Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 11 - Dewa Penolong
Setelah Denis keluar, Hansel pun langsung menuju meja kerjanya. Melepas jas yang sedari tadi dia kenakan dan menggantungkan nya di gantungan.
Pria ini pun menggulung lengan bajunya hingga ke siku. Lalu masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci wajahnya agar terasa segar. Rapat tadi benar-benar membuatnya penat.
Hansel kembali ke meja kerjanya dan menghubungi Siska melalui sambungan telepon kantor.
"Siska, antarkan makan siang untuk ku ... tunggu, jangan hanya 1, siapkan 2, ah tidak, siapkan 3."
"Baik Tuan." sahut Siska di ujung sana.
Awalnya Hansel hanya ingin memesan makanan untuk dia sendiri, namun ingat Aileen jadi dia siapkan 3. 1 untuknya dan 2 untuk Aileen.
"Gadis kecil itu punya porsi makan yang besar."
Menunggu Siska datang, Hansel memutuskan untuk duduk di sofa pula. Dia tidak memperhatikan Aileen, namun membuka tablet dan membaca ulang hasil rapat tadi.
Namun fokusnya pecah ketika mendengar Aileen yang seperti bergumam, namun tidak jelas apa yang di ucapkan gadis itu.
Hansel menatap Aileen, melihat dahi Aileen yang sudah banyak ditumbuhi keringat dingin. Sementara wajahnya nampak takut dengan mata yang terpejam rapat.
Melihat itu membuat Hansel berpikir, bahwa gadis ini pasti sedang mimpi buruk.
Dia pun mendekat, duduk tepat disebelah Aileen, di sofa yang masih bersisa dan muat untuknya duduk. Hansel menepuk pelan wajah calon istrinya itu.
"Aileen, bangun," ucap Hansel, tapi Aileen masih tenggelam dalam mimpi buruknya sendiri.
Mimpi yang seolah sedang memutar kejadian di masa Lalu, saat Aileen ditarik paksa oleh Helda untuk meninggalkan makam sang ayah.
Tidak peduli seberapapun berontaknya Aileen kecil, Helda tetap menariknya kuat untuk menjauh.
"Aileen, bangun!" suara Hansel lebih tinggi, dia bahkan menggoyangkan bahu Aileen agar gadis ini sadar.
Dan untunglah, usaha Hansel itu membuahkan hasil. Aileen terbangun, dia bangkit dan langsung memeluk erat tubuh Hansel.
Sangat erat hingga Hansel bisa merasakan detak jantung Aileen yang bergemuruh.
Apa yang kamu mimpikan?
Tanpa sadar, Hansel menggerakkan kedua tangannya sekaligus. Satu memeluk tubuh kecil Aileen dan satunya lagi mengelus puncak kepala gadis malang ini.
"Tenanglah."
"Papa."
"Aku bukan papa mu."
Aileen terkejut, dia melerai pelukan itu dan melihat siapa orang ini.
"Paman."
"Hem."
Akhirnya mereka saling melepaskan, lalu duduk dengan jarak aman.
"Kamu mimpi buruk?"
Aileen mengangguk kecil.
"Setelah makan siang nanti kita pulang."
"Pulang kemana?"
"Ke rumah mu dulu, pamit pada ibu tiri mu itu lalu kita ke apartemen."
"Bagaimana jika mama marah?"
"Aku akan melindungi kamu."
Aileen terdiam, entah kenapa tiba-tiba jadi ingin menangis. Hatinya yang lembut mudah sekali merasa tersentuh.
Kini dia menatap Hansel seperti sedang melihat dewa penolongnya.
"Paman."
"Hem."
"Aku hanya harus menuruti paman kan?"
"Iya, jadilah anak yang baik maka aku juga akan menyayangi kamu."
Aileen tersenyum lebar sekali, dengan sendirinya dia kembali mengikis jarak dan memeluk Hansel Erat.
"Terima kasih paman," ucap Aileen.
Saat itu Hansel tidak menjawab apa-apa. Jika seperti ini rasanya dia sedang menghadapi anak angkat, bukan calon istri.
Masih berpelukan seperti itu tiba-tiba Siska masuk, jujur saja dia sangat terkejut. Namun Siska selalu bersikap profesional.
Dan melihat Siska datang, Hansel tidak melepaskan pelukan Aileen, ataupun mendorong gadis ini menjauh. Hansel hanya diam, membiarkan gadis ini melepaskannya pelukannya sendiri.
"Makan siang Anda Nona, Tuan," ucap Siska dan menyajikan 3 porsi makan siang di atas meja. Tadi meja ini sudah dibersihkan oleh karyawan OG.
"Terima kasih Kak," jawab Aileen dengan riang.