Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 8. AMP
Gema menggeliatkan tubuhnya ke samping sembari tangannya meraba-raba dalam keadaan mata masih tertutup. Akan tetapi. ia merasa ada sesuatu yang aneh lantaran dirinya tak mendapati tubuh suaminya yang kekar tidak berada di sampingnya, seketika netra indahnya terbuka dengan perasaan kecewa.
“Mas Dewa, tidak pulang semalam padahal ini sudah siang.”
Wanita itu menurunkan kakinya satu-persatu dari ranjang. Dia berjalan keluar kamar menuruni anak tangga dengan antusias menuju ruang tamu lalu membuka korden rumah mengintip dari dalam berharap Dewa tidur di dalam
mobil, tetapi harapannya pupus. Di pekarangan rumah tidak ada mobilnya bahkan sandalnya saja tidak berada di rak.
“Bik Sumi, Bapak semalam apa sempat pulang?’
“Sepertinya tidak Nyonya, karena Bibik tidak mendengar bunyi pagar rumah terbuka dan juga tidak ada suara mobil Bapak masuk garasi."
Gema menelan ludah kekecewaan. Bagaimana tidak kecewa Dewa tidak pulang minta maaf ataupun memberi kabar terlebih lagi sikapnya yang amat posesif dan curigaan membuat Gema tidak bisa melangkah bebas. Setiap langkah kaki dan lawan bicaranya selalu Dewa perhatikan, padahal istrinya tahu batas-batas seorang wanita bersuami jika bergaul dengan lawan jenis.
“Jika aku telepon Papa Baskara tanya Mas Dewa ada di rumah Papa atau tidak, nanti pasti Papa akan berfikir kalau aku sama Mas Dewa ada masalah, sebaiknya tidak. Aku tidak ingin memperkeruh keadaan. Masalah rumah tangga sebaiknya kalau bisa di selesaikan sendiri jangan menceritakan pada orang lain termasuk orang tua,” Gema berbicara pada dirinya sendiri sambil berjalan mondar-mandir. “Mas Dewa pasti tidak melakukan sesuatu yang melanggar agama apalagi berselingkuh,” batinnya.
Wanita mana yang tidak berfikiran negatif jika suaminya tidak memberi kabar semalaman dan tidak tidur di rumah. Pasti rasa khawatir, takut menyelimuti pikirannya. Di dalam suatu hubungan komunikasi itu penting karena dari komunikasi bisa terhindar kesalah pahaman, pertengkaran dan yang pasti hubungan akan menjadi lebih erat.
Tidak berselang lama dering telepon rumah berbunyi.
“Itu pasti Mas Dewa,” ucap Gema pelan. Dia segera menjawab teleponnya.
Gema: Hallo
Baskara: Hallo Gema ini Papa, Papa ingin bilang semalam Dewa menginap di rumah jadi kamu tidak perlu khawatir. Dia sekarang sedang ada di kantor.
Gema: Pa, terima kasih sudah memberi kabar Gema.
Baskara: Papa cuma pesan selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin.
Gema: Baik Pa.
Selesai berbicara. Gema menutup teleponnya kemudian meletakkan gagang telepon.
“Syukurlah Mas, apa yang aku pikirkan benar. Kamu tidak berbuat yang tidak pantas di luar sana kamu lebih memilih pulang ke rumah papa,” batin Gema sembari mengelus dadanya.
Gema mengelus perutnya dengan wajah berseri-seri. Dia bergegas memasak membersihkan rumah bersama Bik Sumi. Dia menyiapkan semua makanan kesukaan suaminya dari ayam bakar, udang goreng, sayur sop dan tempe
berselimut tepung. Berharap saat Dewa pulang tidak marah-marah lagi dan sedikit melunak sikapnya. Di dalam hatinya, Gema merindukan Dewa yang dulu yang tidak pernah bersikap kasar padanya apalagi sampai main tangan seperti saat ini. Dulu Dewa pria yang baik hati, penyayang dan lembut meskipun posesif. Terlalu bahagia dan sibuk sampai membuat Gema lupa untuk menghubungi suaminya.
***
“Sebaiknya aku pulang ke rumah atau tidak, ya,” ucap Dewa sembari menyetir mobil. “Tapi sepertinya Gema tidak khawatair, dia pasti asik-asikan teleponan sama mantan pacarnya di saat aku tidak ada. Dia pasti ingin aku pergi terus dari rumah agar dia lebih leluasa berhubungan dengan mantan sialan itu!” pekik Dewa sembari memukul setir mobilnya. “Pantas saja dia tidak mencariku!”
