Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Besok adalah hari perpisahan pengawas sekolah karena akan pensiun. Mei masih ragu ikut atau tidak. Karena ragu meninggalkan anak-anaknya. Kalau diajak tentu nambah bangku untuk anaknya.
"Eh bund kenapa melamun.?" Tanya Nabil yang baru pulang kuliah.
"Bunda mikiran untuk acara besok. Tapi bunda masih ragu."
Mei masih sibuk dengan kegiatannya melipat pakaian yang selesai dicuci. Walaupun tangannya sibuk dengan pakaiannya, tapi pikirannya ke mana-mana.
"Boleh nggak bund. Bila ikut. Besok libur dia hari bund kuliahnya.?" Tanya Nabil hati-hati.
"Oh. Kamu ikut? bunda tanya dulu. Apakah masih ada kursinya yang kosong."
Mei pun menghubungi temannya yang mengelola keberangkatan mereka besok. "Alhamdulillah ada kak." Serunya bahagia begitu juga Nabil.
Tata keluar dari kamarnya." Besok Tata langsung ke rumah Ante saja pulang sekolah. Takutnya nanti kita kemalaman Abang nanti sendirian aja di rumah. Biar Bunda bilang ayah ya." Ujar Mei.
"Ya Bund." Jawabnya singkat. Tata langsung ke kamar kecil. Ternyata ia kebelet tapi karena Bundanya bicara terpaksa ia berhenti dulu mendengarkan.
****
Paginya, Mei dan Nabil beberes bekal untuk mereka bawa nanti pas pergi ke sana. Karena acaranya bawa bekal sendiri. Jadilah Mei sibuk bungkus makanannya untuk mereka bertiga Karena Nia pasti ikut juga.
Mereka akhirnya naik Bus langganan mereka kalau pergi jalan-jalan. Semuanya menunggu di titik yang di tentukan. Agar Bus tidak mutar-mutar untuk jemput.
Pak sopirnya yang ramah dan mobil yang bagus itu jadi poin bagi kami untuk sering memakai bus ini kalau pergi bersama.
Kami pun naik saat Bus datang. Nabil dan Nia sudah siapa di sampingku. Ada seorang pemuda yang tidak biasa di bawa oleh pak sopir.
"Eh. Tumben pak sopir bawa kenek." Tanya salah guru yang kepo.
"Ini kenek pribadi buk. Biasa kalau Beni libur begini sering ke sini. Ini dia buka sendiri yang dikelola saudaranya." Cerita Pak Andre sang sopir.
"Anak bapak.!" Tanya Mei mengerutkan kening.
"Iya buk.." Pak Andre tersenyum menatap Nia yang asyik makan donat yang baru di beli Mei saat turun dari mobil.
"Oh. Hebat ya Pak. masih muda sudah bisa berkarya. sangat jarang anak muda sekarang memikirkan seperti ini. Kebanyakan mereka sibuk dengan dunianya." Cerita Mei apa adanya.
"Iya ya buk. Saya beruntung dapat anak yang patuh dan selalu sayang keluarganya. Dulu saya tidak menyangka kalau ia bisa lulus jadi awak kapal. Kemudian lanjutkan kuliahnya akhirnya sekarang jadi kapten di sebuah kapal pesiar yang masih antar beberapa negara Asia saja baru." Mei antusias sekali mendengarkan cerita pak Andre.
Ia menceritakan kisah hidupnya. dan anaknya yang punya cita-cita menjadi kapten di sebuah kapal.
"Alhamdulillah terwujud ya Pak. Tentu sudah banyak cewek yang ingin dekat dengannya. Sekarang kan zamannya begitu. Saat susah tidak ada yang mau dekat. Jika sudah berhasil. Langsung antrian ingin mendekatinya." Mei menarik nafasnya . Teringat akan hidupnya dulu.
"Itulah. Makanya ia suka ikut saya kalau libur. Katanya pengen cari cewek yang terima dia apa adanya saat tidak berseragam. Samapi sekarang say jadi pusing.. Di rumah sering di datangi cewek. Heran ya buk, kan biasanya anak laki yang kejar. Eh Sekarang malah kebalik. Nah anak saya nggak mau di kejar tapi maunya ngejar ceweknya."
"Ha..ha.. Benar-benar tuh.." Tawa Mei seketika menjadi perhatian orang-orang sekitar. Mei merasa malu dan menutup mulutnya.
Pak Andre hanya tersenyum." Oh ya buk. Kalau boleh saya tahu. Gadis yang dekat ibuk tadi anak gadis ibuk kan..?" Tanya Pak Andre tiba-tiba.
Mei terkejut, baru ingat kalau dia bawa Nabil. Sebab ia biasanya bawa Nia ke mana-mana kalau acara seperti ini.
"Oh iya pak.sebentar saya saya sampai lupa Dnegan anak gadis saya. Tadi ia lagi tidak sholat makanya nggak mau turun. Nah sekarang saya malah lupa dengannya." Keluh Mei ingin menelpon anaknya.
Pak Andre yang sudah tahu di mana anak gadis yang di cari. Pak Andre melihatkan handphonenya pada Mei.
"Ini anak ibu kan. Kalau gitu aman buk. Dia bersama anak saya. Siapa namanya buk. Masih sekolah. Terlihat masih imut." Tanya Pak Andre melihat ke layar handphonenya. Ia tersenyum sendiri.
"Benar itu anak saya. Syukurlah.. Namanya Nabila Ramadhani. Suka di panggil Nabil atau Bila. Sekarang sih baru kuliah semester satu jurusan hukum di universitas swasta." Jawab Mei menjelaskan
Pak Andre kembali menatap handphonenya. " Apakah anak ibuk sudah punya pacar !" Mei kaget dengar pertanyaan lelaki yang lebih tua darinya.
"Kenapa Pak. apakah ada yang terjadi.?" Mei sangat khawatir sekali. Pak Andre tersenyum menandakan kalau anaknya tidak apa-apa.
"Bukan. Anak saya yang malah saya khawatirkan." Ujar Pak Andre yang ambigu.
Mei kembali menatap laki-laki tersebut. " Apakah anak saya buat ulah. Hingga anak bapak kenapa-napa. Udah di bilangin tapi masih saja begitu." Lirih Mei
"Bukan-bukan..maksud saya.. Anak saya orangnya sangat cuek dan tidak mudah jatuh cinta. Dan tidak pernah mengirimkan foto anak gadis orang. Nah.. ! Saya takut. Kalau anak saya menyukai anak ibuk." Lirih pak Andre menunduk menatap foto yang di kirim anaknya beberapa buah. Ada foto Nabil sendiri dan ada foto mereka bedua di ambil langsung.
"Oh.. Kirain. Nabil itu susah di dekatin, ia bahkan bisa saja memukul cowok yang bersikap tidak baik padanya. Atau teman ceweknya." Cerita Mei.
Mereka asyik menceritakan anak mereka masing-masing tanpa sadar. Telah membuka celah bagi anak mereka. Yang juga sibuk berkomentar. Dan lebih banyak aktif Beni.
.