Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Pria asing
“Ya, hukumanmu adalah, kau harus tetap mengurusku, tapi sebagai suami sungguhan, karena aku akan segera menikahimu” ujar Ryo sambil menatap retina indah milik Aura.
“Me-menikah?!” ulang Aura yang segera menegakan tubuhnya.
“Ya, aku sudah mengurus perceraian dengan kakakmu, aku akan segera menikahimu”
Mata indah Aura berbinar bagai pantulan bintang yang paling terang di malam hari. Karena itulah memang keinginannya, memberikan palayanan seutuhnya pada Ryo sebagai suami, yang sebenarnya.
* **
Lima hari berlalu dari kejadian di apartemen Ryo. Aura diminta Ryo untuk tinggal di apartemennya selama mereka mengurus pernikahan dan Ryo kembali ke mansion.
Di siang yang cerah, Aura menelpon Ryo.
"Mas, maaf apa aku boleh tau, apa yang Mas lakukan pada Kak Jesica. Mas belum pernah menceritakan lagi tentang kak Jesica semenjak kejadian di apartemen tempo hari, jujur saja, itu mengganjal pikiranku, Mas" keluh Aura.
Terdengar hembusan nafas kasar dari Ryo di sebrang telepon. "Hm, baiklah kalau kau ingin tahu. Tapi apapun yang aku sampaikan, tolong kau jangan menyalahkan aku, karena dia memang pantas menerimanya"
"Iya, baiklah"
"Kakakmu saat ini sedang ada di dalam penjara wanita"
Seolah ada sesuatu yang menghantam kepala Aura, ia sangat terkejut dengan apa yang di katakan Ryo. "K-kenapa bisa di penjara, Mas? apa yang kak Jesica lakukan?" Aura tidak bisa menyembunyikan ke khawatirannya.
"Maaf Aura, sebenarnya dia tidak melakukan apa-apa. Tapi sebenarnya hukuman dari dosanya padamu dan padaku harusnya lebih berat dari yang dia terima saat ini"
"T-tapi bagaimana bisa kak Jesica di penjara?"
"Teman baikku, Fransisco, dia adalah Bos mafia. Aku sering mendapat bantuan darinya. Suatu hari dia menggelapkan uang mafia lain, ternyata ada polisi yang terlibat di dalamnya, jadi dia butuh seseorang yang bisa di korbankan untuk di jebak. Dia meminta tolong padaku untuk mencarikan orang yang bisa dijadikan kambing hitam atas kasusnya agar kawanku tidak tertangkap, tanpa pikir panjang aku menyanggupi permintaannya, kau kau pasti tau siapa orang yang ku korbankan itu"
"Tapi ...., aku masih tidak percaya ini, Mas. lalu berapa lama Kak Jesica akan berada di dalam penjara, dan bagaimana bisa Kak Jesica di penjara sedangkan dia tidak bersalah?" kumpulan pertanyaan mulai terlontar dari Aura.
"Yah, dia dipenjara paling hanya tiga sampai empat tahun, itu sebentar"
"Sebentar katamu, Mas?" Aura terdengar syok.
"Tenanglah Aura, dia pantas mendapatkan hukuman bahkan lebih dari itu"
"Lalu, kalau dia tidak bersalah bagaimana bisa dipenjara?"
"Itu mudah saja bagiku, Aura. Aku punya banyak koneksi dan banyak cara agar kakakmu bisa menjadi tersangka"
Aura terdiam sejenak. Mencerna apa yang saat ini terjadi pada kakaknya.
"Aura, bukankah tadi sudah ku katakan, apapun yang ku sampaikan jangan salahkan aku. Kau tahu kan kesalahan dia terlalu berat, bahkan menurutku di penjara adalah sesuatu yang ringan untuk menebus semua yang telah dilakukannya pada kita. Tadinya aku malah ingin membunuh kedua manusia brengsek itu"
"Yasudah lah Mas. Aku mau istirahat dulu. Aku tutup ya ..."
"Aura!, tunggu. Hey!" Ryo melihat ponselnya sendiri ketika tidak lagi mendapat jawaban dari Aura.
Ya, ia tak menyalahkan Aura jika ia syok ketika mendengar kakaknya di penjara. Tapi bagi Ryo hukuman itu seharusnya setimpal dengan apa yang sudah dilakukan Jesica selama Ryo lumpuh dan buta.
