Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sebelas
Hujan rintik-rintik baru saja reda, meninggalkan jalanan kota yang berkilau oleh cahaya lampu jalan. Di tengah kegelapan malam, Cecil berjalan sendirian, langkahnya berat. Ia merasa seperti hantu yang berkeliaran, bingung dan kehilangan arah. Hatinya diselimuti kecewa yang mendalam setelah melihat beberapa bukti jika sang kekasih tak sebaik yang dia kira.
"Kamu tidak mengerti aku sama sekali. Kenapa kamu membohongi aku, Kevin? Padahal aku rela melawan mama demi kamu!" seru Cecil pada dirinya sendiri.
Cecil menarik napas panjang, berusaha menetralkan pikirannya. Tapi rasa sakit itu terus menggelayuti jiwanya. Ia tidak tahu ke mana harus pergi, jadi ia hanya melangkahkan kakinya tanpa tujuan.
"Duh, kenapa sih aku harus ribut dengan mama? Padahal seharusnya aku mendengar ucapan mama," gumamnya pada diri sendiri sambil mempercepat langkah. Ia melewati cafe-cafe yang ramai, suara tawa dan percakapan yang memeriahkan suasana justru membuatnya semakin merasa kesepian.
Di pinggiran taman kota, ia berhenti sejenak, menatap bangku-bangku kosong di bawah pohon besar. "Tempat ini seharusnya jadi saksi kebahagiaan aku dan mama," pikir Cecil. Taman itu, dulunya menjadi tempat mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan bercanda.
Cecil memilih duduk di salah satu bangku taman. Dia memandangi anak-anak yang bermain ditemani ibunya. Teringat dengan mamanya.
"Ma, aku mencintaimu dengan segenap jiwaku. Ma, aku minta maaf karena menyakiti perasaanmu. Bagaimana aku bisa begitu egois? Mama adalah orang tua yang luar biasa, dan aku menyesali setiap momen pertengkaran kita. Maafkan aku karena telah menyakiti orang-orang yang sangat mencintaiku. Ma, aku benar-benar perlu merasakan salah satu pelukan pengampunan mu sekarang. Aku minta maaf, Ma."
Air mata Cecil kembali menetes. Dia merasa sendiri di tengah keramaian. Saat dia sedang menangis, seseorang datang mengulurkan sapu tangan. Gadis itu mengangkat wajahnya melihat siapa si pemberi itu.
"Athalla ...."
"Ada apa, Cecil? Kenapa kamu nangis?” tanya Athalla dengan nada khawatir, sambil menyentuh lembut bahu Cecil.
Cecil menghela napas panjang sebelum mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang hampir tenggelam dalam air mata. “Aku … aku sudah bertengkar dengan Mama, Atha.” Suaranya terdengar parau.
“Mama kamu? Kenapa? Apa yang terjadi?” Athalla duduk di samping Cecil, berusaha untuk membuatnya lebih nyaman.
“Kami berdebat tentang teman priaku, dan … dan aku bilang sesuatu yang kasar. Sekarang, aku menyesal, tapi … aku malah jadi malu untuk pulang,” jelas Cecil sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
“Cecil, kamu tidak perlu malu. Salah satu hal yang paling manusiawi adalah berdebat dengan orang yang kita cintai. Nah, apa sih yang kamu bilang sampai jadi begini?” Athalla bertanya, berusaha mengerti situasi sahabatnya.
“Entahlah. Aku bilang Mama tidak memahami aku, bahwa dia hanya mengatur hidupku tanpa bertanya tentang apa yang aku inginkan. Tapi, aku tahu dia hanya ingin yang terbaik untukku.” Cecil menatap tanah, merasa bersalah.
“Dengar, kesalahpahaman itu wajar terjadi, apalagi antara anak dan orang tua. Kamu bisa menjelaskan perasaanmu, kok. Mama pasti akan mengerti jika kamu minta maaf,” nasihat Athalla dengan suara lembut.
“Tapi, bagaimana kalau dia marah lagi? Bagaimana kalau dia tidak mau mendengarkan ku?” Cecil cemas.
“Cecil, coba pikirkan sebentar. Mama kamu sudah membesarkan mu dengan penuh kasih sayang. Dia pasti akan senang mendengar kamu siap untuk berkomunikasi. Yang terpenting, kamu harus berani melangkah. Ini semua hanya bagian dari proses, dan mama kamu mencintaimu,” jawab Athalla sambil menepuk punggung Cecil.
