Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA AYAH ANAKKU
Sesampai mereka di depan lobby, baik mobil Giorgio maupun mobil Dimi sudah standby di depan pintu menunggu sang pemilik kendaraan.
"Ayo!" ajak Giorgio dan Dimi bersamaan saat mereka berada di depan kendaraan mereka masing-masing yang berwarna merah dan putih.
Mobil mewah yang ditaksir miliaran rupiah itu bak sedang memperebutkan seorang penumpang cantik. Entah akan memilih naik mobil yang mana. Namun yang pasti yang berhasil dinaiki wanita cantik itu adalah pemenangnya.
Marissa menatap Giorgio dan Dimi bergantian saat kedua tangan pria itu terulur di depannya.
"Ya Tuhan ... Apalagi ini!" seru wanita itu dalam hati saat kembali melihat perseteruan dua pria tampan itu.
"Ayo, Isa. Kau bersamaku saja, tidak enak jika kita menumpang mobil, Tuan Adam," ujar Dimi saat melihat Marissa bergeming.
"Tidak, tentu saja aku tidak keberatan," sahut cepat Giorgio saat pria saingannya itu hendak meraih tangan wanitanya.
Giorgio dengan cepat menggandeng tangan wanita itu dan mengarahkan ke arah di mana mobilnya berada. Namun belum wanita itu melangkah, Dimi pun melakukan hal yang sama dengan menarik tangan Marissa hingga terjadilah adegan tarik menarik seperti benda magnet yang kita pelajari di Ilmu cabang Fisika.
"Biarkan dia bersamaku, Tuan Robert!" seru Giorgio seraya menyipitkan mata.
"Tidak! Tak perlu, Tuan Adam. Kami pergi bersama dan pulang pun harus bersama. Lagi pula, setelah ini kami akan kembali ke perusahaan ku," tolak Dimi halus tidak ingin kalah.
Dihadapkan di situasi seperti ini membuat Marissa bingung harus memilih siapa diantara dua pria itu. Bahkan ia harus menahan malu karena perbuatan kedua pria itu membuat mereka menjadi tontonan para karyawan dan tamu yang hendak keluar atau masuk ke dalam AG Company.
"Stop, please, Pak Dimi, Tuan Giorgio yang terhormat. Lihatlah! Karena kelakuan kalian yang kekanak-kanakan seperti ini membuat kita semua jadi bahan tontonan banyak orang. Bisakah kalian hentikan sekarang juga?!" desis Marissa pelan seraya melihat ke arah dua pria tampan itu bergantian dengan tajam.
"Oke, tapi kau tetap pergi bersamaku dengan mobilku. TITIK!" kata Giorgio tegas seraya menarik tangan wanita itu menuju mobilnya.
Marissa yang tahu dengan sikap keras kepala Giorgio yang tidak ingin dibantah seperti biasanya pun sudah terbiasa dengan hal itu. Namun berbeda dengan Dimi yang semakin merasa ada hal janggal yang terjadi diantara dua manusia yang berbeda gender itu tanpa ia ketahui.
Mungkin setelah keadaan kondusif, dirinya akan menanyakan langsung pada Marissa perihal hal ini. Namun untuk sementara, ia akan mengikuti apa yang diputuskan wanita itu.
*
*
Marissa tersenyum kecil saat sudah berada di dalam mobil yang akan membawanya menuju restoran untuk makan siang mereka.
Ya, mereka. Karena di dalam mobil itu tidak hanya ada Marissa seorang. Namun juga ada Giorgio dan Dimi yang duduk di antaranya.
Jangan tanyakan wajah pria pria itu, lecek seperti pakaian yang belum disetrika.
Flashback on...
"Pak … kita ikuti saja keinginan dari, Tuan Giorgio. Toh kita juga akan bertemu di restoran itu nanti bukan!" seru Marissa .
"Tapi—" ucapan pria tampan itu terhenti saat melihat wajah memohon wanita di depannya itu.
"Please, Dimi please!" pinta wanita itu dengan wajah dibuat seimut mungkin.
"Hem … baiklah," jawab pria itu pasrah.
Akhirnya Dimi melepaskan cekalan tangan Marissa dengan berat hati. Dan berjalan menuju mobil. Namun bukan mobil miliknya melainkan mobil Giorgio yang berwarna merah itu.
Flashback end.
"Hei, apa yang kamu lakukan di sini?!" tanya Giorgio ketus pada Dimi yang ikutan naik ke dalam mobilnya.
