Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30_Cemburu
Sore hari pun tiba, sekarang Maura sudah berada di rumah besar milik keluarga sang suami.
"Sayang udah pulang? gimana kerjaannya?" tanya mama Wina menyambut kedatangan sang menantu.
"Semua berjalan lancar ma." balas Maura dengan senyum di akhir.
"Bara telepon kamu?" tanya mama Wina dan mendapatkan gelengan kepala dari Maura.
"Tuh anak ya emang kalau udah soal kerjaan pasti fokus nya gak ketulungan." gerutu mama Wina dan di angguki oleh Maura yang memang tahu bagaimana sifat suaminya juga sudah fokus dengan pekerjaan.
"Mungkin masih kerja ma." ucap Maura karena memang perbedaan waktu.
"Iya juga sih, ya udah kamu bersih-bersih aja nanti turun buat makan malam ya." ajak mama Wina dan di angguki oleh Maura.
"Satu hari tanpa mas Bara rasanya berat banget." keluh Maura saat baru masuk ke dalam kamarnya.
Baru masuk saja dia sudah merasa kangen dengan suaminya, entah kenapa tapi dia ingin sekali memeluk tubuhnya.
Setelah bersih-bersih Maura segera turun untuk malam malam bersama, semua terasa menyenangkan karena Bianca yang terus membuat lelucon dengan papa mertua nya yang memang seperti mendapatkan tugas untuk menghibur Maura.
"Ma, pa Maura ke kamar dulu ya buat istirahat." pamit Maura.
"Kak aku tidur sama kakak ya, pingin tidur sama kakak mumpung kak Bara gak ada." ucap Bianca dan di angguki oleh Maura yang memang malas untuk tidur sendiri.
"Boleh ayo, tapi di kamar kakak ya." ucap Maura dan di angguki oleh Bianca.
Sampai di kamar tidur mereka langsung berbaring setelah sebelumnya sudah bersiap-siap dengan mengganti baju menjadi piyama kemudian sudah menggosok gigi dan cuci muka.
"Kakak kangen ya sama kak Bara?" tanya Bianca yang melihat kakak iparnya terus melihat ke arah telepon genggam yang tidak ada notifikasi nya sama sekali.
Maura pun menghela nafasnya panjang sebelum menaruh kembali telepon tersebut dan melihat sang adik ipar.
"Iya dek, kakak kamu kok gak telepon telepon ya? Apa di sana banyak banget pekerjaan nya? Tapi masa gak inget kalau ada istri nya sih di rumah?!" seru Maura begitu banyak pertanyaan di kepalanya namun dia tidak berani untuk menghubungi nya terlebih dahulu.
DREEETTT DREEETTT
Tak lama telepon nya berdering menandakan ada telepon masuk, dengan cepat Maura langsung menyambar telepon tersebut, wajah nya kembali berseri saat melihat siapa yang menelepon nya.
Maura: [Mas apa kabar? Aku kangen banget sama kamu.]
Maura dengan tanpa gengsi nya bilang kangen, entah lah seperti bukan Maura saja yang sering kali gengsi untuk mengungkapkan sayang nya beda dengan Bara.
Mendengar ucapan sang suami membuat Bara mengembangkan senyumnya di balik meja kerjanya itu.
Bara: [Aku juga kangen banget sayang, maaf gak bisa ngehubungi kamu soalnya banyak banget kerjaan di sini.]
Setelah itu mereka berbincang-bincang banyak hal hingga Maura ketiduran dan baru lah Bara mematikan telepon tersebut dengan Bianca yang sudah tidur juga di samping Maura.
.
Pagi harinya Maura sudah bangun dan bersiap-siap, entah hari ini tubuhnya terasa lebih bersemangat mungkin karena sudah mendapat kan kabar dari sang suami.
"Eh ada babu yang mimpi jadi princess nih!" seru Sonya saat melihat Maura yang masuk ke dalam ruang ganti cleaning service.
Dia awalnya ingin mengajak Mela untuk makan siang bersama karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 jam, dan Amura merasa bosan jika harus di atas terus, sendirian lagi karena mbak Bella ada meeting online dengan Bara.
"Kamu apa-apaan sih gak jelas, Mel ayo ke kantin." ajak Maura.
