.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
siasat brilian (part. 2)
.
.
.
"benarkah? apa Vano bilang begitu? ". tanya Yardan yang tau Nana memanggil Vano dengan sebutan Arka.
"iya Tuan, apa Tuan Relawan disini? ". tanya Nana
"iya, aku sudah lama jadi relawan disini, kamu baru kan? ". tanya Yardan
"iya, saya hanya iseng saja Tuan". jawab Nana tersenyum
"iseng? ". beo Yardan
"iya..! saya punya kemampuan mengobati orang padahal saya tidak sekolah, hmm.. bisa dikatakan kemampuan saya masih kuno dan sering disebut dokter kuno". jawab Nana sambil mengambil sebotol minuman dan meneguknya hampir tandas.
"tidak sekolah?? caramu berbicara padaku saat itu seperti gadis berpendidikan". kekeh Yardan.
"iya Tuan, saya tinggal dikampung beberapa tahun ini, mama saya bilang kalau saat mengandung saya mama saya dikejar orang jahat yang ingin membunuhnya, jadi dia pergi ke desa terpencil, disanalah saya bertemu Arka Tuan". curhat Nana
Yardan semakin serius mendengar cerita Nana, ia semakin saja penasaran dengan sosok ibu Nana karna ia yakin bahwa ada hubungan antara dirinya dengan Ibunya Nana.
"lalu kenapa kamu bisa kekota? ". tanya Yardan
"hmm.. saya lari karna dipaksa menikah Tuan". jawab Nana tertawa kecil.
"dipaksa? ". beo Yardan
"lalu apa kamu dipaksa menikah oleh Indra? ". tanya Yardan
Nana terkejut, ia melupakan Pria yang menjadi alibinya saat itu.
"sebenarnya saya pacaran dengan Tuan Indra hanya lewat online saja Tuan, saat itu saya marah karna dia sangat manis lewat online tapi ternyata semua itu hanya omong kosong belaka, harap dimaklumi Tuan saya masih naif". jelas Nana begitu detail.
Yardan akhirnya percaya alasan Nana, Nana melihat arah lain dan menghela nafas lega.
"nana.. oh Nana..? sejak kapan kau jadi lupa heh? bukankah kamu bersandiwara saat itu? kenapa malah melupakan pria di Restaurant itu? untung saja aku bisa menjelaskan". batin Nana mengomel.
"lalu bagaimana mamamu? apa dia juga ada dikota ini? ". tanya Yardan
"sebenarnya tadi saya mau mengajak Mama saya Tuan, saya tidak tau kenapa dia tidak mau datang katanya terlalu banyak kenangan di Panti ini jadi dia tidak mau datang". Nana menjawab dengan raut wajah polosnya seperti tidak tau apa-apa.
"banyak kenangan? ". beo Yardan yang duduknya sudah gelisah.
"iya.. aku tidak tau apa maksud kata-kata Mama, dia bilang tidak mau kesini karna terlalu banyak kenangan dengan Papa". gumam Nana begitu pelan tentu Yardan mendengarnya.
Yardan yakin bahwa hanya dirinya saja satu-satunya Pria yang menjadi relawan di Panti ini sejak dulu, banyak perempuan menjadi Relawan di Panti ini tapi mengapa perkataan Nana mengingatkan Yardan pada 1 perempuan yaitu perempuan yang pernah ada dihatinya.
"siapa nama ibumu? ". tanya Yardan
Yardan harus memastikan kebenarannya, apa yang dipikirkannya benar atau tidak.
Nana menoleh ke Yardan, "ini sudah keberapa kali Tuan bertanya siapa ibuku?".
"katakan siapa Ibumu? bisa aku bertemu dengannya? ". tanya Yardan
"apa maksud Tuan? ". Tanya Nana pura-pura tidak tau.
"apa Ibunya ada tanda lahir didadanya? dibawah perutnya? ". tanya Yardan
Nana mengerutkan keningnya, "maaf Tuan saya harus pergi! ".
Yardan berusaha mengejar Nana tapi terhalang oleh Anak-anak Panti yang berlarian.
Yardan mengumpat dalam hati, "Yardan..! kau terlalu terburu-buru, Nana pasti salah faham denganku? ". batin Yardan.
Yardan mengira Nana menganggapnya Pria cab*l, sementara Nana yang sudah melarikan diri kini sudah ada didalam taksi setelah mengambil barang-barangnya di loker khusus.
