Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Seperti kesepakatan James dan Silvia, keluarga kecil mereka tidur di kamar James. Awalnya, Nathan berada di tengah mereka, menjadi tameng bagi Silvia untuk menahan James berdekatan dengan wanita itu. Namun, entah bagaimana lagi ini Silvia terbangun dengan tangan James melingkari perutnya.
Silvia menoleh dan melihat James masih tertidur. Wajah tampan James selalu membuatnya terpesona. Pikirannya masih saja tidak menyangka bila keduanya dapat kembali bertemu. Silvia menelusuri wajah James dengan jarinya. Seketika, pria itu membuka matanya.
"Puas memandangi wajah tampanku, Sayang?" tanya James dengan senyum tersungging di wajahnya.
"Aku tidak..."
James langsung membungkam Silvia dengan mencium bibir lembut wanita itu. Dia sangat merindukan saat-saat mendekap Silvia. Malam yang dilaluinya sendiri begitu panjang, hingga dia tidak ingin semua ini cepat berlalu.
Tanpa sadar, tubuh James mendekat pada Silvia. Ada yang menegang di bawah sana yang membuat Silvia menghentikan ciuman mereka. "Kita tidak boleh melakukan hal yang lebih dari ini, James. Kamu sudah berjanji," ucap Silvia.
"Ya, Sayang. Maafkan aku, ini adalah reaksi alami ketika berdekatan denganmu. Aku tidak sabar untuk segera menyeretmu menuju altar. Kita tidak perlu menunggu lama untuk mempersiapkan pernikahan, bukan? Aku akan segera mendaftarkan pernikahan kita bila telah mendapatkan restu dari Mama," balas James menahan hasratnya.
"Kita lihat nanti, James. Ehm... Sebaiknya kamu redakan dulu h*sratmu itu. Jangan sampai Nathan mengetahui bila papanya sangat m*sum." Silvia melepaskan diri dari pelukan James.
"Huft, baiklah. Bila kamu sudah menjadi istriku. Tidak akan aku melakukannya sendirian. Aku pasti akan membuatmu tidak akan pernah tidur cepat, Sayang. Tunggulah saat itu tiba!" ujar James kemudian bangkit untuk meredakan h*srat yang terlanjur bangun ketika melihat Silvia berada dipelukannya.
Silvia hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan James. Pria itu sedikit berubah menjadi lebih mesum. Biasanya, James akan bersikap dingin pada Silvia. Tidak pernah pria itu memeluknya erat seperti semalam. Namun, Silvia sangat menyukai perubahan James. Itu berarti James benar-benar memiliki perasaan padanya.
Setelah Nathan bangun, mereka bertiga sarapan kemudian James mengantarkan Silvia untuk menuju toko roti milik Silvia. Ketika sampai di toko, terdapat seorang pria yang menunggu kehadiran Silvia. Mata James menyipit ketika pria itu bergegas menghampiri Silvia untuk menyambut kedatangan mereka.
"Kamu dari mana saja? Seharian aku menghubungimu, tetapi tidak ada jawaban!" ucap Raka terlihat kawatir.
Nathan yang telah mengenal Raka dengan baik tentu saja menyapa pria itu. "Om sudah tidak sibuk? Mama bilang Om sibuk bekerja jadi tidak memiliki waktu untuk bermain bersamaku," ucap Nathan dengan riang.
Nathan tidak menyadari bahwa perkataannya itu memantik kecemburuan James. Dari penyelidikan Daren memang ada pria yang seorang wanita dari pemilik kontrakan tempat Silvia selama ini tinggal. Raka adalah pria yang membantu Silvia selama dia tinggal di kota S.
Silvia belum menceritakan tentang Raka sedikit pun. Namun, James telah mengetahui tentang pria yang ada di hadapannya. Tentu saja, James sangat berterima kasih pada Raka. Akan tetapi, terlihat persaingan di antara keduanya.
"Maafkan, Om. Minggu kemarin, Om sangat sibuk hingga tidak dapat menghubungimu," balas Raka.
"Tidak masalah, Om. Sekarang, aku sudah memiliki Papa. Jadi, aku akan sering bermain bersama papaku. Lagi pula aku akan segera pindah ke Jakarta." Sontak Raka terkejut dengan ucapan Nathan.
"Nathan! Bisakah kamu bermain dulu bersama Tante Gendis?" tanya Silvia ketika melihat keterkejutan di wajah Raka.
"Baiklah, Ma," jawab Nathan menurut pada ucapan Silvia.
