Yenara Axullia (20thn) bersikeras mengejar laki laki dingin bernama Negime Stuart Milly (30thn). Yena tidak pernah putus asa untuk mendekati Egi, sampai sampai Egi mengecapnya sebagai wanita murahan, Yena tak perduli jika dianggap seperti itu, karena Yena akan menjadi perempuan murahan jika dihadapan Egi.
Gadis merepotkan seperti Yena sangat menggangu kehidupan Egi, Ketenangan CEO N.S Group itu mulai terganggu akan hadirnya wanita bernama YENARA AXULLIA, bodohnya Egi terjebak dalam permainan Yena, hingga tanpa sengaja ia membuang benih berharga nya kedalam rahim Yena!!.
_________
So? Penasaran nggak?? Kalau penasaran baca ya!! Jangan lupa vote, comen, share, kalau ada typo tandain!! Oke? Jangan kelamaan buat mampir!!!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KaniaAzzaraAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
...HAPPY READING!!...
*
*
*
N.S Group
*
*
*
*
wanita sexy bergelayut manja ditubuh Egi, menggosok kan tubuh nya diantara paha Egi, mencoba merangsang jiwa ke lelakian Egi.
"Kau pasti sudah terangsang kan? Hehe liat saja kau akan jadi milik ku"
Egi sama sekali tidak merespon, terbukti, mau betapa seksi nya wanita dipangkunya ini, adiknya tidak merespon sedikit pun, bukan karena dia nggak normal ya, bukan! Tapi karena memang Egi tidak selera dengan wanita murahan ini.
Sekelebat bayangan Yena muncul di benak Egi.
"Bagaimana bisa wajah wanita itu muncul setelah sekian lama"batin Egi.
"Kenapa mendorong ku!?"protes wanita itu.
"Kau pikir kenapa?"Egi berdiri membersihkan jas, merasa kotor disentuh jalang ini.
"Bukankah kau kesepian? Aku hanya ingin menemani mu saja"
"Memang, Tapi saya tak butuh jalang murahan seperti mu untuk menemani ku"
Wanita yang disebut jalang itu tak mau menyerah, ia kembali mendekatkan dirinya Pada Egi, ia sentuh pundaknya, ia elus pipinya yang mulus, memang dia akui pesona Egi tak terbantahkan.
"Kau sangat sempurna, aku tak salah menambatkan hatiku padamu"
Egi segera menepisnya, wanita jalang ini bukalah tipenya, tapi entah kenapa Egi mampu untuk terus mencari keberadaan Yena, perempuan yang tak jauh dari kata Wanita murahan.
"Lagi lagi kau menyakiti ku!"akhirnya wanita itu geram juga, tak terima kelakuan kasar Egi.
"Jangan menyentuh ku sembarangan."Ucap dingin Egi.
"Ayolah, jangan munafik, aku tau kau butuh belaian hangat"
"Vicha!, ku peringatkan, jangan mencoba memancing emosi ku!" geram Egi.
"Stuart, satu kali ini saja, janji, aku nggak akan mengganggumu lagi"Vicha mengisyaratkan tangan nya berbentuk huruf V.
"Mau satu kali, atau pun berkali kali, jawabannya tetap sama, tidak akan, dan tak akan pernah."
"Kuarepmu!, pokoknya aku akan terus berusaha untuk mendapatkan mu, bagaimana pun caranya"Yakin Vicha pada dirinya.
"Jangan bikin saya, berbuat nekat padamu"
"Kalau kau nekat, aku akan lebih nekat lagi" Vicha memutuskan pergi dari ruangan Egi, dia akan kembali dengan rencana terbarunya.
Inpo ngantemi Vicha, beliau ini sangat meresahkan bagi Egi.
Egi bergegas menuju kamar mandi setelah Vicha keluar, hanya dengan membayangkan wajah Yena adik kecilnya bangkit, dan harus segera ia tenangkan.
Dibawah guyuran shower.
"Sshhhhh....akhhh...."
"Ehmmm..... sshhhhh.... akhhhhhk....ahhhh..."
"Aaaargggghhhhkkk......."
"Yena..kau membuat ku semakin gila!"
Tau lah ya apa yang sedang dilakukan Egi🌚
*
*
*
*
*
*
"Hay Yen" Sapa Herlangga, biasa dipanggil Erlan, salah satu guru di Playground tempat Cello sekolah, kebetulan hari ini libur, dan Erlan main ke Apartemen Yena, sekedar mampir, sekalian modus 😸 ngapelin Yena.
"Oh hai pak Er, tumben mampir?"tanya Yena.
"Hehe mampir aja, mau main, boleh kan?"
"Boleh lah, masa nggak boleh"
"Ayo masuk" Yena mempersilahkan Erlan masuk, Erlan pun mengikuti Yena.
"Loh, pak gulu?"Cello tengah bermain di sofa kaget dengan kedatangan gurunya.
"Hai Cello, lagi apa?"tanya lembut Erlan.
"Main pak, bapak ada ulusan apa? Cello nggak bikin salah kan?"
"Cello.."tegur Yena.
"Duduk pak Er"
Erlan pun duduk bersama Cello disofa, dan Yena kebelakang mengambil minuman.
"Bapak ke sini bukan karena Cello ada masalah"
"Telus apa dong ?"
"Bapak cuma mau main aja ke sini, nggak boleh ya?"
"Boleh boleh aja kok"
"Bagus lah, bapak kira nggak boleh"Erlan tersenyum lega mendengar jawaban Cello.
"Bapak Olang baik, nggak mungkin bakalan nyakitin Cello dan Mommy, jadi pak Ellan boleh kok main ke sini"
"Haha iya kah, bapak baik?"
"Iya, pak Ellan gulu Ello telfavolit"Cello mengacungkan jempol nya, Erlan terkekeh gemas.
"Apa Cello nggak mau punya Daddy yang baik seperti bapak, hm?"ucap Erlan memancing Cello.
Ia sudah lama ingin menyampaikan ini, ia ingin lihat seperti apa reaksi Cello, dari awal melihat Yena, rasa tertarik ingin memiliki Yena begitu kuat, Ditambah Cello, anak cerdas yang melampaui kecerdasan anak seusianya, juga menggemaskan.
"Hm, Daddy ya? Ngomong ngomong soal Daddy, Cello dah punya sih, tapi Daddy lama banget nemuin kitanya, padalah udah dikasih petunjuk dimana lokasi nya, malah cuma nempatin Olang² doang, nggak like ah, bisa kali y Om gulu jadi Daddy ku" Cello berdialog membatin.
"Pak gulu mau jadi Daddy Cello?"
"Iya, gimana? Mau nggak Cello nya"
"Cello si yes, Ndak tau tapi Mommy nya mau nggak sama pak gulu"
"Ngak mimpi kan, dapet restu anaknya dong! Okeh lah tinggal Mommy nya aja nih, xixixi"
"Cello serius?"tanya Erlan takut Cello cuma main main, mengingat Cello hanyalah anak kecil, meskipun sikapnya layak orang dewasa.
"Selius, apa mau kalau Cello belubah pikilan?"
"Yahhh, jangan dong, iya Bapak percaya kok, makasih ya udah dukung bapak" Erlan mengelus rambut Cello penuh dengan kasih sayang.
"Kalau bapak bisa bikin Mommy Cello cinta sama pak gulu, Cello bakalan lebih senang lagi"
"Ok, bapak akan berusaha, doain yyy"
"Deal?"
"Deal!!"
"Daddy, jangan salahin Cello y, kalau Mommy dilebut Olang lain, Daddy kelamaan sih, cepet Dateng y Dad, sebelum Mommy benel benel sama Om gulu."
"Ngobrolin apa sih, asik bener kayaknya" Yena datang membawa cemilan dan minun untuk Erlan.
"Mommy Ndak boleh tau, ini oblolan laki laki"
Yena duduk menaruh nampan diatas meja"Halah, ngomong r aja belum bisa, sok bilang, obrolan laki laki."
"Ih, Mommy!"sebal Cello, Yena dan Erlan terkekeh, sudah kayak keluarga bahagia bukan?.
"Diminum pak Minuman nya"
"Kenapa repot repot Yen"
"Nggak papa pak, masa ada tamu nggak dikasih minum, seret yang ada pak anak orang"
Erlan tertawa, diambilah minuman yang tadi Yena siapkan.
"Aku minum ya" Erlan mulai meminum, Yena mengangguk.
"Gimana pak?"
"Enak kok, makasih y"Erlan kembali menaruh gelasnya.
"Masama"
*
*
*
*
*
*
*
BRAKKK!!
*
*
*
Pintu apartemen terbuka lebar usai ditendang kuat dari luar, Erlan, Yena dan Cello terkejut.
"CELLO, PAPI MU YANG GAMTENG INI DATANG"teriak Renza.
Yena sudah melotot, Erlan bingung lantaran nggak kenal siapa Renza, terlebih apa tadi? Papi?, sedangkan Cello langsung loncat dari sofa berlari ke Renza.
"Hay jagoan, gimana hari² mu?"Masih belum sadar ada tamu, Renza menggendong Cello.