"sekarang Papa mencurigaiku 80%, hahaha.. Papa? Papa tidak bisa mencari data-dataku tapi bertanyalah padaku Pa, aku yakin setelah ini Papa akan penasaran dengan Mama". batin Nana tersenyum cerah.
sejak saat itu Yardan seperti cacing kepanasan mencari jati diri Nana yang tak kunjung dapat jawaban,
"apa Abi? kamu belum juga menemukannya? ". tanya Yardan seakan tidak percaya
"maafkan saya Tuan, saya merasa gadis ini sudah terbiasa bersembunyi, bahkan Tuan Vano pun jarang menemuinya". Abi
"jarang menemuinya bagaimana? ". tanya Yardan
"saya merasa Tuan Devano sengaja menyembunyikan Nona Queen Tuan, beberapa kali saya mengikuti Tuan Devano dan saya bisa melihat banyak orang yang mengikutinya, gadis ini mungkin dalam incaran seseorang Tuan". lapor Abi
Yardan tersentak, "apa itu benar? ".
"benar Tuan". jawab Abi
Yardan menghela nafas panjang, "baiklah..! aku tau kalau kau sudah bekerja keras".
"aku terlalu tidak sabaran, maafkan aku Abi". ucap Yardan dengan lemas.
"tidak Tuan..! anda tidak sabaran karna sudah terlalu lama berpisah dengan Anak kandung anda, saya yang seharusnya minta maaf karna tidak bisa mencari tau identitas gadis itu". Abi menangkupkan tangannya.
Yardan mendekati Abi dan memegang tangan Abi, mereka pun melempar senyum satu sama lain.
"saya akan mencari tau lagi Tuan". kata Abi serius.
Yardan mengangguk dengan senyumannya.
Abi pun pamit pergi, tinggallah Yardan seorang diri.
"apa dia memang perempuan dimalam itu? Dewi? apa gadis yang bersamaku saat itu Dewi tapi bagaimana jika tidak?". Yardan bergumam pelan.
Yardan memijit pelipisnya, terlalu banyak perempuan yang menjadi relawan di Panti Asuhan Bunda, tapi mengapa kata-kata Nana membuatnya memikirkan 1 nama yaitu dewi.
kepribadian Nana mirip dengan Dewi.
ditempat lain
Nana tiba di Rumahnya lalu tergesa-gesa memeluk Mamanya.
"kenapa sayang? ". tanya Dewi
"mama? bisakah Nana mandi bersama mama? ". tanya Nana tersenyum lebar.
"ap. apa? ". Dewi seakan tidak percaya permintaan putrinya yang baru saja datang tiba-tiba minta mandi bersama.
Nana mengerutkan keningnya, "kok apa sih ma? Nana ingin mandi bersama mama..! tadi Nana melihat anak-anak panti mandi bersama, mereka menangis karna tidak bisa merasakan dimandikan oleh ibu mereka".
Dewi tertawa lebar, alhasil ia percaya alasan Nana.
.
Nana diam-diam melihat tanda lahir dibagian dada Mamanya ternyata memang ada, Nana yang memaksa mereka mandi tanpa mengenakan b* hingga Nana bisa melihatnya dengan jelas.
"dibawah pusat? ". batin Nana
"kamu lihat apa sayang? ". tanya Dewi
"ma..? biar Nana gosok punggung Mama ya? ". senyum lebar Nana ahlinya mengalihkan pembicaraan.
mereka mandi bersama, entah mengapa malah membuat mereka saling bercanda didalam sana seperti saudara kandung saja padahal mereka seorang ibu dan anak.
"tubuh mama cantik sekali". kekeh Nana saat mereka kini telah memakai handuk.
Dewi menoleh ke Nana, "sayang..? mama sudah punya anak 1 mana mungkin masih bagus".
"mama masih terlihat gadis ma, bukankah tetangga kita tidak percaya kalau kita ini ibu dan anak? mereka selalu bilang kalau kita ini seperti Tante muda dan keponakan, mereka mengira mama masih gadis loh". celoteh Nana.
"sudah.. sudah.. mama masuk duluan ke kamar ya? ". Dewi
Nana tersenyum lebar akhirnya ia berhasil mengkonfirmasi bahwa memang mama nya yang ditanya Yardan tadi, Nana sudah tau itu mamanya tapi dirinya harus memastikan juga.
setibanya dikamar Nana, "oooh.. jadi Papa tidak lihat wajah Mama tapi tau tanda lahir ditubuh mama? hihihi". tawa cekikikan Nana.
"artinya mereka harus menikah dulu baru tau kebenarannya, kalau Papa bertemu dengan Mama bertanya ada tanda lahir ditempat sensitif itu sudah pasti wajah Mama akan semerah tomat, mana mungkin mau menunjukkan tanda lahirnya". kekeh geli Nana.
Nana tidak bisa membayangkan bagaimana malunya Dewi saat ditanya apakah anda tanda lahir dibagian sensitifnya itu.
.
.
.
tapi lanjut