Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
"Oma, ini untuk Joyie kan?" Telunjuk yang ukurannya sangat mungil itu mengarah pada piring kecil yang di atasnya terdapat sepotong kue coklat kesukaan si kecil Joyie.
"Iya, ini punya Joyie." Wajahnya langsung berbinar saat itu juga dan dengan cepat tangannya langsung bergerak untuk memindahkan piring kecil itu ke hadapannya.
"Daddy mana, Oma?" Sebelum memasukkan satu suapan kecil kue itu, Joyie mulai menyadari kalau sang Ayah tidak berada di sana.
Padahal siang ini mereka akan menghabiskan waktu bersama hanya untuk menyantap kue buatan Lisa yang aromanya sudah memenuhi seisi dapur luas ini.
"Kayanya Daddy masih ngobrol sama Opa di dalam ruang kerjanya Opa. Joyie makan saja dulu, nanti Daddy juga pasti datang kalau sudah selesai." Sebenarnya Joyie tidak ingin memakannya terlebih dahulu.
Namun bisa apa Joyie kalau neneknya sudah menyuruhnya seperti tadi. Ayo kita habiskan kue yang sangat enak ini tanpa menyisakannya sedikit pun.
"Oma, Miss Rumi juga pernah memberikan kue coklat untuk Joyie." Pergerakan tangan Lisa langsung terhenti begitu saja ketika sang cucu kembali membawa nama itu di dalam obrolan mereka.
"Rasanya enak sekali loh Oma! Kata Miss Rumi, kuenya dibuat sendiri. Sama seperti kuenya Oma yang ini." Entah dorongan darimana, Lisa malah mengembangkan senyumannya ketika mendengar hal itu.
Bukannya merasa cemburu karena ada orang lain yang berhasil membuat cucunya memberikan pujian seperti yang tadi itu, Lisa justru merasa sangat bahagia.
Ah, rasanya Lisa jadi ingin segera menikahkan Tristan dengan Rumi. Lihatlah, bahkan Joyie pun akan menyetujui idenya Lisa yang satu ini. Pasti.
"Joyie suka sekali ya pada Miss Rumi?" Tanpa berpikir panjang, kepala Joyie langsung mengangguk dengan penuh semangat.
"Sukaaaa sekali! Soalnya Miss Rumi itu baik, terus juga cantik sekali Oma." Lisa pun setuju dengan ucapan cucu cantiknya ini, karena ia juga telah bertemu dengan gadis itu meskipun hanya sekali saja.
Joyie dan Lisa semakin semangat membahas tentang Rumi di meja sana, tanpa menyadari kalau ada seorang pria yang mendekat ke arah mereka dengan kedua alis tebalnya yang saling bertautan.
Lagi-lagi, Tristan mendengar bagaimana serunya Ibu dan juga putrinya membahas wanita bernama Rumi itu. Seolah-olah mereka tidak kehabisan bahan obrolan sama sekali.
"Daddy hurry! Kuenya sangat enak, jadi Daddy harus cepat memakannya." Kalau saja Joyie tidak memekik dengan penuh semangat, mungkin Lisa pun tak akan menyadari kehadiran Tristan di sana.
"Joyie dan Oma sedang membahas apa? Kelihatannya seru sekali." Padahal tadi pun Tristan bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang kedua orang perempuan yang amat ia cintai itu bahas.
"Tentang Miss Rumi! Waktu itu Joyie diberikan kue coklat yang rasanya sangat enak, Daddy. Miss Rumi bilang itu kue buatan sendiri." Ah, pantas saja Rumi begitu bersemangat. Ternyata pembahasan tak jauh dari makanan dan juga orang yang disukainya.
"Waktu itu Miss Rumi memberikan dua potong untuk Joyie, seharusnya yang satu potongnya lagi Joyie berikan untuk Daddy. Tapi karena rasanya sangat enak, jadi Joyie menghabiskan dua-duanya." Bukan hanya Tristan saja yang dibuat terdiam, karena Lisa pun kini total bungkam oleh kalimat yang Joyie ucapkan.
Lalu tak lama setelahnya yang terdengar malah suara tawa yang memenuhi area dapur. Astaga, anggota keluarga mereka yang paling muda ini memang paling bisa membuat mereka gemas.
"Tristan, nggak mau coba pendekatan sama Rumi? Kamu lihat itu sesuka apa Joyie sama Rumi." Kiranya sang Ibu ingin membahas sesuatu yang penting sampai harus memanggil namanya seperti itu, tapi ternyata malah kalimat keramat tersebut yang keluar.
Tapi anehnya untuk yang kali ini Tristan tak langsung menolaknya seperti yang sudah-sudah. Mungkin karena Joyie yang juga sudah lebih dulu dekat dengan sosok Rumi.
"Jarak umur kalian nggak terlalu jauh kok, cuma beda lima tahun saja kok." Lima tahun? Itu berarti usia Rumi dua tujuh? Tapi kenapa wajahnya seperti baru memasuki usia dua puluhan?
