"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"
Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kontroversi
Pandu membuka pintu apartemen dengan wajah lelah. Pandangannya menelusuri ruangan yang tampak rapi, jauh berbeda dari apa yang ia tinggalkan sebelum pergi. Karin memang selalu mengatur segalanya dengan sempurna, setiap sudut apartemen ini adalah cerminan dari ketelitiannya. Namun, suasana malam ini tidak seperti biasanya. Begitu Pandu masuk, Karin sudah berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada, matanya menusuk tajam seakan sedang menahan emosi yang siap meledak kapan saja.
"Jelaskan," suara Karin tajam, tanpa basa-basi, tanpa kata sapaan atau pertanyaan hangat seperti biasanya. "Siapa kamu sebenarnya, Pandu? Atau... harusnya aku bilang Raditya Pandu?"
Pandu terdiam sejenak, tubuhnya menegang. Ia tahu momen ini pasti datang, tapi tidak pernah membayangkan akan sesegera ini. Ia menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab.
"Karin, aku bisa menjelaskan. Tolong, dengarkan dulu," Pandu memulai dengan suara tenang, meski jantungnya berdegup keras di dadanya.
"Dengarkan apa lagi, Pandu?" balas Karin, matanya berkaca-kaca, tetapi kemarahan menutupi kesedihan yang coba ia sembunyikan. "Kau bilang kita harus saling percaya dalam menjalani ini. Tapi kenyataannya, kamu bohong sejak awal. Aku bahkan tidak tahu siapa kamu!"
Pandu berjalan mendekat, tapi Karin mengangkat tangan, memberi isyarat agar ia berhenti. "Jangan dekati aku sampai kamu jujur. Tidak ada lagi rahasia," katanya tegas.
Pandu meremas rambutnya, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Karin, dengar. Aku tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu. Ya, namaku sebenarnya Raditya Pandu, tapi aku tidak pernah mau hidup dengan identitas itu. Keluargaku... mereka punya ekspektasi yang tak pernah bisa aku penuhi. Mereka ingin aku jadi pewaris bisnis keluarga, seseorang yang sempurna di mata dunia. Tapi itu bukan aku, Karin. Aku kabur karena aku ingin menjalani hidupku sendiri."
Karin tertawa kecil, sinis. "Jadi kamu kabur, lari dari keluarga kaya, meninggalkan tanggung jawab? Lalu kamu memilih hidup seperti ini? Jadi bartender, menyembunyikan jati diri? Dan kemudian kamu muncul di hidupku dengan janji-janji palsu?"
"Itu tidak seperti yang kamu pikirkan!" Pandu mengangkat suaranya sedikit, frustrasi. "Aku butuh kebebasan, Karin. Aku butuh ruang untuk menemukan siapa diriku tanpa bayang-bayang keluargaku. Aku tidak pernah berniat memanfaatkanmu. Ini semua adalah kesalahan yang harus aku hadapi sendiri."
"Kesalahan?" Karin menatapnya tak percaya. "Ini lebih dari sekadar kesalahan, Pandu! Kamu bilang pernikahan ini hanya sementara, bahwa kita hanya menjalani kontrak. Tapi bagaimana mungkin aku bisa mempercayai apa pun setelah ini? Bagaimana kalau semuanya bohong? Aku tidak tahu apa yang benar atau apa yang hanya bagian dari ceritamu!"
"Aku tidak bohong tentang perasaanku terhadapmu, Karin." Pandu mendekat lagi, kali ini suaranya lebih lembut, penuh permohonan. "Ya, pernikahan ini memang dimulai sebagai kontrak. Tapi seiring waktu, aku... aku mulai benar-benar peduli padamu. Aku tahu ini semua rumit dan penuh dengan kebohongan yang tidak seharusnya terjadi. Tapi kamu harus percaya, di dalam kekacauan ini, aku tidak pernah berniat menyakitimu."
Karin menggelengkan kepala dengan cepat, tidak yakin harus percaya atau tidak. "Lalu, kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal? Kalau kamu benar-benar peduli, kenapa kamu membiarkan aku hidup dalam kebohongan?"
Pandu mendekat lagi, kali ini berhasil mendekati Karin tanpa penolakan. "Karena aku takut kehilanganmu, Karin. Aku takut begitu kamu tahu siapa aku sebenarnya, kamu akan pergi. Aku sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku, dan aku tidak mau kehilanganmu juga."
Karin tertawa getir, air mata mulai mengalir di pipinya. "Aku sebatang kara, Pandu. Kamu tahu itu. Aku tidak butuh lagi seseorang yang hanya datang untuk menambah kebohongan dalam hidupku. Aku pikir kamu berbeda, bahwa kita bisa menjalani ini dengan jujur, meski awalnya tidak sempurna."
Pandu meraih tangan Karin dengan hati-hati, memegangnya erat. "Aku akan jujur mulai sekarang, Karin. Tidak ada lagi rahasia. Aku akan memberitahumu segalanya, dari awal hingga akhir. Tapi aku butuh kamu untuk memberiku kesempatan kedua. Aku tahu aku sudah membuat kesalahan besar, tapi aku benar-benar ingin memperbaikinya."
Karin menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Ia ingin percaya pada kata-kata Pandu, tapi hatinya masih penuh dengan keraguan. "Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi, Pandu. Ini terlalu banyak untuk dipikirkan."
"Berikan aku satu kesempatan lagi," Pandu memohon, suaranya terdengar rapuh. "Kalau setelah aku menjelaskan semuanya kamu masih tidak bisa mempercayaiku, aku akan pergi. Tapi setidaknya izinkan aku mencoba."
Karin diam sejenak, menimbang-nimbang. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menutup semua ini dan lari, tapi ada juga bagian yang masih memendam harapan, bahwa mungkin, hanya mungkin, Pandu bisa memperbaiki semuanya.
"Baiklah," kata Karin akhirnya, suaranya masih berat oleh emosi. "Tapi ini yang terakhir, Pandu. Kalau ada satu kebohongan lagi, aku akan pergi. Tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi penjelasan. Ini kesempatanku untuk melindungi diriku sendiri."
Pandu mengangguk penuh kesungguhan. "Aku paham. Dan aku tidak akan mengecewakanmu lagi, Karin. Aku akan melakukan apapun untuk membuktikannya."
Karin menatap Pandu dalam-dalam, mencari kebenaran dalam matanya. Ia ingin percaya bahwa ini adalah titik balik, bahwa Pandu akan benar-benar berubah. Namun, ia tidak bisa sepenuhnya menyingkirkan rasa ragu yang masih menggelayuti hatinya.
"Aku harap kamu tidak mengecewakanku lagi, Pandu. Karena jika itu terjadi, aku tidak akan memaafkanmu."
Malam itu, meski ketegangan masih terasa di udara, mereka sepakat untuk memberi hubungan mereka kesempatan lain. Pandu berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan jujur sepenuhnya mulai saat ini, meskipun itu berarti menghadapi konsekuensi dari semua kebohongan yang telah ia ciptakan.
Sementara itu, Karin berusaha membuka hatinya lagi, meski luka yang ia rasakan belum sepenuhnya sembuh. Dia tahu hubungan mereka tidak akan mudah, dan banyak yang harus mereka hadapi. Tapi setidaknya, untuk saat ini, mereka masih berjuang bersama.
Dan dengan janji-janji baru yang mereka buat malam itu, mereka melangkah ke dalam ketidakpastian, berharap bahwa cinta dan kepercayaan bisa tumbuh meskipun dari awal yang penuh dengan kebohongan dan keraguan.