik ini membawa kita ke sana. Gulungan kuno ini memiliki petunjuk tentang jalan rahasia menuju Gunung Langit Utara. Namun, perjalanan itu penuh dengan cobaan. Tidak semua orang bisa melewatinya dengan selamat."

Zhang Xuanye memandang gulungan kuno di tangan Biksuni Fengqing. "Apapun risikonya, kita harus mencoba. Relik ini terlalu berharga untuk jatuh ke tangan kegelapan. Sekaranglah saatnya kita bertindak."

Ji Shuyi mengangguk setuju. "Kita harus berangkat secepatnya sebelum musuh mendapatkan kekuatan baru."

Fengqing berdiri dan memandang ke arah reruntuhan kuil yang penuh dengan kehancuran. "Baiklah. Kita akan bergerak sebelum malam benar-benar menelan kita. Biksuni Aihua harus dibawa dengan hati-hati. Kita semua akan menjalani perjalanan ini bersama."

Setelah memutuskan arah mereka, kelompok kecil itu bersiap-siap untuk meninggalkan kuil suci yang telah lama menjadi tempat perlindungan mereka. Angin malam berhembus kencang, membawa bau tanah dan reruntuhan, seolah alam sendiri pun merasakan bahaya yang mendekat.

Zhang Xuanye berjalan di depan dengan pedangnya siap, diikuti oleh Ji Shuyi dan Biksuni Fengqing yang menopang Biksuni Aihua di antara mereka. Langkah mereka perlahan namun penuh tekad, meninggalkan kuil suci Guanyin dan menuju perjalanan yang jauh lebih berbahaya, namun penuh harapan.

Di kejauhan, awan gelap terus berkumpul, mengancam untuk menelan langit dengan kegelapan yang lebih pekat. Kekuatan iblis tidak akan menyerah begitu saja. Zhang Xuanye tahu bahwa mereka harus terus waspada. Namun, di dalam dirinya ada semangat yang tak tergoyahkan, sebuah keyakinan bahwa kebaikan masih dapat menang jika mereka cukup kuat dan berani untuk melawan.