Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Mobil Bus bergerak meninggalkan Villa puncak, mereka berharap bisa kembali ke puncak setelah semester selesai. Kini Arshilla duduk bersama Kirana dan Bima duduk di Belanda bersama kawan-kawannya.
"Kamu nggak sama Bima?" tanya Kirana
"Nggak ah! Nanti dikira gue bucin sama dia," ucap Arshilla.
"Oh yaa besok lo ada waktu nggak?" tanya Arshilla
Kirana menggeleng pelan "Nggak ada si, kenapa memangnya?"
"Besok gue mau nikah sama Bima dan akad nikahnya malem. Lo bisa datang kan?" bisik Arshilla
Kirana menutup mulutnya "Bukannya dua minggu lagi ya?"
"Bima minta nya besok dan resepsi pernikahannya dua minggu lagi sesuai dengan kesepakatan kita,"
"Oke. Nanti aku sama Adi pasti datang!" ucap Kirana.
Sementara itu di kursi panjang di paling belakang Bima sedang asyik berbincang dengan kawan-kawannya, tiba-tiba ponselnya berdering tertera nama Mama di layar ponselnya.
"Halo Ma?" jawab Bima
"Mama udah atur semuanya dan ayah nya Arshilla juga akan menjadi wali. Kamu tinggal beli cincin yang sesuai keinginan Arshilla," ucap Ella melalui telepon
"Baik Ma! Besok setelah pulang kuliah Bima langsung beli cincinnya,"
Riyan mengerutkan keningnya karena Bima mengucapkan kata cincin. Setelah Bima memutuskan panggilannya Riyan mulai bertanya
"Ada apa Bim?" tanya Riyan
"Gue butuh kedatangan lo dan lo semua besok malam!" ucap Bima
"Ada apa Bim?" tanya David
"Lo semua jangan terkejut ya!"
Bima menarik nafasnya dalam-dalam "Besok malam gue mau ijab!"
Mereka yang mendengarnya terkejut "Lo serius?" tanya Riyan
"Kok mendadak banget si?" sambung Adi dan David
"Gue nggak mau lama-lama pisah sama Arshilla. Menunggu dua minggu lagi tuh lama!" jawabnya
"Gue juga takut Delon akan berbuat nekad," sambung Bima
Mereka menganggukkan kepalanya karena memang benar, Delon masih saja mengincar Arshilla.
"Adi?" panggil Kirana
Mereka menoleh ke arah Kirana
"Eh ada apa?" tanya Adi
"Aku boleh duduk sini sebentar nggak?" tanyanya
Bima mengerutkan keningnya "Memangnya Arshilla kenapa kok lo mau duduk di sini?" tanya Bima
"Tadi ada Delon katanya mau bicara sebentar dan aku disuruh pergi untuk sementara sama Delon,"
Mendengar itu Bima naik pitam, ia bangun dari duduknya untuk menghampiri Arshilla, dan benar Delon tengah duduk bersama Arshilla dan sedang membicarakan sesuatu
"Yang!" panggil Bima
Arshilla menoleh "Sayang?"
"Ada apa kamu berduaan gini?" tanya Bima dengan wajah datarnya.
"Jangan salah paham dulu Bim, gue ke sini cuma mau minta maaf sama Arshilla karena kejadian itu. Dan gue janji nggak bakal gangguin hubungan kalian lagi," ucap Delon
"Ya udah. Makasih ya udah maafin aku. Aku janji nggak bakal ganggu hubungan kamu lagi. Aku akan kembali ke Jerman!" ucap Delon. Ia pun bangun dari duduknya dan kembali ke tempat ia duduk sebelumnya.
Kini Bima duduk di samping Arshilla dan menatap tajam pada Arshilla
"Apaan sih Bim!" ucap Arshilla
"Dia nyentuh kamu nggak?" tanya Bima
"Cuma kepala aku doang," ucapnya
Bima mengusap kepala Arshilla, ia tak mau miliknya disentuh oleh lelaki lain.
"Beneran nggak ada lagi?" tanya Bima
"Iya Bima,"
"Kok manggilnya Bima, nggak sayang lagi?" tanya Bima
Arshilla menghela nafasnya "Iya sayang," ucapnya dengan lembut. Arshilla mengusap lembut pipi Bima.
"Jangan ngambek dong,"
Bima mendekatkan wajahnya hendak mencium Arshilla namun wanita itu menahannya
"Kenapa?" tanya Bima
"Nanti diliat orang Bim!" ucapnya
Bima mengedarkan pandangannya dan melihat mereka sedang sibuk sendiri dan di belakang Bima sedang tertidur
"Nggak ada yang liat!" Bima mendekatkan wajahnya lagi dan mencium bibir Arshilla, tangan satunya meremas buah kenyal itu.
