Berangkat dari cinta manis di SMA, Daris dan Felicia duduk bersanding di pelaminan.
Perkawinan mereka hanya seumur jagung. Felicia merasa tertipu dengan status sosial Daris. Padahal Daris tidak pernah menipunya.
Dapatkah cinta mengalahkan kasta, sementara berbagai peristiwa menggiring mereka untuk menghapus jejak masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon grandpa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pedagogik Cinta
"Aku dan Felicia hidup di lingkungan berbeda, namun ada saja kesempatan untuk bertemu."
Daris membelokkan pick up memasuki jalan beton menuju ke rumah Tiara. Keadaan sangat sunyi persis pemakaman yang disinggahinya tadi.
"Aku harus menyelamatkan adik dan sahabatku dari gangguan Felicia."
Perempuan itu seakan lepas kendali, ia mengincar orang-orang terdekatnya, padahal apa salah mereka?
Herannya Hilda dan Elsa bebas dari kemarahannya. Barangkali Felicia tahu kalau dua perempuan itu kurang mendapat tempat di hatinya.
Pick up berhenti di dekat pendopo. Daris turun menghampiri Pak Kades dan mandor yang lagi kongko sambil minum kopi.
"Lumayan untuk teman ngopi."
Daris meletakkan keripik tempe di atas balai.
"Kau tahu sekali cemilan favoritku," kata Pak Kades. "Padahal aku tidak pernah memberi tahu dirimu."
Tiara meminta Daris untuk membeli keripik tempe dan peuyeum Bandung.
Daris juga membeli brownies kukus, kudapan favorit Tiara.
Fiona dan Rania suka bolu bakar.
"Aku juga bawa peuyeum Bandung kesukaan Abah, enaknya digoreng atau dipanggang dulu."
"Kau betul-betul tahu bagaimana menyenangkan Abah," puji Pak Kades. "Peuyeum untuk besok saja, digorengnya kalau si Ujang tidak ada."
Mandor memasang muka manyun.
"Pemimpin itu harus mengayomi rakyat kecil, menggoreng peuyeum saat saya tidak ada itu perbuatan abuse of power."
"Tahu abuse of power saja dariku, malah dipakai untuk mengkritikku."
"Akang kan besok libur," kata Daris. "Jadi Abah benar."
"Apa salahnya dibagi peuyeum mentah untuk digoreng di rumah?"
"Aku beli banyak, ambil saja."
Daris ingin membagi oleh-oleh untuk pegawai Puskesmas dan tetangga Pak Kades.
Bukan nilai dari oleh-oleh itu yang menjadi ukuran, tapi bentuk perhatian kepada sesama.
Daris ingin menciptakan lingkungan yang nyaman untuk Rania. Ia cukup memberi pengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat kepada Puskesmas.
"Pembangunan warung sudah dimulai," kata Pak Kades. "Aku harap segala sesuatunya berjalan lancar."
"Aku serahkan kepada Abah untuk pembangunan warung. Abah sudah hapal dengan kearifan lokal, sehingga apa-apa yang dibangun nanti tidak menimbulkan polemik di masyarakat."
Orang kampung biasanya mempunyai hitung-hitungan tentang model dan struktur bangunan, semacam feng shui untuk orang Mandarin.
Daris juga tidak ingin terlibat langsung dalam usaha kuliner di kampung ini. Kedatangan Felicia dapat mengacaukan apa yang dirintis Pak Kades.
Daris perlu mencari orang yang dapat dipercaya untuk mengelola warung, utamanya anak muda yang memiliki semangat untuk berbisnis.
"Kau bisa minta Farhan untuk mengelola," kata Tiara pagi itu. "Ia sebentar lagi lulus kuliah."
Farhan adalah anak bungsu Pak Kades. Keberadaannya akan memperkokoh manajemen sehingga warung dapat berjalan sesuai kebutuhan warga.
Orientasi Daris adalah menarik pelanggan dari warga setempat, mereka butuh relaksasi dengan kuliner terjangkau.
Tamu bungalow sulit diandalkan karena jumlahnya belum banyak.
"Kapan kita berangkat kemping?" tanya Tiara. "Logistik dan konsumsi sudah disiapkan. Bukan kita bertiga saja, Nina dan Rania juga mau ikut."
"Berangkatnya selesai kalian kerja," jawab Daris. "Jadi tidak mengganggu pelayanan terhadap masyarakat."
"Kau bisa pergi duluan sama Fiona."
"Oh ya, ke mana tuh anak? Lagi bikin konten di kamar mandi?"
"Selebgram dandannya beda sama dokter."
"Sama saja."
"Apanya?"
"Cantiknya."
Daris memuji Tiara seperti bilang mawar itu indah, tanpa taste, pujiannya tak bermakna.
"Fiona kelihatannya lagi bad mood," kata Daris. "Skandal itu viral lagi gara-gara sang pejabat maju di pilkada."
"Pejabat itu omnya."
"Netizen tahunya pejabat itu kedapatan check in bersama Fiona."
Pejabat itu sulit untuk bertindak, sekalinya menyeret netizen ke meja hijau disebut anti kritik.
Serba salah.
Pemahaman kebebasan berpendapat baru sampai pada kebebasan berbicara.
"Kalian berangkat duluan sama Abah sekalian mendirikan tenda."
Daris terpana. "Abah ... ikut?"
"Nggak bebas ya kalau ada Abah?"
Daris tidak butuh kebebasan, seakan mereka hendak berbuat hal di luar norma.
Daris senang Pak Kades ikut berkemah, suasana pasti meriah.
Pak Kades biasanya pergi ke kota menengok cucu setiap akhir pekan.
"Ya sudah, aku bilang sama Abah kalau kamu keberatan."
"Kok jadi nething?"
"Parasmu mencurigakan."
"Biasanya ayahmu berlibur bersama cucu."
"Mereka pergi ke Bangkok, dapat jatah berlibur dari kantor."
Kakak Tiara bekerja pada majalah terkenal sebagai fotografer, biasanya liburan semacam itu membawa misi.
"Ayahmu ikut berkemah bukan kuatir sama anak gadisnya kan?"
"Abah mau berburu, sudah lama ia tidak berburu ayam hutan."
"Berarti mandor ikut?"
"Mang Ujang kan asistennya."
"Gunung bakal sendu dengan petikan gitar melankolis. Ia lagi broken heart."
Tiara ingat sesuatu. "Oh iya, selamat ya lagumu meledak. Kamu dapat banget dengan lagu itu."
"Pujianmu tidak membuat hidungku kembung."
Daris tahu dari Firman kalau lagu Ku Memujamu sudah lima juta kali tayang, padahal baru seminggu.
Daris sendiri tidak mengikuti perkembangan, meski ia senang lagunya digemari viewer.
Daris tidak berniat untuk menekuni dunia musik. Band SMA saja dibubarkan gara-gara personilnya memanfaatkan popularitas untuk menjadi play boy.
Padahal baru memenangkan lomba tingkat kota.
"Lagu itu untukmu," kata Daris. "Makanya dapat banget."
"Preet."
"Kok gitu? Kamu tidak merasa kalau dirimu itu cantik maksimal?"
"Preet."
Firman menciptakan lagu itu terinspirasi kisah cinta di SMA dengan istrinya.
Sarjana pendidikannya menjadi percuma karena ia merintis karir menjadi kreator konten.
Menurutnya, penghargaan terhadap tenaga pendidik sangat kurang sehingga ia enggan menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
Padahal mereka adalah pilar bangsa.
"Kau belum ada lagu lagi?" tanya Tiara. "Kau sudah jadi penyanyi terkenal loh? Coba saja jalan-jalan keliling kampung, pasti banyak cewek minta usie."
"Preet." Daris merasa ada kesempatan untuk membalas.
"Kamu nggak nyadar kalau dirimu sudah jadi artis ngetop?"
"Preet."
Lima juta view dalam seminggu adalah sangat fenomenal untuk pendatang baru.
Firman memberi kabar sudah ada endorse yang merapat, dan menunggu Daris untuk live.
Konon ada beberapa pengikut siap memberi hadiah Paus Sam.
"Aku adalah bagian dari empat juta followers yang menunggumu live streaming, tapi aku ngasih mawar saja."
Kesuksesan itu tidak terlepas dari faktor keberuntungan.
Firman bahkan memintanya berhenti jualan soto mie dan mulai menggeluti musik secara serius.
Padahal musik tidak pernah membuat Daris serius.
"Ku Memujamu adalah prolog dari pedagogik cinta, kawanku sudah menyiapkan dua karya lagi."
"Tunggu apa lagi? Kesempatanmu untuk menjadi orang terkenal!"
"Aku ingin menjadi orang terbaik, bukan orang terkenal."
"Idealis banget."
Fiona muncul dari kamar dengan penampilan sangat modis.
"Wei, ada artis ngetop...!" seru Fiona. "View-nya terus naik loh! Aku saja belum pernah dalam sehari dapat seratus ribu followers!"
Daris jadi muak dengan obrolan mereka.
Semakin muak dua cucak rawa itu tak henti memujinya.
"Aku batal berkemah kalau kalian terus membahas hal paling menyebalkan bagiku."