Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mual
Arabella rasanya ingin memutar waktu kembali seperti sedia kala. Dimana dirinya tidak mengenal pria bernama Maher Malik Adhitama, tapi mau bagaimana lagi sepertinya takdir sudah menggariskan dirinya seperti itu dan sekarang Arabella hanya bisa meratapi kesalahannya dan bertahan untuk kedepannya.
Setelah istirahat di rumah, Arabella ingin menemui kedua orang tuanya yang sedang jualan. Dirinya juga merindukan kedua orang tuanya.
Meskipun dalam hati Arabella begitu takut memikirkan kenyataan dirinya.
Berjalan sekitar lima belas menit, setiap berpapasan dengan orang-orang Arabella selalu menampilkan senyum manisnya, meskipun dirinya tersenyum biasa, tapi bagi yang melihat Arabella memang memiliki senyum yang manis.
"Ara? Arabella?"
Arabella berhenti saat melihat wanita usianya tak juah darinya menyapa dan berhenti didepanya.
"Kamu Ara kan adiknya Samuel?" katanya lagi.
"Em, ya. kamu?" Arabella lupa-lupa ingat, ingat wajahnya tapi lupa namanya.
Wanita itu tersenyum. "Aku Vivian, kamu lupa sama aku?"
Arabella mengingat nama itu dan yah, dirinya baru sadar jika Vivian adalah tetangga rumahnya yang berjarak empat rumah.
"Vivian yang suka sama kak Sam."
Vivian tersenyum malu, saat Arabella adik pria yang dia sukai meyebutnya seperti itu.
"Em, jangan keras-keras malu." Kata Vivian sambil menoleh kanan kiri. "Kamu baru pulang dari kota?" Tanya Vivian.
Arabella tersenyum. "Iya, tadi baru sampai ini mau ke kedai bapak."
"Aku antar mau, sekalian mau beli bakso." Vivian menawarkan diri.
"Beli bakso apa mau lihat yang bantu jualan bakso?" Ledek Arabella.
"Ish, kamu ini." Vivian lagi-lagi tersenyum malu.
.
.
Di kantor Adhitama Grub, Maher merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Sejak dua hari tumbuhnya merasa tidak enak seperti ada masalah pada kesehatannya.
"Uhh kenapa pusing sekali." Keringat dingin muncul di permukaan kening Maher, pria itu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.
Ceklek
"Pak meeting lima belas menit lagi." Ucap Tio yang baru saja masuk keruangan Maher.
"Bapak sakit?" Tanya Tio yang melihat atasanya memejamkan mata dengan keringat dikening.
"Antar aku ke apartemen."
.
.
Sampainya di kedai Arabella tersenyum melihat ibu dan bapaknya sedang sibuk melayani beberapa pembeli, mereka belum sadar jika Arabella berdiri dibelakang mereka yang membelakanginya.
Sedangkan Samuel kakak Arabella hanya geleng kepala melihat adiknya yang ingin memberi kejutan untuk orang tuanya.
"Bu, pesan bakso sama es jeruk. baksonya gak pakai mie dan bawang goreng. satu lagi jangan pakai daun bawang." Kata Arabella dengan senyum.
"Kenapa pesanannya sama dengan-" Gumam ibu Arabella yang mengingat putrinya. Pesanan yang disebut baru saja sama dengan Arabella kalau makan bakso.
Karena penasaran dengan yang pesan, ibu Arabella berbalik untuk melihat siapa yang memesan, karena dari suaranya beliau juga seperti familiar.
"Ara!" Pekik ibu Arabella saat melihat gadis cantik tersenyum manis padanya.
"Ibu?"
Tangis haru karena bertemu dengan putrinya, rasa rindu yang mereka pendam kini tersalurkan dengan pelukan hangat.
"Ara, kamu pulang nak." Bapak Tiara ikut tersenyum haru melihat putrinya ada di depan mata.
"Iya pak, Ara kangen kalian."
Air mata Arabella tidak bisa ditahan, antara senang dan terharu bertemu kembali dengan orang tuanya, tapi dalam hati Arabella juga merasakan sakit dan sesak mengingat apa yang akan dirinya katakan tentang keadaannya.
"Maafin Ara, pak buk." Katanya dengan Isak tangis.
"Tidak apa nak, kami mengerti kamu lama tidak pulang pasti sangat sibuk." Kata ibunya sambil mengusap wajah putrinya.
Arabella semakin terisak, maafkan selain karena jarang pulang, dia juga meminta maaf untuk apa yang sudah dia lakukan. Arabella terjerumus dengan fenomena cinta yang indah membuatnya terlarut dalam jurang yang dalam.
"Kamu gemukkan nak?" Kata si ibu sambil mengamati tubuh anaknya yang sedikit berisi.
Arabella hanya tersenyum masam. "Ara banyak makan Bu, akhir-akhir ini." Kilahnya yang belum berani berkata jujur.
Setelah pelukan melepas rindu, Arabella memilih untuk membantu orang tuanya melayani pembeli di bantu dengan Sam. Keduanya begitu kompak saat kebersamaan seperti ini.
"Sudah Ara, biar ibu saja." Ibu Hani meminta sabun cuci piring yang di pegang Arabella.
"Tidak apa Bu, Ara bisa." Jawabnya yang kekeh ingin membantu.
"Tapi kamu baru datang pasti cepak." Ucap ibu Hani lagi yang kasihan melihat putrinya.
"Biarin aja Bu, di kota dia hanya makan tidur kerja, pasti dia tidak pernah ngerjain pekerjaan rumah." Kata Sam dengan senyum meledek.
Arabella mendelikkan mantannya menatap sang kakak yang meremehkannya.
Selain makan tidur dan kerja dia juga berolah raga, di ranjang misalnya.
Hingga beberapa saat mereka selesai berdagang dan semua telah habis. Kini mereka membereskan tempat jualan dan akan pulang.
Emph..
Tiara menutup mulutnya saat mencium aroma yang membuat perutnya langsung mual.
Huekkk
Arabella langsung berlari kesamping kedai dan memuntahkan isi perutnya.
"Ara kamu kenapa nak? masuk angin?" Tanya ibu Hani sambil memijat leher belakang Arabella.
Lelehan air mata seketika jatuh membasahi pipinya, rasanya begitu sesak hanya untuk bernapas.
"Ara hamil Bu!!" teriaknya dalam hati dengan pilu.
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘😘