Nb: tidak untuk anak kecil, jadi yg dibawah umur, sebaiknya Diskip🙏
Azer Ashford adalah tuan muda yang berasal dari keluarga duke yang disegani di kekaisaran. Dia terlahir dengan paras yang sempurna, kemudian mekar menjadi bunga yang rusak.
Dia adalah, kecantikan kekaisaran, tapi disaat yang sama, tanpa sepengetahuan siapapun, dia adalah seorang pria yang sangat menikmati hubungan badan.
Suatu saat, dia meniduri istri dari sang kaisar, atau bisa dibilang ratu kekaisaran. dia tertangkap oleh para prajurit kemudian berakhir di penggal.
berpikir bahwa kehidupannya sudah berakhir, Azer yang kepalanya dipenggal, dia tiba tiba berada di dunia yang berbeda. Sebuah dunia, dimana gedung gedung tinggi berada, kendaraan yang memiliki dua dan empat ban, hingga akhirnya kendaraan yang memiliki kemampuan untuk terbang.
Azer tiba di dunia modern.
Dengan bekal sistem yang dia aktifkan, Azer memutuskan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, hanya dengan beberapa wanita pilihannya saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Amelia (2)
“A-azer! Ini akan berhasil kan?“
Azer saat ini berada di sebuah perusahaan seni teater terkemuka yang berfokus pada produksi, distribusi, dan pengembangan berbagai pertunjukan panggung.
Azer tidak memiliki kenalan siapapun di perusahaan tersebut, tapi Amelia punya kenalan hingga dapat mempermudah banyak hal.
Dengan tubuhnya yang agak gemetar dengan panik, wajahnya yang cantik merenggut di punggungnya.
Azer tertawa canggung saat melihat betapa gugupnya Amelia.
Amelia tampaknya benar benar tidak memiliki keyakinan dalam hal berakting. Hal itu terlihat dari seberapa kakunya dia bergerak.
Seseorang kemudian datang mendekati mereka.
“Amelia, aku sudah sampai loh..“
Suara tersebut membuat Amelia tersentak, tanpa sadar dia meloncat dan bersembunyi dibalik tubuh Azer.
“Uh? Amelia? Tunggu, kamu kenapa?“
“Tidak tidak tidak, aku tidak bisa. Azer, aku tidak bisa akting! Aku cuma dapat malunya nanti!“
Suaranya bergetar dengan histeris seolah-olah dia sedang bertemu dengan musuh bebuyutannya yang paling dia hindari.
Azer menghela nafas, dia kemudian menatap ke seorang wanita yang mencari Amelia sebelumnya.
Wanita itu adalah teman Amelia, seorang teman yang orang tuanya adalah pemilik dari perusahaan tersebut.
Dengan koneksi itulah Azer berniat mendapatkan peran untuk Amelia.
Ketika tatapan Azer bertemu dengan wanita itu, Azer melambaikan tangannya:
“Amelia ada disi—agh?!“
Itu sudah terlambat, tapi Azer merasakan pinggangnya terasa begitu sakit. Saat dia berbalik, dia melihat wajah Amelia dengan mata yang berkaca-kaca.
Terlihat sangat mengenaskan.
Tapi sayangnya sudah terlambat.
“Ah! Amelia, kamu disitu ternyata.“
Suara tersebut membuat Amelia tersentak sepenuhnya, wajahnya menjadi gelap dan putus asa.
Dia segera membuat dirinya tenang, tidak ingin terlihat buruk di depan temannya yang datang kepadanya.
“Eh, yah, hai Henia.“
Karena takut ketahuan, Amelia sedikit mengalihkan pandangannya dari wanita yang bernama Henia itu, tatapan matanya tertuju pada lantai ketika Amelia menyeka rambutnya di bibirnya, membawanya ke belakang kupingnya.
Henia, wanita itu adalah teman Amelia yang pernah tidak sengaja bertemu di sebuah pesta yang diadakan.
Seorang wanita dengan perawakan yang cantik dan memikat, meski dia sudah menikah, masih banyak lelaki yang tetap mencoba untuk mendapatkan wanita itu.
“Jadi, bantuan apa yang kamu mau? Akan ku bantu sebisa mungkin oke?“
Suaranya yang lembut mencapai telinga Amelia. Saat itu Amelia meneguk salivanya kemudian segera berbicara;
“Sepertinya aku akan batalkan dulu, kare—”
“Oh itu, Amelia bilang dia ingin berpartisipasi menjadi seorang aktor di teater.“
“……????!!!!!!“
Tatapan Amelia menajam ketika dia menatap Azer, melihat senyuman Azer yang diarahkan padanya, Amelia mulai merasa semakin putus asa dengan keringat dingin yang menjalar tanpa henti.
'Tidak. Ini sudah berakhir.'
Amelia sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia melirik reaksi Henia. Wajah yang berbinar dan tampak begitu cerah, seolah sedang menerima sesuatu yang sangat berharga.
“Ya-yang benar?!“
Memang Amelia sudah berkali-kali mendapatkan tawaran untuk mencoba berakting di teater sebelumnya. Semuanya karena satu hal: yaitu penampilannya.
Penampilan Amelia terlalu bagus sehingga bisa menarik begitu banyak peminat untuk sebuah teater.
Tatapan Henia saat itu tertuju pada Azer, sementara Azer memberikan anggukan kepala untuk membenarkan ucapan tersebut.
Tapi pada saat itu, Henia tampaknya memiliki pemikiran yang lain.
“Jadi, apa kamu juga akan mencoba berakting?! Penampilan kamu juga luar biasa, tidak, hanya luar biasa sepertinya akan mengejekmu, yang jelas penampilanmu terlalu lalu luar biasa.“
Itu akan menjadi hal yang bagus, tapi Azer tidak pandai berakting. Tidak, dia sebenarnya bisa berakting, tapi akting nya hanya sebatas untuk menutup sesuatu di dalam dirinya.
Untuk yang lainnya, dia sama sekali tidak berbakat.
“Maaf, tapi cuma Amelia saja yang akan ikut.“
Amelia tampaknya cukup kecewa dengan hasil itu. Jika dia bisa akting bersama Azer, Amelia berpikir bahwa semuanya mungkin akan menjadi lebih baik terlepas dari seberapa buruk pun hasilnya.
Wajah Henia tampak kecewa, tapi dia adalah wanita yang juga pernah berakting. Untuk berakting, seseorang biasanya lebih pandai dalam hal emosi. Karena itu dia dengan mengerti langsung melepaskan Azer begitu saja.
“Sangat di sayangkan, tapi yaudah sih, Lagipula, Amelia akan berakting adalah hal yang sangat membahagiakan.“
Itu sudah cukup untuk Henia.
Amelia tampak begitu ragu saat mendengar itu, seluruh tubuhnya gemetar dan nyalinya tampak menciut, tampak begitu lucu bagi Azer yang meliriknya dari samping.
Tanpa sadar, Azer tertawa diam-diam, terbatuk untuk menyembunyikan fakta bahwa dia menertawai Amelia.
Tatapannya kemudian tertuju pada Henia.
“Jadi, apa ada peran yang cocok untuk Amelia?“
Henia tiba tiba berhenti ceria, wajahnya menjadi serius ketika dia memutar otaknya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memutuskannya:
“Aku punya peran yang cocok untuk Amelia, seorang karakter yang lembut, menawan dan pucat. Hanya saja, untuk peran itu Amelia harus memiliki bakat akting yang memadai.“
Mendengar kata bakat, Amelia semakin pucat sementara Azer tampaknya menjadi tertarik dengan menarik satu alisnya keatas.
“Bakat? Aku yakin Amelia berbakat. jadi, peran apa itu?“
Henia menatap Azer dengan percaya diri, senyuman mengambang di wajahnya:
“Peran sebagai antagonis, sesosok antagonis yang sangat lembut tapi dibenci oleh semuanya.“
***
Pada akhirnya, terlepas dari bagaimana Amelia ingin menolak hal tersebut, karena paksaan Azer, Amelia pada akhirnya menerima ujian untuk peran itu.