*********
Malam harinya Arshilla menunjukkan wajah yang tidak suka pada lelaki yang ada di depannya. Meskipun laki-laki itu selalu tersenyum ke arahnya, namun Arshilla hanya cuek. Rosa menghela nafasnya dan mulai membuka pembicaraan
"Arshi, Papa datang ke sini karena dia akan menjadi wali nikah kamu," ucap Rosa
Arshilla memutar bola matanya malas "Heum!" jawabnya
"Arshi, Papa mau bertemu dengan Bima. Papa ingin melihat kesungguhan Bima," ucapnya
"Nggak usah! Anda sok ingin tau tentang kesungguhan seorang laki-laki, tetapi anda nggak bisa membuktikan kesungguhannya sendiri!" jawab Arshilla
"Arshi! Kamu nggak boleh gitu!" bentak Rosa.
Arshilla memutar bola matanya "Udahlah, aku capek mau istirahat! Kalau udah selesai silahkan pulang ya!" ucap Arshilla dan pergi begitu saja.
Tama menghela nafasnya sedih "Sebegitu bencinya Arshi padaku," lirihnya
"Maafkan Arshi ya," ucap Rosa
"Nggak apa-apa, wajar jika Arshilla begitu,"
"Ibu, ada Den Bima di depan," ucap seorang Art
"Loh kok di depan? Langsung suruh masuk saja, biasanya juga langsung masuk," ucap Rosa
"Baik Bu!" Art itu pergi ke depan.
Bima datang membawa makanan kesukaan Arshilla "Ma?" panggil Bima dan menyalami Rosa
"Kebetulan kamu datang, Bim,"
"Ada apa Ma?" tanya Bima dan kini ia duduk di samping Rosa. Bima melihat seorang laki-laki duduk di depannya dan ia menundukkan kepalanya sebagai salam
"Bima, dia adalah Tama. Papa nya Arshilla," ucap Rosa
Bima terkejut dan ia segera bangun dari duduknya untuk menyalami calon mertuanya
"Pa, maaf Bima nggak mengenali Papa," ucapnya
Tama menepuk bahu Bima "Nggak apa-apa, ini juga karena kamu baru melihat saya," ucap Tama
Bima mengedarkan pandangannya dan Rosa tau apa yang Bima cari
"Arshi di kamar, kamu masuk aja ke sana," ucap Rosa
Bima menggaruk tengkuknya karena merasa malu "Baik Ma,"
"Bima permisi dulu, Pa!" ia pun segera naik ke lantai dua dimana kamar Arshilla berada
"Kamu kok bolehin Bima masuk ke kamar Arshi?" tanya Tama
"Udah biasa. Aku juga percaya sama mereka," ucap Rosa. Tama menganggukkan kepalanya meskipun ia melihat perubahan pada putrinya.
"Kamu ngapain ke sini, Bim?" tanya Arshilla
"Aku bawain makanan kesukaan kamu," Bima membuka bungkusan ya ia bawa
"Kamu kenapa ngga temuin Papa?" tanya Bima
"Kamu kalo ke sini mau nasehatin aku mending pergi deh!" ucap Arshilla
Bima mengusap wajahnya kasar, ia memegangi kedua bahu Arshilla
"Nggak gitu Yang, aku cuma tanya"
Arshilla menghela nafasnya kesal "Aku nggak suka liat Papa!"
Bima mengecup bibir Arshilla sekilas "Hei, dengar, kalau anak kita benci sama aku apa kamu nggak sakit hati?"
Arshilla menatap Bima "Maksudnya?"
"Sayang, dengarkan aku. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu juga merindukan Papa. Sekarang kamu berfikir jika kejadian ini menimpa anak kita dan kita masih saling mencintai apa kamu nggak sakit hati dengan penolakan anak kita?" ucap Bima
Arshilla terdiam, ia mulai mengingat jika mereka masih saling mencintai. Namun karena keegoisannya membuat mereka saling tersakiti
"Bima, akuu.."
Bima kembali mengecup bibir Arshilla sekilas "Kamu temui Papa dan minta maaf ya. Aku tau kamu juga merindukan Papa."
Arshilla meneteskan air matanya, sedetik kemudian ia berlari menuju ke bawah.
"Baiklah Rosa, besok malam aku akan ke sini," ucap Tama. Kini ia sedang berdiri di depan mobilnya
"Baiklah, hati-hati di jalan."
Tama membuka pintu mobilnya hendak masuk namun ia mendengar suara teriakan dari dalam rumah
"Papa!" teriak Arshilla yang tengah berlari
Tama mengerutkan keningnya, sedetik kemudian ia terkejut karena Arshilla memeluk dirinya.
"Papa maafin Arshi! Arshi banyak salah sama Papa dan membuat Papa sakit hati karena ucapan Arshi!" ucapnya sambil terisak.
Tama memeluk putrinya yang sangat ia rindukan "Nggak sayang, kamu nggak salah. Papa yang salah." ucapnya
Bima tersenyum melihat semua itu, ia memeluk tubuh mertuanya dari samping membiarkan wanita itu menangis haru