Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Oke deh! Aku sepertinya tertarik. Nanti, habis makan, kau antarkan aku ke tempat itu ya.."
"Tentu saja aku akan ke sana, karena aku kan menyewa di sana! Hehe."
"Oh iya aku lupa. Eh iya, di sana per orang atau per kelompok?"
"Dua-duanya ada. Jika kita mau berkelompok, maka kita akan di tunjukkan ruang yang lebih besar, tapi ya itu.. Biayanya lebih mahal, jika dibuat untuk satu orang..! Tapi kan kita buat patungan?? Dan jika dihitung-hitung.. Ruangan khusus kelompok itu lebih murah dari yang satu ruang khusus satu orang."
"Baiklah, pokoknya kau harus mengantar ku."
"Oke!"
"Al, mau kemana??" tanya Ditto ketika Almira mendadak berdiri sebelum makanannya habis.
"Sebentar. Kau tunggu di sini saja, tak perlu mengikuti ku," ucap Almira.
Ditto pun hanya duduk diam dengan patuh, namun tidak dengan matanya yang terus mengikuti pergerakan Almira.
"Permisi," sapa Almira pada dua orang wanita yang duduk tepat dibelakangnya itu.
"Iya, ada yang bisa kami bantu?" ucap salah satu wanita tersebut.
"Maaf sebelumnya.. Bukan niat menguping, tapi saya tak sengaja mendengar perbincangan kalian perihal rumah sewa. Jika...."
Perbincangan Almira dengan kedua wanita itu terus berlanjut, hingga akhirnya Almira bertanya, "Apa kalian ke sana menggunakan kendaraan pribadi??"
"Ah, tidak. Kami akan memesan taksi."
"Ooh, baiklah, tunggu sebentar," ucap Almira lagi seraya berbalik dan kembali menghampiri Ditto.
"Ditto, bisakah mereka menumpang di mobilmu?" tanyanya.
"Apa?? Mengapa?" Ditto balik bertanya, dikarenakan dirinya yang tak tahu apa-apa.
Benar, jarak tempat duduk dirinya dan kedua wanita yang berbincang dengan Almira tidaklah begitu jauh, tapi dikarenakan ada suara lagu yang menemani pengunjung tempat makan yang dirinya tempati, membuat pendengarannya sedikit berkurang jika tak berhadapan langsung dengan lawan bicaranya.
"Aku sudah menemukan rumah sewa yang aku rasa cocok dengan ku juga keuanganku saat ini, dan itu berkat mereka," ungkap Almira seraya tersenyum karena mendapati kedua wanita tadi menatap ke arahnya. "Dan mereka juga mengontrak di sana. Kebetulan sekali, bukan..!" lanjutnya. "Jadi bagaimana? Apa kau mau memberi tumpangan untuk mereka juga?" tanyanya lagi.
"Baiklah, tak masalah," ucap Ditto setelah beberapa saat berpikir.
"Oke, tunggu sebentar," ucap Almira dan kembali meninggalkan Ditto.
"Oke, kalian tak perlu lagi memesan taksi, kalian bisa ikut kami menuju ke sana," ucap Almira pada kedua wanita itu.
"Benarkah?? Baiklah, kami tak akan sungkan. Benar kan, Nita?!"
"Benar. Oh ya, sebelumnya terima kasih."
"Oh iya, terima kasih."
"Tak masalah. Dan seharusnya saya yang berterima kasih kepada kalian berdua. Karena kalian berdua.. Aku menemukan tempat tinggal," ujar Almira sumringah.
"Baiklah, kita sama-sama berterima kasih. Anggap saja kita saling menguntungkan."
"Iya, kau benar. Baiklah, kalian lanjutkan saja dulu makan kalian, dan saya juga akan melanjutkan makan saya. Maaf telah mengganggu," ucap Almira.
"Tak masalah."
***
"Terima kasih," ucap Almira.
"Untuk?" tanya Ditto.
"Untuk semuanya. Terima kasih sudah mau ku repot kan di sepanjang hari ini," ucap Almira, tak lupa juga senyuman turut menghiasi wajahnya.
"Kau ini, macam seperti siapa saja," ucap Ditto. "Kita sudah saling mengenal semenjak kuliah, dan siapa tahu suatu saat nanti aku juga membutuhkan bantuan mu, jadi kau juga harus siap membantuku."
"Siap, tentu saja!"
"Lalu, setelah ini.. Apa rencanamu?" tanya Ditto.
"Entahlah, aku belum kepikiran" jawab Almira. "Mungkin.. Akan membuka usaha kecil-kecilan secara mandiri. Karena tak mungkin akan ada perusahaan maupun tempat kerja di luaran sana menerima wanita hamil seperti ku yang pergerakannya terbatas karena faktor kondisi. Untuk kapannya.. Aku belum tahu, karena sepertinya untuk sementara waktu ini, aku akan beristirahat sejenak," lanjutnya, membuat Ditto yang mendengarnya hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala saja, karena dirinya tak ingin jika dirinya sampai memaksakan kehendak yang akan berujung dengan menjauhnya Almira nantinya.
"Baiklah, terserah padamu saja. Kalau begitu.. Aku pulang dulu, kau beristirahatlah lebih awal," tutur Ditto, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Almira.