Reynard Fernando, seorang CEO sukses yang lumpuh, menikahi Caitlin Revelton, gadis ceria dan penuh semangat yang dikenal tak pernah mau kalah dalam perdebatan. Meskipun Caitlin tidak bisa membaca dan menulis, ia memiliki ingatan yang luar biasa. Pernikahan mereka dimulai tanpa cinta, hanya sekadar kesepakatan.
Namun, apakah hubungan yang dimulai tanpa cinta ini dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih mendalam? Atau, mereka akan terjebak dalam pernikahan yang dingin dan hampa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Di sudut ruangan, Tom berdiri dengan senyum lebar, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Tuan Fernando, sungguh keberuntungan bagi kami karena Anda bersedia datang bertamu ke rumah ini," ucap Tom, berusaha memecah keheningan. Suaranya terdengar terlalu ramah, seperti seseorang yang sangat berharap mendapatkan keuntungan dari pertemuan ini.
Nancy, yang sejak tadi duduk di seberang Reynard, tak henti-hentinya menatapnya dengan senyuman manis. Ia mengenakan gaun ketatnya, berharap bisa menarik perhatian pria kaya yang duduk di depannya. Meski tahu kondisinya, ia tetap percaya bahwa penampilannya akan membuat Reynard tertarik.
Namun, tanpa memperdulikan senyuman Nancy atau sambutan hangat Tom, Reynard menatap lurus dengan dingin. "Aku datang karena sudah janji," ucapnya singkat, suaranya rendah dan tegas. Tidak ada keramahan dalam intonasinya, seolah-olah kedatangannya hanya formalitas yang tak ia nikmati.
Nancy berusaha memecah ketegangan dengan suara lembut, "Tuan Fernando, saya harap perjalanan Anda ke sini menyenangkan. Kami sudah menunggu lama untuk bertemu Anda."
Namun, Reynard hanya menatap Nancy sebentar sebelum kembali memalingkan wajahnya. "Perjalanan biasa. Tak ada yang perlu diungkapkan lebih jauh," jawabnya dengan nada yang sama, dingin dan tanpa emosi.
Suasana di ruang keluarga Mansion Revelton yang semula hening langsung berubah tegang ketika suara teriakan dari lantai atas terdengar begitu keras. Caitlin, keponakan Tom, berlari menuruni anak tangga dengan langkah cepat, tampak sangat kesal, tidak menyadari kehadiran tamu penting di rumah itu.
"Paman!" teriak Caitlin dengan wajah masam. "Tolong beritahu putrimu jangan selalu menyuruhku mencuci pakaiannya. Semalam dia datang dengan setumpuk pakaian dalam ke kamarku dan memintaku mencucinya. Padahal sudah jam 10 malam!" keluhnya tanpa henti, seolah-olah ini adalah satu-satunya kesempatan baginya untuk meluapkan semua rasa frustrasi yang selama ini ia pendam.
Tom, yang mendengar itu, langsung tersedak minumannya dan batuk-batuk, wajahnya memerah antara malu dan marah. Nancy, yang duduk tidak jauh dari Reynard, tampak berusaha mempertahankan senyumnya meskipun jelas terlihat bahwa emosi di dalam dirinya mulai memuncak. Sementara itu, Reynard duduk diam di kursi rodanya, mengamati gadis muda itu dengan tatapan tak terbaca.
"Aku baru bisa tidur jam 2 pagi gara-gara itu!" Caitlin melanjutkan, tidak menyadari betapa tegangnya suasana. "Untuk apa tampil cantik kalau bahkan celana dalam saja tidak mau dicuci sendiri? Dalam sehari ganti berapa kali ? Sampai aromanya jadi seperti itu. Bukannya sering mandi? Tapi kenapa masih ada bau yang begitu menusuk?"
Kata-katanya yang ceplas-ceplos membuat Nancy menggertakkan gigi, sementara Tom hanya bisa menahan diri, wajahnya semakin merah. Rolla, yang duduk di sana, tampak tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
"Caitlin, bisa diam sedikit?" pinta Tom dengan suara kecil, penuh harap agar keponakannya berhenti bicara.
Reynard, yang sejak tadi memperhatikan Caitlin, tidak bisa menahan pandangannya dari gadis yang masih mengenakan pakaian tidur dengan motif kartun. Wajah Caitlin masih polos, jelas belum dicuci, matanya sembab seolah baru saja bangun dari tidur, tetapi ocehannya tak kunjung berhenti.
"Paman, lain kali aku tidak mau mencuci pakaian dalamnya lagi," Caitlin menambahkan, suaranya lantang dan tanpa rasa malu. "Aromanya menusuk. Kakak akan jadi terlalu nyaman kalau aku terus melakukannya. Atau, lebih baik jangan pakai pakaian dalam sekalian kalau malas mencucinya."
"Apa kamu tidak lihat kita ada tamu?" suara Rolla terdengar dingin, mencoba menenangkan situasi sambil menahan emosi yang hampir meledak.
"Tamu?" Caitlin akhirnya memperhatikan sekelilingnya. Matanya menyapu ruangan hingga akhirnya ia melihat Reynard dan Nico. Wajahnya berubah terkejut. "Hah? Kamu siapa? Masuk dari mana? Kenapa tadi aku tidak melihatmu?" tanyanya polos, tanpa henti seperti seorang anak kecil yang penasaran.
Tom yang sudah kehilangan kesabarannya, menjawab dengan tegas, "Caitlin, Tuan Fernando datang untuk pertemuan perjodohan dengan kakakmu. Tolong bersikap sopan!"
Mendengar hal itu, Caitlin memandangi Reynard dengan lebih seksama. "Apa kamu akan jadi kakak iparku?" tanyanya, suaranya kini lebih tenang tapi tetap ceplas-ceplos. "Kamu cukup tampan, pantas jadi suami kakakku. Tapi kamu harus sabar. Kakakku memang cantik, tapi banyak yang akan berusaha merebutnya. Itu kelebihannya. Kekurangannya, ya, dia tidak suka mencuci pakaian dalam. Kamu harus siap cari pembantu untuk itu."
Nancy tidak tahan lagi dan berkata tajam, "Caitlin, sudah cukup!"
Namun, Caitlin tidak berhenti. "Kak, jangan marah. Sebelum menikah, calon pasanganmu harus tahu kekuranganmu. Meski dia lumpuh, tapi wajahnya cukup tampan dan masih bisa dipamerkan."
Tom, kini benar-benar kesal, mencoba mengusir Caitlin dengan sopan namun tegas. "Caitlin, kembali ke kamarmu sekarang!"
Caitlin melirik ke arah pamannya dengan alis terangkat. "Aku baru saja keluar dari sana, Paman. Masa disuruh masuk lagi?" jawabnya dengan nada tidak peduli, sambil mengucek matanya.
Nancy menatap tajam ke arah Caitlin, merasa malu dengan kelakuan adiknya yang tidak tahu tempat. Sementara itu, tatapan Reynard yang sejak tadi terfokus pada Caitlin tidak luput dari pengamatan Nancy.
"Tuan Fernando, bagaimana kalau malam ini kita makan bersama?" ajak Nancy dengan senyum manis yang dipaksakan, berusaha menarik perhatian Reynard.
"Tidak perlu," jawab Reynard dengan suara datar dan dingin.
Melihat itu, Caitlin langsung menyela dengan ceplas-ceplosnya, "Calon Kakak Ipar, apa kamu sedang jual mahal? Kakakku sudah mengajakmu makan. Demi mendapatkan hatimu, dia sampai melupakan harga dirinya. Kalian memang cocok. Yang satu diam tanpa sepatah kata, dan yang satu lagi suka banyak bicara."
Nancy menahan napas, mencoba untuk tidak meledak di depan Reynard. "Caitlin, pergi siapkan makanan malam. Tuan Fernando akan makan di sini," katanya tegas, berusaha mengambil kendali situasi.
Caitlin hanya mendengus sambil beranjak pergi, "Iya, iya, aku tahu. Kamu memang tidak pernah masak, hanya tahu makan." Ocehan itu terdengar begitu menusuk, membuat Nancy semakin jengkel. Tapi Caitlin terus saja melangkah ke dapur tanpa rasa bersalah.
Sambil berjalan, Caitlin bergumam pada dirinya sendiri, "Tapi kenapa pria itu terlihat tidak asing, di mana aku pernah melihatnya?"
Namun rasa penasaran itu tidak berhenti di sana. Caitlin, yang tak pernah ragu untuk bertindak tanpa memikirkan akibatnya, berbalik arah dan menghampiri Reynard lagi. Tanpa basa-basi, ia mendekatkan wajahnya dengan jarak yang sangat dekat, membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Sepertinya aku pernah melihatmu," kata Caitlin sambil memicingkan mata, mencoba mengingat. "Tapi di mana ya?"
Nico, asisten Reynard, tampak cemas melihat tindakan Caitlin yang begitu lancang. Tom dan Rolla juga terdiam, tidak tahu bagaimana harus bersikap di tengah situasi yang aneh ini. Nancy, di sisi lain, tampak semakin marah melihat adiknya bertingkah sangat ceroboh.
Reynard menatap tajam ke arah Caitlin, yang tampak semakin penasaran. "Singkirkan tanganmu," perintah Reynard dengan nada dingin, sorot matanya begitu menusuk.
Caitlin, yang masih dalam keadaan bingung, menunduk dan menyadari tangannya tanpa sadar telah menekan paha pria itu. Wajahnya seketika memerah karena malu, namun alih-alih mundur, ia justru tersenyum canggung. "Kenapa marah? Lagi pula kakimu juga tidak merasakan apa-apa, bukan?"
Mata keduanya saling bertemu, seakan merasa ada yang aneh, Namun perasaan tersebut tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
hikzz..
Reinhard knp gk cari caitlin sendiri sih mlh nyuruh nic segala 😌😌😌