Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelamatkan
Tiga bulan berlalu.
Langit dan Kejora sibuk dengan urusannya masing-masing, kini Kejora terlihat bahagia dengan keluarga barunya dan juga pekerjaannya. Tanpa Kejora ketahui bahwa Langit sudah mengambil alih sebagian besar saham di perusahaan ayahnya yang dia terima kerjasamanya, berkat kelicikannya yang sangat terampil, Hendra tak menaruh curiga apapun.
Syifa menjalani pengobatan dan tetap berkonsultasi dengan Dokter, perlahan mentalnya mulai pulih dan kandungannya sudah di tahap siap melahirkan. Eva senantiasa menemani putrinya dan memutuskan tinggal di Villa agar tetap aman dari amukan Hendra, namun saat ini Syifa sedang berjuang melahirkan anaknya di sebuah rumah sakit. penjaga Villa ikut serta menemani kemana majikannya pergi.
Beberapa sata kemudian.
Eva menggendong cucunya yang sudah lahir ke duni melalui caesar, bayinya berjenis kelamin laki-laki dengan wajah tampan sempurna tak kurang satupun di tubuhnya.
Brakkk...
Hendra datang begitu tahu kalau Syifa masih mempertahankan bayinya, wajahnya memancarkan kilat marah dan tatapannya tertuju pada bayi yang di gendong istrinya.
"Bawa bayi itu!" Perintah Hendra dingin.
Eva mengeratkan dekapannya, dia tidak mau cucunya diambil paksa oleh anak buah suaminya.
"Jangan! Jangan ambil cucuku, Jangan!" Berontak Eva.
Anak buah Hendra merebut paksa bayi itu, tangan Eva di kunci agar tak bisa melakukan apapun. Syifa masih berada di dalam ruang operasi karena kondisinya tiba-tiba saja drop, detak jantungnya melemah dan para Dokter sedang berusaha menyelamatkan pasiennya. Bayinya di bawa ke ruang bayi dan Eva yang mendampinginya, suara ribut itu mengganggu yang lainnya.
Hendra keluar bersama anak buahnya yang membawa bayi Syifa, dia tidak memperdulikan teriakan Eva yang terus meminta cucunya di kembalikan. Apa yang harus Eva katakan pada anaknya nanti, Syifa pasti syok karena putranya di ambil paksa dan entah di bawa kemana.
Kejora mengantar Zoya memeriksa si bungsu yang tengah sakit. Di rumah sakit yang sama, matanya tak sengaja menangkap sosok ayahnya dan para anak buahnya keluar membawa seorang bayi. Tidak ada yang berani menghentikan aksi Hendra, sebagian banyak orang tahu bagaimana sifat Hendra Wilyatama yang keras kepala dan akan menghalalkan segala cara demi kemauannya terwujud.
Kejora membiarkan Zoya berjalan lebih dulu, dia bersembunyi di balik tembok terus menatap kearah ayahnya. Tak ingin kehilangan jejak ayahnya, Kejora mengendap-endap mengikuti kemana Hendra pergi.
"Apa jangan-jangan...." Tebak Kejora dengan mata membulat, gegas dia masuk ke dalam mobil taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya.
"Pak, tolong kejar mobil itu." Pinta Kejora pada Driver, dia menunjuk kearah mobil hitam yang kini keluar dari area rumah sakit.
Driver menganggukkan kepalannya, tak lupa Kejora mengirimkan pesan kepada Zoya kalau dirinya tengah ada urusan mendadak.
"Jangan sampai bajingan itu melenyapkan bayi tak berdosa, gue gak bakalan tinggal diam!" Gumam Kejora.
Kejora berpikir keras, dia tak mungkin menghentikan aksi ayahnya dengan melawannya sendirian. Untuk itu, Kejora meminta bantuan pada Laras dan betapa beruntungnya Kejora, Laras bisa di hubungi dan Langit yang akan turun tangan langsung membantu Kejora.
Entah kemana mobil itu membawa bayi itu pergi, Kejora yakin kalau bayi itu adalah bayi Kakaknya. Selama 3 bulan terakhir, Kejora selalu memimpikan hal yang aneh dan dia mulai mengaitkan mimpinya dengan kenyataan seperti menyusun puzzle yang berantakan.
Mobil yang di tumpangi Hendra melaju menuju jalan yang tidak ramai pengendara, Langit menelpon Kejora begitu dirinya dan juga anak buahnya sudah berada di sekitar jalan yang di lewati Kejora.
[Sharelock, biar gue nyusul.] - Langit.
Kejora pun mengimkan lokasinya melalui wa, dia berharap kalau Langit segera datang untuk membantunya.