"Sepi nggak ada papi enza, kangen!!"Cello memeluk Renza erat.
"Papi Renza juga kangen kok sama Dedek gemes ini"Renza membalas pelukan Cello lalu Mencubit gemas pipi Chubby Cello.
"Pak, itu kakak saya, maklum y kelakuan nya gitu"bisik Yena, Erlan mengangguk paham.
"Syukurlah ternyata calon kakak ipar, semangat Erlan!!!"
Erlan juga Yena berdiri mendatangi Renza, Yena ingin mengenalkan Erlan pada Renza.
"Bang"panggil Yena.
Renza menoleh, kini ia sadar kalau di apartemen adiknya ada tamu laki laki, berubahlah ekspresi Wajah Renza seketika.
"Siapa Yen?"tanya Renza mengintimidasi
"Dia Erlan, guru Cello di Playground"jelas Yena.
"Hallo, salam kenal, saya Herlangga"Erlan mengulur tangan nya.
"Renza"Renza Enggan menjabat tangan Erlan.
Erlan kayaknya ditolak, Erlan begitu canggung berhadapan sama Renza, belum apa² calon kakak iparnya memberikan sinyal penolakan.
"Renza bikin malu!"batin Yena menggerutu kesal.
"Apa bener Cello?"tanya Renza pada Cello.
"Iya, dia gulu telfavolit Cello loh"Cello mengangguk.
"Oh ya? Masa?"
"He em"
"Yen, Cello, dan kak Renza, saya pamit y, masih ada urusan lain" Erlan pamit, Belum waktunya Akrab dengan Renza, Erlan Akan membuat rencana dulu.
"Kok buru buru pak?" Yena merasa tidak enak pada Erlan atas sikap Kakaknya.
"Nggak papa, Duluan y semua"Pamit Erlan.
Erlan sudah keluar dari apartemen Yena, tinggallah tiga manusia ini.
"Cello, turun"pintah Yena.
Renza menurunkan Tubuh mungil Cello.
"Sekarang masuk kamar"
"Kenapa?"
"Mommy bilang masuk y masuk Cello!"titah Yena.
"Baiklah" Cello patuh memasuki kamar nya.
"Kenapa Sih Yen?"
1
2
3
"Awwwwwh!!, sakit anjir!, lepas akhhhhhk!!!"teriak Renza kaget, Yena menjewer telinga Renza sangat kuat.
"Nggak! Belum puas gue" kesal Yena, semakin Renza menjerit semakin kuat pula jewerannya.
"Ampun Yen!!! Lepasin! Sakit!!!"mohon Renza, usai puas Yena menjewer, dia lepaskan telinga Renza, udah pasti merah tuh kuping.
"Lo kenapa sih?"Renza menggosok nggosok telinga nya yang pedas dan sakit.
"Lo ajarin anak gue apa hah! Berani banget lo ya! Dia masih anak², ilmu sesat lo jangan loh tumpahin ke otak anak gue!!"
"Ya ampun! Maaf!, sumpah! Maaf Yen"
"Dia tuh ponakan lo, ajarin lah yang bener, jangan dibawa ke ajaran sesat lo!!"Emosi Yena sudah di ubun-ubun.
"Iya, ampun nyai" Renza mengatupkan kedua tangannya didepan Yena sebagai bentuk permohonan maaf nya.
"Jangan diulangi"
"Iya deh"
"Bener!?"
"Iya, janji Adik ku sayanggg"
"Awas aja lo, makannya buruan nikah, jangan kebanyakan milih jadi cowok, ada cewek yang baik, langsung aja kenalin ke aku dan Cello, terus nikahin" setelah nya, Yena pergi ke kamar Cello.
"Yang kakaknya dia apa gue sih? Berasa jadi adeknya gue, lagian Si Cello kenapa jujur banget sama Emaknya, dah tau emaknya turunan singa betina"gerutu Renza.
*
*
*
*
*
*
*
Egi menggenggam erat ponselnya di tangan usai menerima pesan, wajahnya memerah, Egi kemudian menelfon Ihwan.
"Hallo, iya kenapa bos?"
"Percepatan keberangkatan ku Menyusul Yena dan anakku, kalau bisa penerbangan malam ini juga!"
Tut!
"Yena, kau keterlaluan! Apa kau anggap aku sudah mati hah!, mengijinkan pria lain berdekatan dengan anakku, dan berniat untuk dijadikan Daddy anakku? Jangan harap pria itu masih hidup tenang setelah bersama Mu nanti!"
Egi memakai jas nya kembali, ia keluar dari kamar, sudah saatnya menjemput si kucing liar.
*
*
*
*
*
*
To be continued.
*
*