Dalam perjalanan pulang dari kantor Dewa terus menggerutu menuduh Gema berselingkuh. Bagaimana tidak saat reuni Gema di hampiri mantan pacarnya meskipun Gema sudah menjaga sikap, tetapi di mata Dewa itu suatu
larangan keras berkomunikasi dengan lawas jenis.
“Ah sungguh Sial, aku gak mau keluargaku seperti Papa yang berantakan dan bercerai.”
Suara getar ponsel berdering keras. Dewa merogoh ponselnya di dalam saku celana. Dia menatap layer ponselnya, tetapi tidak ada telepon masuk.
“Bukan ponsel aku yang bunyi, terus ponsel siapa yang bunyi? Kenapa belum berhenti?” ucapnya sendirian.
Dia menoleh ke jok belakang. Akan tetapi, tidak ada ponsel di atas kursi. Bunyi dering ponsel itu terus berbunyi sampai dia merunduk mencari arah suara tersebut.
“Ah, ponsel siapa sih yang ada di dalam mobil aku. Apa mungkin ponselnya Mahesa terjatuh,” tuturnya sembari tangannya meraba di bagian bawah kursi, sampai akhirnya dia menemukan ponsel berwarna putih. “Ini kan
ponsel Gema. Merry telepon, ada apa ya?” Dewa penasaran lantaran ponselnya terus berdering. “Sebaiknya aku diam dulu sampai Merry bicara. Siapa tau mereka sedang merencanakan sesuatu.”
Merry: Gema lama sekali terima telepon aku. Kamu dari kemarin aku kirim pesan kenapa tidak membalas? Kamu marah sama aku, kamu kenapa Gema?
Dewa: Hallo, ini saya suaminya. Ponsel Gema ke bawa sama saya
Merry: Oh, maaf ya Dewa. Aku gak tau kalau ponselnya sama kamu, jadi main nyerocos saja aku nya. Iya tolong sampaikan saja pesan untuk Gema agar memberi kabar
Dewa: Iya, nanti aku sampaikan.
Dewa menutup telepon setelah Merry mengakhiri telelponnya kemudian segera membuka ponsel Gema memeriksa pesan yang masuk. Ya, Dia menemukan sebuah pesan dari Merry yang menanyakan keadaan Gema sepulang dari
acara reuni.
“Maafkan aku sayang,” Spontan Dewa berkata dan merasa bersalah.
Akibat rasa curiga dan amarahnya yang meledak-ledak Dewa sampai hati menyakiti perasaan istrinya lagi dan yang lebih parah adalah menfitnahnya berselingkuh dengan mantan pacarnya, Andrean.
Kalau saja Merry tidak menelepon Gema, entah apa yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka. Dewa pasti akan menyiksa lahir batinnya Gema. Meskipun berulang kali Gema memaafkan berulang kali juga Dewa selalu
mengulangi kesalahannya.
Dewa memang sangat mencintai Gema. Dia berjanji akan selalu menjaganya dengan baik. Menerima segala kekurangan dan kelebihan Gema dan tak akan mengeluh karena bagi Dewa, Gema adalah nyawanya. Akan tetapi, rasa cinta yang sangat besar itu membuat mata Dewa tertutup perasaan curiga dan kecemburuan yang tidak wajar akibat masalalunya yang membuat dia merasakan trauma sampai sekarang.
Dewa melajukan Kembali mobilnya, dia memutar arah pulang ke rumah. Saat melewati banyak toko bunga ia menghentikan mobilnya.
“Aku akan membelikan bunga kesukaan Gema. Dia pasti senang.” Dewa turun dari mobilnya.
“Ibu, saya beli bunga tulip limapuluh tangkai dan mawar merah seratus tangkai, tolong di rangkai yang bagus dan jangan lupa di beri kartu ucapan. Emmm … tulis saja di kartunya untuk Gema sayang istri tercantikku sedunia,” titah Dewa sembari menunjuk bunga-bunga pilihannya yang terlihat bagus dan segar.
“Baik Tuan,” ucap pemilik Toko bunga itu kemudian merangkai pertangkai bunganya sesuai dengan permintaan Dewa.
Selesai membeli bunga Dewa melajukan Kembali mobilnya, dan dia berhenti lagi di sebuah toko emas. Ya, Dewa membelikan kalung berlian sebagai tanda minta maaf karena telah menelantarkan istrinya semalamam di rumah
tanpa ada kabar.
😊 Lanjut ke chapter berikutnya yukkkkk ....