Di sebuah ruangan teater yang sepi, hanya diisi oleh Amelia, Azer dan Henia serta beberapa orang tambahan lainnya.
Amelia berdiri di atas panggung, menatap beberapa orang di depannya dengan sangat gugup.
Jika bakatnya buruk dalam akting, dia jelas akan terlihat sangat memalukan di tempat ini. Tapi, Azer yang menatapnya dengan begitu yakin bahwa dia berbakat juga membuat Amelia sedikit tenang.
Amelia membuang nafas dalam-dalam, menenangkan dirinya, terlepas dari seberapa memalukannya, dia akan melakukan yang terbaik.
Semuanya demi seseorang yang telah percaya padanya.
“Kalau begitu, kita akan mulai oke?“
Suara Henia yang tatapan matanya tertuju pada sebuah naskah akhirnya terdengar. Amelia sudah diberi waktu untuk menghapal sebuah naskah dalam jangka waktu tertentu.
Dan Amelia yakin bahwa dia sudah menghapalnya, sisanya adalah memerankannya tanpa aksi.
Dia hanya perlu menyuarakan beberapa adegan dan memperlihatkan reaksi dan emosi yang cocok untuk tiap dialog.
Saat itu, suara Henia terdengar menandakan bahwa aktingnya sudah dimulai.
“Ah! Apa-apaan kamu ini?! Bukankah sudah kubilang untuk melakukannya dengan benar?! Bagaimana bisa kamu gagal?!!“
Ekspresi Henia dipenuhi dengan amarah, itu menekan Amelia sampai batas tertentu.
Peran yang Amelia dapatkan adalah peran antagonis yang seharusnya tidak cocok untuk menjadi antagonis.
Karakternya adalah Vindeshaa, seorang putri dari keluarga bangsawan yang terkenal. Karena beberapa alasan, putri Vindeshaa terlibat dalam beberapa hal yang tidak seharusnya dia ikut campur.
Karena itu, dia menjadi sasaran oleh seorang villainess utama, Vindeshaa dijadikan seorang antagonis yang lembut dan selalu patuh layaknya sebuah boneka.
Dia karakter yang malang dan naif, tapi dibuat khusus untuk beberapa puncak dalam bagian emosi dari naskah.
Amelia perlahan-lahan mengingat naskahnya, dia menghembuskan nafasnya, kemudian wajahnya berubah dengan sangat baik dan halus.
Sebuah wajah yang penuh dengan rasa bersalah yang tulus dan penuh dengan kesedihan.
“Maaf, aku minta maaf. Aku tidak bisa melakukannya.“
Suara yang lembut namun sedih terdengar, itu terasa sangat menyedihkan hingga membuat beberapa orang yang menonton hal itu terdiam.
Hanya Azer yang menatap pertunjukan itu dengan kepuasan di wajahnya.
Itu berlangsung selama beberapa menit hingga suara Henia selanjutnya terdengar:
“Maaf?! Kamu minta maaf?! Tutup mulutmu!“
Tubuh Amelia bergetar, seolah-olah situasi tersebut adalah nyata, wajahnya menunjukkan kesedihan yang lembut di wajahnya yang cantik.
“Ya. Aku akan diam.“
Semua yang Amelia lakukan, suaranya, getaran tubuhnya, emosi hingga eksperinya, semuanya sangat sempurna hingga Henia merasa bahwa dia telah melihat Vindeshaa di depannya secara langsung.
Karakter Vindeshaa seolah olah adalah kenyataan, fiksi yang menjadi nyata dan turut tampil di teater miliknya.
Tanpa sadar Henia meneguk salivanya.
Bakat itu adalah bakat yang akan mengguncang dunia seni. Sebuah bakat yang dapat membuat karya seni teater manapun menjadi sebuah mahakarya.
Semoga orang berpikiran sama dengan Henia.
Ini adalah awal dari munculnya seorang bintang aktor yang sangat luar biasa.
***