1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Entah sudah berapa lama Garra dan Mariam saling menatap dengan posisi yang intens, yang membangkitkan gairah keduanya. Garra menunggu gadis itu bergerak. Namun nyatanya, ia bisa merasakan detak jantung Mariam yang berdetak begitu cepat. Dan wajah gadis itu yang tampak gugup.
Garra tersenyum tersenyum menyeringai. Ternyata gadis bar-barnya masih ada rasa malu juga. Kalau sudah begitu, memang keliatan tidak ada pengalaman. Tapi malam ketika ia mabuk kemarin, tingkahnya seperti gadis yang sudah begitu ahli. Apa karena hari ini ia gugup dan tidak sedang mabuk? Giliran Garra yang mendekatkan diri dan berbisik ditelinga Mariam.
"Aku pikir kau sangat berani, ternyata aku salah. Kau sangat gugup sekarang, padahal aku menunggu aksimu." gumam Garra ditelinga gadis itu. Sengaja memancing lagi, ingin lihat seberapa jauh gadis itu akan bertindak. Mengingat rasa nikmat akan sentuhan malam itu, seolah menghilangkan akal sehat Garra. Sungguh, kalau itu Mariam, menggodanya dengan cara yang paling gila, ia tidak bisa menolak.
Mata Mariam mengerjab-ngerjab. Dalam sepersekian detik, dengan gerakan cepat ia bangkit dari pangkuan Garra. Dan berdiri membelakangi pria itu. Senyuman lebar terpampang jelas di wajah Garra. Lelaki itu bersandar di sofa dengan kedua tangan berada di belakang kepalanya, setia memandangi Mariam yang masih membelakanginya. Entah apa yang sedang gadis itu buat. Garra terus menunggu.
Panas panas panas. Mariam menutup matanya kuat-kuat, sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan, lalu membuka matanya lagi. Ia berusaha menetralkan napasnya yang terganggu akibat jantungnya yang bergerak tak beraturan.
Astaga Mariam, kenapa kau jadi gugup begini sih? Garra sudah memberimu lampu hijau. Apa gunanya kau membaca buku mesum itu kalau tidak berani bertindak. Masa kau kalah.
"Hmm, sudah sore aku harus balik ke kan ... Mmph ..."
Garra hendak berdiri dari sofa. Namun Mariam kembali mendorongnya, naik lagi ke pangkuannya dan langsung menyerang bibir pria itu. Mencium pria itu dengan sangat liar. Awalnya Garra tidak membalas. Ia membiarkan Mariam memimpin. Sampai gadis itu kelelahan sendiri dan melepas pagutannya. Napasnya terengah-engah.
Mariam masih mengatur napas ketika Garra menyentuh dagunya. Membuatnya mendongak menatap pria itu.
"Sekarang giliranku," gumam Garra.
Bibir pria itu yang keras dan dingin langsung mel u mat bibir Mariam, memagut bibirnya dengan ciuman yang sangat amat panas. Garra mel u mat bibir Mariam tanpa ditahan-tahan, lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Mariam, merasakan keseluruhan isi di dalamnya. Mengabsen satu persatu gigi gadis itu yang berbaris rapi.
Garra terus menghisapnya, dan menggilasnya tanpa ampun. Pria itu sangat menikmati rasanya. Tubuh Mariam serasa terbakar, panas karena gairah. Cara Garra menciumnya seperti sudah sangat ahli. Padahal ia pernah dengar dari kakaknya kalau Garra ini tidak pernah pacaran.
Tapi Mariam senang. Garra akhirnya membalasnya ciumannya, bahkan diluar ekspektasinya yang berpikir kalau Garra tidak mungkin akan menciumnya sepanas dan seliar ini. Ternyata keahlian pria itu luar biasa, membuat Mariam serasa ingin terbang.
Tubuh Mariam makin panas ketika merasakan sesuatu keras mendesak menekan perutnya. Kemudian Garra menghentikan ciumannya dan kepala pria itu ia letakkan di ceruk leher Mariam. Napasnya tersengal-sengal, sama seperti Mariam. Bahkan Mariam merasa bibirnya menjadi tebal.
"Kau membuatku gila bocah nakal." gumam Garra masih tersengal. Mariam tersenyum.
"Aku merasakannya, milikmu sudah tegang. Apa perlu aku bantu?" tawar Mariam dengan wajah menggoda. Garra mengangkat kepalanya dari ceruk leher Mariam dan menatap gadis itu lama.
"Katakan, apa kau sering memainkan milik pria lain?" saking penasarannya Garra bertanya. Karena ia ingin mendengar jawaban tidak dari Mariam. Ingin mendengar bahwa dirinya adalah laki-laki pertama yang dapat sentuhan dari gadis itu, dan ingin menjadi laki-laki terakhir Mariam.
Dia tidak egois kan berpikir seperti itu? Karena Garra tahu, dari dulu hatinya hanya terpaku pada satu perempuan. Yang selalu ia impikan. Dan perempuan itu adalah Mariam. Hanya saja, rasa takut akan kehilangan orang-orang yang dia sayangi membuatnya membangun benteng yang kokoh, hingga ia tidak berani memulai hubungan.
Garra sempat tak ada kontak lagi beberapa tahun dengan Mariam. Karena kesibukan, karena Mariam kuliah di luar negeri. Karena waktu itu mereka bukan siapa-siapa, dan Mariam pasti belum menyukainya seperti sekarang. Hanya perasaan sepihak Garra.
Garra sudah berencana mengubur perasaannya terhadap gadis itu. Namun perasaan itu timbul kembali begitu mereka bertemu lagi. Apalagi Mariam dengan percaya dirinya menembak dia, bahkan menyatakan diri ingin mengejarnya. Awalnya Garra masih kekeuh menolak, takut Mariam kenapa-napa kalau dengannya. Namun semakin hari, pesona Mariam dan kelucuan gadis itu membuatnya tak mampu menolak lagi. Ia ingin memiliki Mariam, ingin menjaganya. Ingin gadis itu selalu berada di sisinya.
"Auww ...!" teriak Garra kencang saat merasakan cubitan kuat di lengannya. Ia menatap Mariam jengkel.
"Kenapa mencubitku?" Mariam memasang wajah galak menatap pria itu.
"Aku bukan wanita pemain banyak pria. Hanya satu pria saja. Kamu tahu siapa maksudku kan?" Mariam mengedipkan sebelah matanya sembari mencolek pipi Garra. Garra mengulum senyum. Ya ampun, perempuan paling aneh di dunia ini versi seorang Garra dimenangkan oleh Mariam. Dan Garra jatuh hati pada gadis itu.
"Itu kamu masih tegang bunny, aku bisa merasakannya." Mariam mengerling nakal.
Garra menelan ludah. Yap, betul. Gara-gara ulah Mariam dia ereksi. Normal bagi seorang pria, apalagi dengan posisi intens seperti ini bersama gadis yang di sukai. Bohong kalau tidak. Ya ampun, cara Mariam menatapnya membuatnya makin tergoda. Lalu, belum sempat bicara sepatah kata pun, ia merasakan tangan Mariam sudah menempel di bagian yang tegang itu, yang masih tertutupi celana. Sontak ketegangan Garra di bawah saja makin bertambah. Juniornya mengeras dan sangat tegang. Apalagi ketika tangan Mariam mulai bergerak dari luar.
"Mmph ... Ma ... Mariam ..."
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh