Liu Yuwen adalah seorang kultivator jenius yang pernah lahir di dunia, ia mencapai puncak beladiri sampai dijuluki sebagai kultivator tiada tanding karena hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Di puncak kekuatannya, Liu Yuwen tidak menyangka ia justru akan tewas oleh sebuah racun yang diberikan adiknya.
Racun itu membuat Liu Yuwen terbunuh, dalam kematianmya rasa marah dan dendam menguasai hatinya karena pengkhianat sang adik, Liu Yuwen berjanji akan membalas kejahatan adiknya jika diberi kesempatan.
Nyatanya kesempatan itu terwujud saat Liu Yuwen terbangun di tubuh seorang anak kecil berusia sepuluh tahun.
Liu Yuwen yang mengerti dirinya hidup kembali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berencana membalaskan dendamnya pada sang adik, meski kekuatan kembali kesemula namun selama dirinya terus berlatih, Liu Yuwen yakin bisa mencapai puncak kekuatannya seperti di kehidupan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 32 — Membuat Pil
Di hari pertama di kota barunya, Liu Yuwen berencana untuk berkeliling di kota tersebut.
Liu Yuwen bersama Aruna keluar bahkan saat hari masih pagi, sesudah sarapan mereka langsung meninggalkan penginapan.
Aruna tampak lebih cantik sesudah membersihkan diri di penginapan ditambah Liu Yuwen juga membelikan gaun berwana merah muda untuknya yang membuat penampilan gadis itu semakin menawan.
Beberapa orang yang berpapasan dengan keduanya bahkan langsung tertegun melihat Aruna, kecantikan gadis itu memang sulit diabaikan oleh mata.
"Kau sepertinya cukup populer disini Aruna..." Liu Yuwen tertawa kecil.
Pipi Aruna bersemu kemerahan, meski ia tidak berbicara namun tampaknya dirinya sangat paham dengan apa yang dikatakan Liu Yuwen.
"Ah, pasangan muda-mudi, apa kalian sudah berkencan di pagi hari seperti ini..."
Liu Yuwen bertemu dengan kakek-kakek yang baru saja membuka kiosnya, keduanya saat ini memang pergi ke arah pasar kota.
"Kami bukan pasangan Kek..." Jawab Liu Yuwen datar, ia melirik ke arah kios kakek tersebut dan menemukan kios itu berjualan aksesoris seperti gelang, kalung, cincin, atau sejenisnya.
Liu Yuwen kemudian mendekati kiosnya untuk melihat-lihat aksesoris itu lebih jauh, terutama cincin. "Ini bukan peralatan untuk kebutuhan kultivator, Kek?"
Kakek itu tertawa, "Siapa yang mengatakan ini untuk kultivator, ini hanya aksesoris biasa untuk mempercantik diri..."
Liu Yuwen batuk pelan, bukannya ia tidak bisa membedakannya namun jelas-jelas pasar yang ia kunjungi saat ini adalah pasar khusus untuk kultivator.
Liu Yuwen melirik Aruna yang tatapannya tertuju ke arah sebuah kalung, kalung itu cukup menarik terutama ada kristal ungu yang terikat di tengahnya.
"Kau menginginkannya?"
Pertanyaan Liu Yuwen membuat Aruna tersadar dari lamunannya, ia tersipu karena Liu Yuwen bisa membaca pikirannya dengan akurat.
Meski Aruna menginginkan kalung tersebut, Aruna menggelengkan kepala karena tidak mau merepotkan Liu Yuwen.
"Ah, gadis ini memang pandai memilih kalung yang sangat istimewa, kebetulan kalung ini baru aku jual. Ambillah, aku berikan ini untukmu."
"Hm? Kakek yakin?" Liu Yuwen tidak berpikir kakek itu memberikannya secara gratis.
"Aku berjualan tidak untuk kaya, hanya sekedar hobi saja, kau bisa mengambilnya." Kakek itu memberikan kalung itu pada Liu Yuwen. "Aku bisa melihat perasaan tersirat gadis ini padamu anak muda... Berikan sebagai hadiahmu untuknya."
Liu Yuwen menaikan alisnya lalu menerima kalung tersebut, tidak ada yang istimewa dari aksesoris itu selain digunakan untuk perhiasan saja.
"Aku tidak bisa menerima ini tanpa membayar, ini untuk kakek." Liu Yuwen memberikan satu keping emas pada kakek tersebut.
Kakek itu terkejut, bagi orang sepertinya memiliki emas dalam hidupnya bisa dibilang keajaiban apalagi kalung itu tidak sampai seharga satu keping emas.
Liu Yuwen memilih melanjutkan perjalanan sebelum kakek itu berniat menolaknya, samar-samar dari belakang ia mendengar kakek itu berterimakasih untuknya.
Liu Yuwen melihat kalung kristal ungu itu sebelum diberikan pada Aruna, gadis ras elf tersebut awalnya menolaknya namun Liu Yuwen mengatakan kalau Aruna sangat cocok jika memakainya.
Pada akhirnya Aruna menerima pemberian tersebut dengan wajah yang sedikit merona.
"Ah, ini yang aku cari..." Langkah Liu Yuwen terhenti ketika tiba di sebuah toko yang menjual pil sumberdaya bagi kultivator.
Toko itu cukup besar dan memiliki dua lantai, beberapa kultivator tampak berkunjung ke sana untuk membeli pil. Liu Yuwen lalu mengajak Aruna untuk masuk ke dalamnya.
***
Pada hari pertama, Liu Yuwen menghabiskan waktunya untuk berkeliling kota, ia mencatat semua informasi yang didapatkan dan mencatat semuanya di kepalanya.
Karena kemungkinan Liu Yuwen akan lama di Kota Dharavi, ia membeli sebuah rumah yang sederhana di wilayah pasar kultivator itu.
Rumah barunya tidak bisa dikatakan memiliki ukuran kecil ataupun besar, hanya ada dua kamar, dapur, serta halaman yang tidak terlalu luas.
"Aku tidak menduga akan ada suatu hari dimana ilmu alkemisku akan digunakan sebagai penghasil uang..." Liu Yuwen tertawa kecil ketika mengingat rencananya untuk membuat bisnis pil.
Liu Yuwen tidak menjadi seorang petualang untuk mendapatkan uang seperti sebelumnya, ia memutuskan untuk menjual pil yang akan dirinya buat.
Selain lebih mudah serta cepat mendapatkan uangnya, menjadi seorang alkemis tidak terlalu menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
Liu Yuwen sudah membeli banyak bahan-bahan di pasar yang bisa dijadikan sebuah pil, setelahnya ia kemudian mulai membuat pil tersebut dengan kemampuannya.
Umumnya mereka yang mendalami ilmu alkemis memiliki peluang besar menjadi seseorang yang bebas akan finansial, alasan dibaliknya sederhana karena pil sumberdaya sangat dibutuhkan di dunia kultivator.
Di hari kedua Liu Yuwen menghabiskan waktunya untuk membuat pil di kamarnya sebanyak yang dirinya bisa, sesekali ia mendengar Aruna meletakkan napan makanan di depan pintu kamarnya.
Awalnya Liu Yuwen juga terkejut Aruna ternyata cukup cekatan soal mengerjakan pekerjaan rumah, ia sering bersih-bersih tanpa Liu Yuwen minta, dan yang paling mengagumkan dari gadis itu adalah masakannya yang lezat.
Liu Yuwen yang bisa menahan lapar sampai berhari-hari nyatanya tetap tergoda oleh masakan gadis itu. Harus dirinya akui Aruna lebih hebat darinya dalam soal memasak.
Di hari ketiga, usai membuat banyak pil Liu Yuwen kemudian membuat sebuah kios kecil di depan halaman rumahnya.
Liu Yuwen tidak berharap banyak jualannya akan laku habis di hari pertama, yang pertama kali dilakukan seorang pebisnis adalah memperkenalkan dagangannya pada orang lain.
"Hm, apa tempat jualan disini tidak terlalu strategis, kenapa hanya sedikit yang berlalu-lalang disini..." Liu Yuwen menaikan alisnya sesudah menunggu di kiosnya selama satu jam.
Tempat kios Liu Yuwen berada memang terkesan sepi meski masih di wilayah pasar khusus kultivator.
Aruna tampak cemas karena tidak ada yang mampir ke kios kecil milik Liu Yuwen, jangankan mampir, kultivator-kultivator yang lewat sekalipun bahkan enggan hanya untuk meliriknya.
"Jangan khawatir, aku sangat yakin bisnis kita akan berjalan dengan sempurna..." Liu Yuwen mengerti kegelisahan Aruna.
Benar saja, setelah tiga jam menunggu di kiosnya, akhirnya ada seorang pemuda menghampiri kios mereka.
Pemuda itu adalah seorang kultivator yang berusia 16 tahun, kekuatannya masih di Alam Spirit, pemuda itu mendatangi Liu Yuwen karena penasaran dengan apa yang dijualnya.
"Hm? Aku baru melihat ada kios disini? Apa kau pedagang baru?"
"Aku baru beberapa jam lalu membuka perniagaanku ini..." Liu Yuwen mengangguk pelan.
"Ah, kalau begitu aku pelanggan pertamamu, apa yang sedang kau jual?"
"Tidak ada yang istimewa, hanya pil-pil sumberdaya untuk kultivator, anda bisa melihatnya secara langsung." Liu Yuwen memperlihatkan wadah-wadah yang didalamnya berisi berbagai pil.
"Hm, bukankah ini Pil Embun Salju, berapa harganya?"
"Lima belas keping emas untuk setiap satu pilnya."
"Hah? Bukankah harganya tiga puluh keping emas, kenapa kau menjualnya begitu murah..." Kultivator muda itu merasa tidak percaya.