Cecil menatap Athalla dengan mata yang mulai berbinar. “Tapi, aku masih merasa sangat canggung dan malu. Aku sudah mengatakan tidak akan pernah kembali ke rumah lagi.”
“Canggung itu normal. Yang tidak normal adalah mengabaikan perasaanmu dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Coba bayangkan betapa leganya kamu setelah meminta maaf. Berani mencoba?” Athalla memotivasi.
Cecil terdiam sejenak, berpikir keras. Meminta maaf terasa seperti mendaki gunung yang sangat tinggi. Namun, mendengar kata-kata Athalla memberinya semangat. “Kamu benar. Mungkin aku bisa coba. Tapi, bagaimana kalau Mama tidak menerima permintaanku?”
“Mama kamu pasti menerima. Cinta seorang ibu itu tanpa syarat. Bahkan jika ada kesalahpahaman, cinta itu selalu bisa menyelamatkan.” Athalla tersenyum, yakin dengan apa yang dia katakan.
Akhirnya, Cecil menarik napas dalam-dalam. “Oke, aku akan pulang dan minta maaf. Tapi mungkin tidak untuk saat ini. Aku masih takut mama tak mau menerimaku dan memaafkan ku."
"Yakinlah, Cecil, tak ada ibu yang benar-benar marah dengan anaknya. Jika pun keluar kata-kata kasar itu hanya luapan emosi sesaat. Kasih seorang ibu itu tak terbatas. Dengan kamu pulang, dia pasti akan sangat bahagia," ujar Athalla.
Cecil mengangguk setuju. Namun, dia memutuskan untuk kembali dua hari lagi, menunggu emosi mama dan dirinya hilang dulu.
"Terima kasih, Atha. Karena mau mendengar semua keluh kesah ku," balas Cecil.
“Sama-sama! Dan ingat, aku selalu ada di sini untuk tergelak atau menangis bersamamu,” jawab Athalla sambil tersenyum dengan manisnya.
"Sekali lagi terima kasih. Aku harus kembali. Tadi aku keluar mau mencari makanan. Kamu jangan bilang mama jika bertemu denganku," pinta Cecil.
"Baiklah, tapi kamu harus janji segera kembali ke rumah. Tempat paling aman dan nyaman bagi seorang gadis itu hanyalah rumahnya," ucap Athalla.
Cecil hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyuman. Dia lalu berdiri dan berjalan menjauh dari taman. Tanpa dia sadari, Athalla mengikuti. Pria itu kembali setelah melihat Cecil masuk ke dalam sebuah apartemen.
**
Dua hari sudah Cecil meninggalkan rumahnya. Mama Nicky tak pernah menghubungi dirinya, sehingga untuk kembali ke rumahnya, gadis itu menjadi ragu. Takut sang mama belum memaafkan.
"Ma, Cecil kangen," ucap Cecil saat makan siang. Gadis itu hanya makan dengan lauk sekedarnya saja. Uang di tangan hanya tersisa tiga ratus ribu dan itu harus dia hemat.
Cecil menunggu mamanya mengirim pesan meminta dirinya kembali. Namun, hingga saat ini tak ada satu pesan pun dari wanita yang telah melahirkan dirinya itu. Ingin kembali, tapi dia malu karena telah terlanjur melawan dengan orang tuanya.
Setelah makan, gadis itu membersihkan dapur. Lalu dia mencuci bajunya. Beberapa saat kemudian, Cecil mendengar suara pintu di buka.
Cecil lalu berdiri dan berjalan menuju ruang tamu, pemandangan yang dia lihat, sangatlah menyesakan dadanya.
Gadis itu melihat sepasang kekasih yang sedang berpelukan dengan mesra. Dia lalu bertepuk tangan agar kedua sejoli itu sadar ada orang lain di antara mereka.
"Selamat datang kembali, Kevin, Mira! Kalian berdua seperti orang yang baru pulang dari bulan madu, begitu bahagia!" seru Cecil.
Kevin dan Mira langsung melepaskan pelukan mereka. Tampak sekali kecanggungan dan kegugupan antara keduanya.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...