Karena terlilit hutang, seorang karyawan rela menyerahkan istrinya sendiri sebagai jaminan pada seorang boss perusahaan demi mendapatkan pinjaman yang jauh lebih besar.
Usia pernikahan Lukas yang menginjak pada angka 7tahun namun tak juga dikaruniai seorang keturunan, membuat lelaki itu perlahan membenci Seruni sang istri! alasan itu pula yang membuat Lukas tega berkhianat dan membuang Seruni di kediaman Panca sebagai asisten rumah tangga.
Ketulusan serta kebaikan Panca yang begitu mencolok di awal pertemuan, akhirnya membuat Seruni terbuai, wanita itu bahkan bersedia menikah dengan Panca setelah bercerai dari Lukas demi bisa membahagiakan Nyonya Arini!
Namun siapa sangka? mental Panca yang berantakan justru membuat Seruni harus kembali jatuh bangun menjalani hubungan rumah tangga barunya.
Akankah Seruni mampu mengendalikan sang majikan dan membebaskan Panca dari bayangan trauma masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Nyonya Arini!
Melangkahkan kaki menuju ruang tengah, netra Nyonya Arini tampak melayang kesana-kemari mencari keberadaan seseorang.
"Bi Ijah! dimana Seruni?"
"Nyonya besar?? maaf-, sepertinya Non Seruni baru saja menaiki anak tangga sembari membawa beberapa pakaian milik Tuan Muda!"
Jadi dia di kamar Panca?
Sang wanita tua yang memang tampak memiliki raut wajah ketus itu seketika mengayunkan kaki dan mendaki anak tangga menuju ruangan sang cucu kesayangan.
Begitu banyak peralatan modern di rumah ini, tapi kenapa ia masih saja menggunakan peralatan sederhana semacam itu?
"Apa yang kau lakukan Seruni??"
Nyonya Arini menaikkan satu alis saat telapak tangan Seruni hampir mengayunkan sapu lidi dengan ukuran yang jauh lebih kecil dalam genggaman.
"Nenek!! saya hanya ingin membersihkan kamar mas Panca, apa nenek membutuhkan sesuatu??" Seruni beralih pandang dan seketika menunduk santun.
"Tidak Nak!! aku hanya ingin menyampaikan bahwa hari ini mungkin nenek akan pulang terlambat!"
"Pulang terlambat?? apa nenek akan pergi keluar?" Seruni tampak meletakkan alat pembersih kasur sebelum akhirnya mendekati sang wanita tua.
"Benar, Runi! ada acara perkumpulan lansia yang ingin nenek hadiri!"
"Semacam reuni bagi kaum lanjut usia? jadi nenek juga melakukan hal semacam itu?" wanita dengan paras ayu itu kembali tersenyum lembut dihadapan Nyonya Arini.
"Begitulah nak!! kami para orang tua, juga membutuhkan waktu untuk saling berbagi cerita dengan para sahabat lama, terkadang nenek iri dengan mereka ...,"
Wanita yang telah memiliki kerutan di beberapa bagian tubuhnya itu seketika menarik pergelangan tangan Seruni dan membuat mereka berakhir duduk di atas ranjang ruang kamar Panca,
"Apa yang sebenarnya terjadi nek?"
Seruni kembali membuka suara, ia memperhatikan raut wajah sendu dari Nyonya Arini sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menggenggam jemari tangan sang wanita tua.
"Nenek bisa bercerita tentang apapun pada saya! saya sungguh bisa menjaga rahasia!"
Senyum indah serta kalimat lembut yang terlontar dari lisan Seruni seketika membuat Nyonya Arini terkekeh tanpa sadar.
Dia benar-benar wanita yang hangat!
"Apa kau benar-benar mencintai Panca, Seruni??"
"A-apa!? kenapa-, kenapa nenek bertanya seperti ini?"
"Nak!! Panca terlihat begitu bahagia saat bersamamu, apa kau tak ingin segera mempercepat pernikahan kalian?"
Pernikahan? jadi nenek benar-benar menginginkan pernikahan ini segera terjadi? aku pikir Tuan Panca hanya sekedar menakuti ku!
"Nenek, aku-,"
"Nenek tahu Seruni! ada begitu banyak kekhawatiran dalam dirimu -, tapi ..., apa kau tak ingin mencobanya, nak? diriku ini kesepian! di usia nenek yang sekarang ingin rasanya nenek bersenda gurau dengan malaikat kecil yang mampu menyulut gelak tawa di kediaman yang selalu sunyi ini, para sahabat nenek di komunitas lansia selalu bercerita perihal cicit juga putra-putri mereka! sementara diriku ...," Nyonya Arini tertunduk lemah, wanita tua itu juga terlihat menitikkan air mata dihadapan Seruni.