Ryo melanjutkan aktifitasnya seperti biasa. Sesekali ia kembali memikirkan rencana pernikahannya dengan Aura.
Tiba malam yang sedikit dingin mencekat. Sesampainya di mansion, Ryo melempar tubuhnya duduk di sofa ruang tengah. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia berfikir itu adalah Aura.
'Tom?' Alis Ryo sedikit bertaut. Anak buahnya yang di tugaskan menjaga apartemennya tiba-tiba menelponnya, apa berarti terjadi sesuatu dengan Aura, calon istrinya.
"Baiklah, aku akan segera kesana" Ryo buru-buru bergegas ke apartemennya.
Sesampainya di depan pintu lift lantai apartemen, Ryo sudah melihat beberapa anak buahnya dan juga beberapa pria yang sudah tergeletak di lantai dengan luka-luka lebam.
Ryo sambil berjongkok lalu meraup kasar rambut belakang salah satu pria yang sudah tergeletak kemudian melihat wajahnya. "Siapa mereka?," lalu Ryo menghempaskannya lagi ketika Ryo yakin tidak mengenalinya.
"Dia mengaku kakak dari Andrey, Bos" Tom menunjuk salah satu dari mereka yang terkapar. "Mereka kesini ingin balas dendam sepertinya" ujar Tom lagi, salah satu anak buah andalan Ryo yang berbadan besar.
"Aahh, Andrey ya. Bajingan itu lagi rupanya" Ryo berdiri tegak sambil membetulkan mantelnya.
"Bawa yang lain keluar, kalian urus mereka. Yang ini, bawa ke dalam" perintah Ryo pada anak buahnya.
Seorang pria yang mengaku kakak dari Andrey di seret kasar menuju pintu kamar apartemen yang di tinggali Aura.
Ketika Ryo mengetuk kamar Aura, kemudian wanita itu membukanya. "Mas Ryo?, hah! ada apa ini Mas?" tanya Aura dengan wajah heran sekaligus takut.
"Biar dia menjelaskan di dalam" ucap Ryo.
Di dalam ruang apartemen, pria itu yang sudah babak belur, penuh lebam dan sebagian wajahnya memar dan berdarah dipaksa mengaku apa yang akan dilakukannya di apartemen Ryo.
Dari penjelasannya, pria itu mengaku tadinya ia akan membalas dendam dengan cara menculik Aura dan menangkap Ryo.
Ryo tersenyum sinis dengan sudut bibirnya. "Sekarang siapa yang menangkap siapa, hah!" ujar Ryo sambil menepak kepala si pria.
"A-ampuni aku, Tuan" pinta pria itu dengan suara parau menahan sakit.
Tiba-tiba ponsel si pria itu berbunyi. Ryo memerintahkan anak buahnya untuk mengambil handphone pria itu.
"Andrey, Bos" ucap anak buah Ryo setelah melihat layar ponsel dari saku pria yang sudah lemah di lantai.
Ryo segera mengambil ponsel tersebut. "Jawab!" perintah Ryo pada si pria tadi. Kemudian Ryo menggeser tombol hijau di layar dan mengaktifkan load speaker.
"H-halo, Drey ..." jawab si pria setengah ketakutan.
"Bang! apa kau jadi ke tempat si Ryo itu?. Sudahlah Bang, batalkan saja niatmu. Mereka berbahaya, bisa-bisa kau yang kena nanti" suara Andrey dari sebrang telepon membuat Ryo tersenyum sinis.
"Betul katamu, tapi sayang abangmu sudah terlanjur bertemu denganku dan sebentar lagi kau harus menyiapkan pemakaman untuknya. Kalian memang berurusan dengan orang yang salah, dasar brengsek!" pekik Ryo.
"B-bang?, ini ... tu-tuan Ryo?. tolong jangan sakiti abangku!"
Ponsel langsung di buang ke lantai kemudian diinjak oleh Ryo. "Hey!, jangan pernah ganggu kami lagi. Sekali lagi aku melihatmu atau adikmu yang bodoh itu, aku pastikan kepala kalian sebagai gantinya" ujar Ryo kemudian berlalu dari hadapan pria itu.
"Urus dia!" perintah Ryo pada anak buahnya.
Ryo mendekati Aura. "Aku akan mempercepat tanggal pernikahan kita. Aku tidak ingin hal-hal seperti ini terjadi lagi"
"Iya, Mas. Terimakasih sudah datang"