"Benarkah hal yang dikatakan oleh Nathan?" tanya Raka pada Silvia yang menghela napasnya.
Ingin mengabaikan pertanyaan Raka, tetapi Silvia tidak mungkin melakukannya. Pria itu sudah sering membantu Silvia melewati hidupnya sendiri. Silvia melirik James yang mengepalkan tangannya. Rupanya, James tengah menahan dirinya sendiri.
"Kita duduk dulu, Raka. Sebelumnya, kenalkan pria di sampingku adalah James. Dia adalah Papa Nathan," jawab Silvia pada akhirnya memutuskan untuk jujur pada Raka.
Kedua pria itu bersalaman, aura permusuhan sangat terlihat. Silvia mencoba untuk mengabaikan hal tersebut dengan mencoba untuk tenang. Kini, mereka bertiga duduk di ruangan Silvia.
"Aku memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan memberikan James kesempatan kedua. Maafkan aku, Raka."
Entah mengapa, Silvia merasa harus meminta maaf pada Raka. Dia selama ini telah mencoba membuka hati pada Raka yang selama ini mendampinginya. Namun, tentu saja hal itu tidak pernah bisa dia lakukan karena hanya James yang berada di sampingnya.
Mendengar semua penjelasan Silvia, membuat hati Raka berdenyut nyeri. Dia menatap tajam James seraya menilai pria yang menjadi tambatan hati Silvia.
"Aku harap Anda dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Jangan pernah mengecewakannya lagi. Aku akan merebut Silvia dengan tanganku sendiri bila kamu menyia-nyiakan wanita sebaik Silvia," ucap Raka pada akhirnya.
Cinta tidak dapat dipaksakan. Walau telah berusaha untuk membuat Silvia jatuh cinta, wanita itu tidak pernah membuka hatinya pada Raka. Menunggu selama delapan tahun, bukan hal yang mudah. Namun, Raka tidak bisa berbuat apa pun ketika Silvia ingin kembali pada pria yang dicintainya.
"Aku tidak akan pernah membiarkan kau merebut Silvia dariku. Silvia dan Nathan adalah milikku. Sampai kapan pun mereka adalah milikku," balas James.
"Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, Silvia. Bila dia mengecewakanmu, kamu memiliki tempat untuk kembali," ujar Raka pada Silvia.
"Maaf karena tidak bisa membalas perasaanmu, terima kasih, Raka," ucap Silvia sambil menitikkan air mata.
Silvia tentu sangat sedih akan berjauhan dari Raka, dia telah menganggap Raka sebagai kakaknya sendiri. Perasaan bersalah tentu ada ketika tidak dapat membalas perasaan Raka. James mengelus punggung Silvia, ada rasa cemburu dalam harinya. Akan tetapi, pria itu mencoba mengerti perasaan Silvia yang selama ini dibantu oleh Raka.
"Kamu tenang saja, aku akan mendapatkan wanita yang cantik untuk menjadi istriku kelak," canda Raka dengan penuh senyuman.
Setelah berbicara dengan Raka, Silvia memutuskan untuk menyerahkan tanggung jawab toko yang dia kembangkan pada Gendis. Asisten pribadinya itu terkejut dengan keputusan Silvia. Akan tetapi, Silvia telah mempercayakan semuanya pada perempuan cantik itu.
"Kamu tenang saja, aku akan terus memantau semuanya. Aku hanya sebentar ke Jakarta lalu kembali lagi. Nanti bila memang aku memutuskan pindah ke Jakarta aku harap kamu dapat mengelola tokoku dengan baik. Aku percaya padamu, Gendis," ujar Silvia.
"Terima kasih atas kepercayaannya, Bu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan toko roti Anda," balas Gendis.
Sesuai rencana James, esok harinya mereka bertiga akan pergi ke Jakarta. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju Mansion Davis, Silvia selalu menggigit bibirnya. Hal yang selalu dia lakukan bila sedang gugup.
"Jangan gigit bibirmu seperti itu, Sayang. Atau aku akan menciummu di depan putra kita," tegur James pada wanita di sampingnya.
"Aku hanya gugup. Kau tahu? Aku selalu takut bila berhadapan dengan Nyonya Sonia," ucap Silvia.
James meremas tangan wanita itu dengan lembut. "Aku akan selalu bersamamu, Sayang. Kita akan hadapi Mama bersama sampai mendapatkan restu darinya," balas James dengan senyuman untuk menenangkan Silvia.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Tinggalkan Like dan komentarnya ya, Kak. ❤️