"Rumi itu anaknya baik loh, suka sama anak-anak lagi. Sayang banget kalau perempuan kaya dia itu di lewatin begitu aja." Ya Tristan juga mengetahui hal itu karena ia juga sudah pernah berbicara dengan Rumi sebelumnya.
"Kalau mau nanti Mama bantuin, Bundanya Rumi kan temen baiknya Mama tuh. Jadi gampang lah, Joyie juga pasti pengen punya Mommy baru." Untuk kalimat yang terakhir itu Lisa ucapkan sembari mendekatkan wajahnya pada sang putra.
Jangan sampai Joyie mendengarnya karena mereka tidak mau sampai membuat gadis itu menaruh harapan lebih nantinya.
......................
"Sama siapa tadi Bun?" Rumi terlalu terkejut sampai ia batal menyeruput minuman segar yang barusan saja ia buat.
"Sama Tristan, anaknya tante Lisa yang kemarin kamu tolongin itu loh Mba." Iya, Rumi juga bisa mendengar dengan sangat jelas saat nama Tristan tadi disebutkan. Tapi yang jadi permasalahannya bukan itu!
"Coba aja dulu pendekatan sama dia, enggak ada salahnya. Meskipun duda, tapi dia bertanggung jawab banget orangnya." Yang menjadi permasalahannya itu hal yang satu ini!
Bayangkan saja, Rumi sedang duduk santai di teras depan dan bersiap untuk membaca salah satu buku yang baru ia beli beberapa hari lalu.
Terus Nirma datang menghampirinya untuk mengajak bicara, tapi ujung-ujungnya Bundanya ini malah ingin menjodohkannya pada Tristan. Yang benar saja?
"Bunda serius nyuruh Rumi buat pdkt sama Pak Tristan? Rumi belum lama loh putusnya, Bun?" Jangan bilang Bundanya ini kebelet menggendong cucu makanya sampai ingin menjodohkannya seperti ini segala.
"Ya terus kenapa kalau Mba baru putus? Hidup kan harus terus berjalan, masa cuma gara-gara baru putus Mba jadi nggak pengen nikah?" Ya tidak sampai segitunya juga sih.
Tapi Rumi juga tidak mau terburu-buru dan nantinya malah mengulangi kesalahan yang sama lagi. Sudah cukup bersama mantannya itu saja, dan Rumi tak mau lagi mengalami hal seperti itu.
"Mba Rumi, Mba! Mana sih ini orangnya." Rumi langsung mengurungkan niatnya kala mendengarnya teriakan menggelegar yang berasal dari ruang tamu rumah mereka.
"Oh di sini rupanya. Eh, ada Bunda juga." Wajah kesal Rafka yang tadi terlihat kini sudah berganti dengan senyuman lebar kala menemukan sang kakak sekaligus Ibunya di teras sana.
"Itu, minuman yang ada di kulkas boleh aku minum nggak? Kayanya seger banget, jadi pengen nyicipin." Ternyata Rafka mau repot-repot mencari dirinya hanya karena ingin meminta minuman yang tadi Rumi buat.
"Iya boleh, minum aja. Mba memang sengaja buat yang banyak, jangan lupa kasihin ke Ayah juga ya." Rafka lantas mengangkat satu ibu jarinya dengan senyuman yang luar biasa lebar.
"Btw lagi pada bahas apaan sih? Kok kayanya serius banget deh, jadi kepo akunya." Jangan sampai Rafka mengetahui rencana dari Bundanya ini, bisa-bisa dia malah berada di pihak Nirma nantinya.
"Ini loh, Bunda mau kenalin Mbamu sama anak temennya Bunda." Ah sudahlah, Rumi hanya bisa pasrah setelah ini. Terserah pada Rafka kalau adiknya itu mau meledeknya nanti.
"Orangnya gimana Bun? Baik nggak, udah mapan belum, ada riwayat selingkuh nggak sebelumnya?" Hah? Ini Rumi tidak salah dengar kan?
Kenapa jadi Rafka yang bertanya tentang itu semua? Dan lihatlah sekarang ini, adiknya itu sampai duduk di atas lantai sana sembari menunggu jawaban seperti apa yang akan Nirma berikan.
"Anaknya baik sekali, Mbamu juga udah pernah ketemu sama dia kok." Kening Rafka berkerut, itu berarti kakaknya ini sudah mengenal orang yang ingin dijodohkan dengannya.
"Iya, malahan kita lumayan sering ketemunya. Dia salah satu wali murid di sekolahnya Mba." Raut kebingungan yang tadi tercetak jelas di wajah Rafka berubah dalam hitungan detik menjadi terkejut bukan main.
"Ini Bunda mau jodohin Mba sama duda kah?" Tanpa merasa bersalah sedikitpun, Nirma hanya menganggukkan kepalanya dengan enteng.
"Yang bener aja dong Bun? Masa iya spek bidadari kaya Mba Rumi dijodohin sama duda. Enggak usah ah, nanti biar adek aja yang cariin pria mapan buat Mba. Jangan sama duda." Bolehkah Rumi memeluk Rafka dengan erat saat ini sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyelamatkan dirinya dari perjodohan aneh ini?
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih