Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.
Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.
Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Malam yang gelap dan dingin terasa begitu sunyi, hanya suara deru mesin mobil yang melaju cepat menembus jalan sepi. Adrian duduk di kursi belakang, matanya lurus ke depan, tampak tenang meski pikirannya berputar tak henti. Di sebelahnya, Elina duduk terpaku, terperangkap dalam gelombang emosi yang bercampur aduk. Adrian telah menyatakan niatnya untuk menikahinya—malam ini juga. Semua ini terjadi begitu cepat, terlalu cepat untuk dipahami.
Di balik kekakuan yang Elina tampilkan, pikirannya terus berputar. Apa maksud Adrian? Bagaimana bisa dia memutuskan untuk menikahinya tanpa memikirkan perasaan orang-orang di sekitarnya? Dan bagaimana dengan tunangannya, wanita yang tampaknya memiliki hubungan lebih dari sekadar tunangan bisnis dengan Adrian?
"Adrian, kau serius dengan ini?" tanya Elina dengan suara pelan tapi tajam. "Kau bahkan belum memikirkan dampaknya pada keluargamu, atau—"
"Aku sudah memikirkan semuanya," potong Adrian, tatapannya tetap lurus ke depan. "Keluargaku, mereka tidak ada hubungannya dengan kita. Pernikahan ini bukan tentang mereka. Ini tentang kita."
Elina merasa dadanya sesak. Pernyataan Adrian, meskipun terdengar meyakinkan, membuatnya semakin bingung. "Kita? Adrian, aku bahkan tidak tahu apakah ini yang benar."
Adrian memalingkan wajahnya ke arah Elina, sorot matanya yang tajam dan penuh determinasi membuat Elina merasa kecil di hadapannya. "Elina, aku sudah bilang, aku akan mengurus semuanya. Kau hanya perlu mempercayai aku."
Namun, Elina tidak bisa menyingkirkan rasa takut yang menggerogotinya. Bagaimana jika semua ini hanya berakhir menjadi keputusan yang salah? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah jebakan lain dalam kehidupan yang sudah penuh dengan komplikasi?
"Kau tidak bisa memaksaku untuk melakukan ini," ucap Elina akhirnya, matanya menatap Adrian penuh tekad, meskipun suaranya bergetar.
Adrian menatapnya dengan dingin, tapi di balik itu, ada sesuatu yang lebih dalam yang tidak bisa Elina baca. "Aku tidak memaksamu, Elina," ucapnya dengan nada lembut namun tegas. "Kau bisa memilih, tapi ingat, ini adalah satu-satunya cara agar kau bisa terbebas dari semua masalahmu. Dan ingat nenekmu."
Pernyataan itu menggema dalam pikiran Elina. Ia tahu bahwa Adrian selalu memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa dia berkuasa, meskipun sering kali terasa sedikit kehangatan dalamnya. Tapi apakah pernikahan ini benar-benar jalan keluar? Atau hanya sebuah jalan menuju masalah yang lebih besar?
Mobil mereka berhenti di depan sebuah gedung megah dengan arsitektur klasik. Gereja tua yang terletak di tengah kota, hampir seperti tidak sesuai dengan gemerlap kehidupan malam yang ada di sekitarnya. Di dalam, sinar lampu kristal menyinari interior yang indah dan elegan, menciptakan suasana sakral yang terasa mencekam.
"Kita sudah sampai," ucap Adrian sambil membuka pintu mobil. "Ayo."
Elina keluar dari mobil dengan langkah ragu. Suasana malam yang tenang terasa sangat kontras dengan kegelisahan yang melanda hatinya. Gereja itu tampak begitu agung dan megah, namun Elina merasa seperti burung kecil yang tersesat di tengah hutan raksasa.
Ketika mereka melangkah masuk, Daniel sudah menunggu di depan, mengatur segala sesuatu. Tidak banyak orang di dalam gereja, hanya beberapa orang penting yang Adrian percaya untuk menyaksikan momen ini. Di depan altar, seorang pendeta berdiri, wajahnya serius namun bersahabat.
Elina berdiri kaku di samping Adrian. Tangannya gemetar, sementara pikirannya berusaha menerima kenyataan bahwa dia akan menikah malam ini. Di saat yang sama, sosok neneknya muncul dalam benaknya. Bagaimana reaksi neneknya saat mengetahui semua ini?
"Adrian, aku tidak yakin," bisik Elina.
Namun, Adrian hanya menggenggam tangannya lebih erat, seolah-olah tidak ingin memberikan Elina kesempatan untuk berubah pikiran. "Elina, percayalah padaku. Ini untuk kebaikanmu."
Elina menelan ludahnya, hatinya berdebar kencang. Dia tidak tahu harus merasa apa—takut, marah, atau bingung. Yang dia tahu hanyalah bahwa malam ini, hidupnya akan berubah untuk selamanya.
Pendeta mulai membacakan prosesi pernikahan. Kata-katanya mengalir dengan tenang, menciptakan suasana yang lebih menegangkan bagi Elina. Detik demi detik berlalu, dan sebelum Elina menyadarinya, pendeta telah sampai pada kalimat yang membuat segalanya menjadi nyata.
"Adrian Volkov Salvatrucha, apakah kau bersedia menerima Elina Raffaela Escobar sebagai istrimu, dalam suka dan duka, hingga maut memisahkan?"
Elina menahan napas, matanya menatap Adrian dengan campuran perasaan yang tak terlukiskan. Tanpa ragu, Adrian menjawab, "Ya, saya bersedia."
Pendeta kemudian beralih kepada Elina. "Elina Raffaela Escobar, apakah kau bersedia menerima Adrian Volkov Salvatrucha sebagai suamimu, dalam suka dan duka, hingga maut memisahkan?"
Waktu terasa berhenti bagi Elina. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Apa yang harus ia lakukan? Semua ini terasa seperti mimpi yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi. Namun, di tengah kebingungan itu, ada sesuatu dalam diri Elina yang mendorongnya untuk maju, untuk mengambil lompatan ini, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dengan suara pelan, Elina menjawab, "Ya, saya bersedia."
Pendeta tersenyum dan melanjutkan prosesi, mengakhiri dengan kata-kata yang akan mengikat mereka berdua dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah direncanakan dengan baik.
"Mulai sekarang, kalian sah menjadi suami dan istri. Kalian boleh mencium pengantin wanita."
Adrian berbalik menghadap Elina, dan tanpa ragu-ragu, dia mendekat dan mengecup bibirnya dengan lembut. Elina merasakan ciuman itu, namun pikirannya masih berada di tempat lain. Apakah ini benar-benar hidupnya sekarang? Apakah dia telah membuat keputusan yang tepat?
Namun, tidak ada lagi waktu untuk berpikir. Pernikahan ini telah selesai, dan Adrian sekarang menjadi suaminya.
Setelah pernikahan selesai, mereka berdua meninggalkan gereja dengan perasaan yang campur aduk. Adrian tampak lebih tenang daripada sebelumnya, seolah-olah semua rencana yang dia susun akhirnya mencapai titik puncak. Elina, di sisi lain, merasa seperti terombang-ambing di tengah badai.
Mereka kembali ke mobil, di mana Daniel sudah menunggu dengan setia. Adrian menarik Elina masuk ke dalam mobil, dan mereka meluncur pergi ke arah yang tidak diketahui Elina.
"Aku tahu kau masih merasa ragu," ucap Adrian tiba-tiba, memecah keheningan yang panjang. "Tapi percayalah, kau akan melihat bahwa ini adalah keputusan yang tepat."
Elina tidak menjawab. Dia hanya menatap keluar jendela, mencoba memahami perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Satu hal yang pasti, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Adrian menyandarkan punggungnya ke kursi mobil dan menghela napas panjang. Meskipun ia terlihat tenang di luar, di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini hanyalah permulaan. Pernikahan ini akan membawa tantangan baru, baik bagi dirinya maupun bagi Elina.
Namun, Adrian telah membuat keputusannya. Tidak ada jalan untuk mundur.
"Kita akan melewati semua ini bersama," bisiknya, meskipun ia tahu bahwa jalan di depan mereka tidak akan mudah.
Dilain Sisi
Seorang wanita nampak kesana kemari mencari keberadaan seseorang
“Dimana dia” tanya wanita itu pada asistennya
“Nona Tuan Adrian, dia pergi dan….” Asisten tersebut melanjutkan perkataannya dan membisikkannya di telinga wanita itu
“Apaaa” wanita itu berteriak seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Bagaimana bisa Adrian menikahi perempuan lain sedangkan aku tunangannya” ucap wanita itu dengan penuh amarah yang tidak lain adalah Valeria ivanova.
Ia terkejut mendengar kabar dari asistennya yang sudah mengutus seseorang mengikuti gerak gerik Adrian yang mencurigakan saat mereka sedang di bar, hingga ke tempat pernikahan itu berlangsung.
Valeria Ivanova
Kembali ke Elina
Ia hanya bisa terdiam duduk dikursi belakang mobil tanpa mengungkapkan sepatah kata pun, ia merasa terlalu lelah dengan semua yang ia hadapi.
Sekarang Ia tidak menyangka bahwa ia telah resmi menjadi seorang istri… istri dari Adrian Volkov Salvatrucha. Entah apa lagi yang akan terjadi kedepannya, yang pasti saat ini Elina hanya ingin beristirahat.