Bagaimana ini?? apa yang harus kulakukan?? tapi bagaimana jika diriku tak mampu memenuhi keinginan nenek juga mas Panca?
Kedua wanita itu kembali sama-sama terdiam hening meski mereka saling menggenggam jemari satu sama lain.
****
Seorang pria dengan kemeja berwarna biru muda tampak melonggarkan dasi saat ia memperhatikan arloji pada pergelangan tangan kanannya.
"Kemana dia?? bukankah dia berjanji akan menyambut ku di kediaman nya sore ini?? dia pasti terlambat! aaaaahhh!! sialan kau Akhil!!"
Pria itu akhirnya beranjak dan melangkahkan kaki menuju ruang tengah kediaman sang sahabat.
"Bi Ijah!"
"Saya Tuan??"
"Apa bibi hanya sendirian di rumah ini?" Hanan berbicara serta menghampiri sang pelayan yang memang telah lama ia kenal.
"Tidak Tuan! sebenarnya saya bersama Nona Seruni, tapi sepertinya Nona tengah sibuk di halaman membenahi tanaman,"
Seruni?? jadi Akhil benar-benar menyembunyikan wanita itu di rumah ini?
"Maaf, apa Tuan membutuhkan sesuatu??"
"Tidak bi!! aku-, mungkin akan menunggu hingga Akhil kembali!" Hanan berucap gugup, ia kembali melangkahkan kaki menuju sofa di area bawah anak tangga.
Apa mungkin dia berada di halaman gersang yang terbengkalai beberapa tahun lalu?
Hanan terperanjat! ayunan langkah kaki pria itu semakin lebar! entah apa yang Hanan pikirkan namun bukanlah hal yang sulit baginya untuk bisa menemukan halaman tersembunyi di kediaman Panca.
Dia benar-benar disini? wanita yang sempat membuatku membuntuti nya tanpa sadar beberapa tahun silam!
Langkah kaki Hanan terhenti! degup jantungnya yang semakin tak beraturan akhirnya membuat pria itu membeku di ambang pintu taman.
Haruskah aku menyapanya? kenapa? kenapa diriku jadi seperti ini sekarang? sadar lah Hanan!!
***
Anggrek bulan ini sungguh indah! apa harganya mahal? mas Panca-, kenapa diriku selalu menyebut nya dengan sebutan mas sekarang??
Seruni tertunduk dengan senyum sebelum akhirnya kembali mencoba menaiki satu anak tangga yang ia sandarkan pada dinding batu estetik tanpa menyadari apapun.
"Apa kau akan tetap disini, honey?!"
"M-mas Panca??" pergerakan Seruni dalam memperkuat kawat pengait pada dinding tanaman pun terhenti, ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sosok pria yang kini selalu ada dalam setiap kedipan mata.
"Kenapa justru bermain panjat-memanjat seperti ini, honey??"
Panca mengulurkan tangan sebelum akhirnya meraih tubuh Seruni saat wanita itu hampir menapakkan kaki.
"Aku sungguh menyukai tanaman anggrek bulan yang kau beli mas!! meski belum sepenuhnya mekar berbunga-, tapi tetap saja itu terlihat indah!!"
"Benarkah??" senyum di bibir Panca tak kalah mengembang saat mendapati raut wajah sang wanita idaman tampak berbinar.
"Eeheeemmm!!! terima-,"
"Mmmmuuuucchh!!!" kecupan singkat yang mendarat di bibir Seruni seketika membuat wanita itu linglung.
"Apa? kenapa menatapku seperti ini, hmmmm?? apa kecupan ini masih kurang untukmu, honey??"
"M-mas!! tolong jangan bertindak yang bukan-bukan! bagaimana jika-,"
"Nenek tidak di rumah! dan bi Ijah-, beliau baru saja pamit untuk pulang! jadi tak akan ada yang melihat kita!" Panca berucap lembut dengan tatapan yang terus tertuju pada bibir juga netra indah milik Seruni.
A-apa?? aku lupa-, nenek ada akan terlambat pulang malam ini! kenapa aku tidak segera membersihkan diri tadi? kenapa diriku jadi lupa waktu seperti ini?
Seruni tertunduk hening,
Ia membiarkan Panca semakin mengeratkan pelukan sembari memberikan kecupan-kecupan kecil di dahi juga pipinya.
kok kayak g ngerti kepribadian suami sendiri sih...