Sebelum mereka keluar Sonya lebih dulu menahan tangan Maura dan mendorong keras tubuh tersebut hingga membentur dinding yang terdengar begitu nyaring sekali.
"EH LO APA-APAAN SIH!" pekik Mela tidak terima jika Maura di kasari seperti itu.
"Temen lo tuh b*deg, gw ngomong sama dia malah diem aja!" ucap Sonya.
"Dia diem berarti gak mau urusan sama elo g*blok, gitu aja gak ngerti." ucap Mela yang begitu kasar sekali tapi itu semua karena Sonya dulu yang mulai.
Mela pun menarik tangan Maura pergi meninggalkan ruangan yang awalnya sepi menjadi ramai karena para cleaning service sudah kembali untuk istirahat.
"Kamu gak papa Ra?" tanya Mela mengkhawatirkan sang sahabat.
"Aku gak papa kok mel, makasih ya udah mau bantu aku tadi." ucap Maura dengan tulus.
"Ya udah lebih baik sekarang kita makan aja yuk laper nih, kamu mau makan apa Ra?" tanya Mela.
"Mie ayam mau?" tawar Mela yang langsung mendapatkan gelengan dari Maura.
"Aku mau nasi Padang aja deh kayaknya enak." ucap Maura begitu tergiur dengan masakan nasi Padang.
"Hah sejak kapan kamu doyan nasi Padang, perasaan kamu terlalu suka dengan makan bersanten deh Ra?" ucap Mela bingung dan hanya bisa mengkerutkan dahi nya.
"Gak tahu tapi aku pingin banget loh mel." ucap Maura.
"Ya udah aku pesenin ya, kamu tunggu aja di sini." ucap Mela dan di angguki oleh Maura.
"Ra." panggil seseorang saat Maura di tinggal sendirian oleh Mela.
"Pak Adit." sapa Maura balik.
"Kamu sendirian di sini?" tanya pak Adit yang duduk di samping Maura.
"Enggak pak, tadi nunggu Mela buat beli makanan." ucap Maura yang terasa kurang nyaman karena hanya duduk berdua dengan karyawan suaminya.
Entah kenapa Maura takut jika sang suami tahu kalau dia berbincang dengan karyawan nya, semoga saja tidak ada kejadian aneh aneh.
"Loh pak Adit makan juga? Ini Ra." ucap Mela sambil menaruh pesenan Maura.
Tanpa Maura sadari bahwa mata-mata sang suami begitu banyak, kedekatan nya pun langsung diketahui oleh Bara yang sedang meeting tersebut.
"Bella segera bawa Maura kembali lantai atas dan jangan suruh dia untuk makan di kantin." ucap Bara di sela-sela rapatnya.
"Ba... bak tuan."
Mbak Bella segera melaksanakan tugasnya, dia menjemput Maura langsung di mana di sana dia sedang berbincang-bincang dengan Mela saja karena Adit sudah pergi, apa lagi sekarang sudah waktunya untuk kembali bekerja.
"Ra." panggil mbak Bella dengan terburu-buru.
"Mbak bella kenapa?" tanya Maura begitu bingung karena melihat mbak Bella yang ngos-ngosan karena berlari menuju ke sana.
"Ayo ke lantai atas, ada pekerjaan yang harus kamu tangani karena gak bisa tangani, saya masih ada meeting dengan tuan Bara." ucap mbak Bella mencari alasan agar Maura mau ikut ke atas.
"Ya udah mbak sebentar ya." ucap Maura kemudian dia melihat ke arah Mela.
"Udah sana naik aja, dari pada nanti di marahin." ucap Mela yang tahu bagaimana posisi Maura sekarang.
TING
Pintu lift lantai tersebut terbuka dan menyiratkan hanya ada mbak Bella dan. Amura saja di lantai tersebut.
"Apa mbak yang bisa aku bersihkan?" tanya Maura yang percaya saja kalau dia akan di berikan pekerjaan.
Padahal mbak Bella sangat tahu kalau tuan nya sekarang sedang cemburu karena mendengar tentang Maura yang duduk di meja kantin bersama seorang cowok yang entah siapa Bara tidak tahu.
.
.
Bersambung.....