"Bukankah Anda mengajak kami makan siang bersama?" Bukannya menjawab pertanyaan saingannya itu, pria itu malah balik bertanya. Dan terjadilah kembali adu mulut keduanya.
Marissa menghela napas melihat pertengkaran kedua pria di samping kiri dan kanannya.
"Pak Roby, bisakah Anda saja yang mengantarku makan siang? Biar kita berdua saja yang makan siang. Dan kedua cecunguk itu … kita tinggalkan saja mereka disini. Ayo!" seru Marissa yang hendak berpindah duduk maju ke depan namun tiba-tiba kedua bahunya ditahan oleh dua pria itu.
"Baiklah baiklah, kita jalan sekarang," Giorgio memilih mengalah pada wanitanya dan menyuruh Roby segera menjalankan mobil. Dan pria yang sekarang merangkap menjadi sopir dadakan itu pun segera melajukan mobil menuju restoran yang tidak terlalu jauh dari arah kantor mereka.
Sesampainya di dalam restoran, mereka memesan meja untuk empat orang kemudian waiter mengantar mereka menuju meja yang sudah dipesan.
Setelah memesan makanan, sekitar dua puluh menit kemudian, tampak beberapa waitress mengantarkan pesanan mereka dan meletakkan di atas meja bundar dengan diameter sekitar satu meter, ditengahnya terdapat papan bundar yang dapat diputar searah tiga ratus enam puluh derajat dan meja tersebut biasa disebut juga lazy susan atau istilah lainnya dumb waiter atau pelayan bisu.
Dan untuk kesekian kalinya, kedua pria dengan ketampanan yang tidak jauh berbeda itu kembali berseteru hanya karena ingin mengambil makanan yang berbeda. Dan terjadilah aksi putar memutar diantara keduanya hingga membuat Marissa dan Roby mendesah panjang karena akan melihat perseteruan dua pria keras kepala itu dalam waktu yang lama seperti yang sudah-sudah.
*
*
"Terima kasih, Tuan Adam atas makan siangnya. Harusnya saya yang menjamu, Anda. Mungkin next time kita bisa makan siang atau makan malam bersama," ucap Dimi basa basi. Namun, lain dimulut lain juga dihati.
"Oh God … semoga ini yang terakhir aku makan bersama pria pemaksa plus arogan itu," kata Dimi dalam hati seraya mengulas senyum. Ya.. senyum palsu.
Hal yang sama pun diucapkan Giorgio dalam hati yang berharap tidak akan pernah lagi makan bersama. Walau itu hal yang mustahil.
"Terima kasih untuk hari ini, Tuan Adam, Pak Roby," pamit Marissa sopan seraya sedikit menunduk ke arah dua pria di depannya. Kemudian setelah itu masuk ke dalam mobil mewah milik Dimi yang entah sejak kapan mobil putih itu sudah berada di depan restoran.
Giorgio mengepalkan tangan saat melihat wanitanya pergi bersama pria yang kini sudah masuk ke dalam daftar musuhnya. Bukan musuh seperti daftar orang sebelumnya, namun Dimi masuk ke dalam musuh ranah pribadinya.
Giorgio tipe pebisnis profesional yang mampu memilih dan memilah mana urusan pribadi dan mana urusan bisnis. Namun entah kenapa pria itu berharap tidak lagi pernah bertemu dengan Ceo dari RG Company itu.
Walau itu hal yang mustahil sebab mulai hari ini mereka bisa dipastikan akan selalu bertemu karena proyek kerjasama kedua perusahaan mereka.
Karena perdebatannya dengan Ceo dari AG Company tadi membuat schedule meeting dengan perusahaan teman lamanya Sean harus ditunda hingga besok pagi karena waktu yang tidak memungkinkan karena mereka baru menyelesaikan makan siang mereka saat sore menjelang.
"Isa," panggil Dimi saat mereka sudah berada di depan perusahaannya.
"Ya!" jawab wanita itu.
"Heum.. apa kau kenal dengan tuan Adam sebelumnya?" tanya Dimi pada akhirnya. Mulutnya begitu gatal ingin menanyakan soal Giorgio pada wanita itu sejak tadi.
"Tentu saja kenal, dia adalah ayah dari anakku ini." Jawab Marissa sembari mengelus perutnya yang terlihat mulai membuncit.
Ingin rasanya mengatakan hal itu pada sahabatnya, namun apa daya nyalinya tidak cukup banyak dan berani mengatakan yang sejujurnya pada Dimi.
Ia tahu betul watak keras pria di depannya, karena sejak mereka remaja pria itu selalu menjadi pelindung ketika mendapat kesulitan dalam hidupnya.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