Beberapa saat kemudian.
Biiippp... Biiippp..
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Kejora, dia menengok ke belakang mobil dimana mobil Langit berada.
"Pak, tolong berhenti!" Seru Kejora pada supir taksi.
Sang supir pun langsung menghentikan mobilnya, Kejora keluar seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke tangan supir taksi. Netra Kejora masih tak bisa lepas kearah mobil Hendra, dia cepat-cepat berpindah tempat ke mobil Langit.
"Cepat masuk!" Titah Langit.
"Langit. Tolongin gue! Kayaknya itu bayi Kak Syifa, gue mimpi anak Kak Syifa minta tolong sama gue." Ucap Kejora dengan suara bergetar.
Langit paham apa yang diinginkan oleh Kejora, dia memberikan Masker dan hoodie hitam pada Kejora. Langit langsung tancap gas menyusul mobil Hendra, dia menyalip mobil anak buah Hendra.
Cekiiittt..
Tubuh Hendra hampir terhuyung ke depan kalau tak segera menahan tangannya, keningnya mengernyit saat melihat mobil berwarna hitam menghadang mobil anak buahnya yang berada di depan.
"Ada apa ini?" Tanya Hendra dingin.
"Ada yang menghadang mobil anak buah yang lain Tuan, sebaiknya Tuan tetap di dalam dan aku yang akan memeriksanya." Jawab Supir Hendra.
Langit segera keluar dari dalam mobilnya memakai penutup wajah dan juga Hoodie hitamnya, Kejora bersembunyi di dalam mobil dan akan keluar setelah Langit menyuruhnya datang. Bodyguard Langit langsung menyeret Supir Hendra, anak buah Hendra pula lantas keluar dan bertarung dengan Bodyguard Langit. Sedangkan Langit mengetuk pintu Hendra memintanya keluar, Hendra pun keluar dengan wajah dinginnya yang menusuk.
"Siapa kau? Aku tidak punya urusan denganmu!" Tanya Hendra.
BUGHHHH...
Langit langsung menendang dada Hendra sampai tubuh pria tua itu menabrak mobil. Sudah sekian lama Langit ingin menghajar wajah Hendra, sekarang sepertinya keinginan itu akan terlaksana.
"Beraninya kau!" Geram Hendra menunjukkan kepalan tangannya.
Langit memberikan isyarat dengan jari telunjuknya pad Hendra untuk mendekat kearahnya, tentu saja Hendra lantas melayangkan kepalan tangannya dan juga tendangan demi tendangan kearah Langit, tetapi Langit mampu mengimbangi usaha Hendra.
Oeekkk... Oekkk....
Suara tangisan bayi terdengar begitu nyaring, Kejora mengangkat kepalanya dan mengintip kearah luar. Semua orang sedang bertarung satu sama lain, namun suara bayi itu terus menangis tak mau berhenti. Mau tak mau Kejora mengendap-endap keluar dari dalam mobil Langit, dia mencari sumber suara dan suara itu berasal dari dalam mobil hitam milik anak buah Hendra.
"Kasihan sekali kamu, Nak." Ucap Kejora pelan.
Bayi mungil itu tergeletak diatas kursi penumpang, hati Kejora begitu sakit melihatnya. Gegas Kejora membuka pintu sambil melihat ke kana dan ke kiri, tangannya meraih tubuh mungil itu dan membawanya ke dalam dekapannya. Ajaibnya, bayi itu langsung diam begitu berhasil di gendong Kejora, mungkin bayi itu merasa aman di tangan Kejora.
Brruukkkk..
Tubuh seseorang ambruk di hadapan Kejora membuat si empu terkejut, untung saja orang itu jatuh tak sadarkan diri. Buru-buru Kejora masuk ke dalam mobil Langit, dia mendekap dan mengecup pipi bayi mungil itu dengan mata berkaca-kaca. Baru saja melihat dunia, kehadirannya langsung di tolak oleh Hendra. Cukup Kejora saja yang merasa terbuang, jangan sampai ada korban lagi sepertinya dan lagi-lagi pelakunya orang yang sama.
"Jika semesta mengizinkanmu lahir ke dunia, lingkunganmu menolak. Maka aku orang pertama yang akan menjadi pelindungmu, tumbuhlah menjadi anak yang baik, kau aman bersamaku." Ucap Kejora bersamaan dengan air mata yang terjatuh mengenai pipi bayi yang kembali terlelap.
Bibir bayi itu tersenyum dalam tidurnya, seakan dia mengerti bahwa ada seseorang yang tulus menyelamatkannya dan memiliki niat ingin menjaganya.