Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Gegas ku bawa langkah ini ke kamar Loly. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, aku langsung membuka pintu kamarnya yang ternyata tidak di kunci.
Kosong, tidak ada Loly. Ku cek kamar mandinya, siapa tau Loly sedang di kamar mandi.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
"Loly, Loly apa kamu di dalam?" Tidak ada jawaban. Ku ketuk lagi siapa tau Loly nggak denger.
"Loly, Loly." Panggil ku berulang kali tapi hasilnya nihil. Langsung ku buka pintu kamar mandinya. Ternyata kosong, tidak ada siapapun.
Pantas saja tidak ada sahutan sama sekali. Loly kemana? Ku lihat jam arloji sudah menunjukkan pukul 20.45 jam segini Loly masih belum pulang. Apa jangan-jangan dia beneran nonton sama Reno?
Ku coba telepon Loly siapa tau handphone nya sudah aktif. Berulang kali ku coba menelpon nya. Loly sama sekali tidak aktif.
Tangan ku mengepal erat, geram. Loly pergi bersama laki-laki banci itu. Kurang apa diri ku, Loly? Aku mengacak-acak rambut kasar.
Saat keluar dari kamar Loly, aku mendengar suara motor berhenti. Gegas aku keluar melihat siapa yang datang.
"Nathan, kamu mau kemana, Nak?" Tanya Bunda sedikit berteriak.
"Keluar, Bund." Jawab ku tanpa menoleh.
Aku berdiri tepat di depan pintu. Ternyata Loly baru pulang.
"Habis jalan sama banci?" Ucap ku sewot saat Loly baru saja menutup pintu gerbang. Seketika langkah Loly terhenti, memutar badan.
"Nathaaann." Teriaknya histeris. Loly berlari hendak memeluk ku. Namun suara Bunda memanggil.
"Loly..." Sepertinya Bunda memberi isyarat pada Loly sehingga Loly tidak jadi memeluk ku.
"Maaf, Bund. Refleks.." ucap Loly sembari nyengir kuda. Matanya beralih pada ku.
Aku masih memasang wajah datar, mata menatapnya tajam, kedua tangan bersedekap di depan dada. Tidak ada senyuman di bibir ku. Karena apa? Yaa karena aku kesal sama dia. Nonton sama banci kok mau. Mana malam baru pulang lagi.
"Nathan, kamu kok pulang sekarang gak bilang-bilang? Aku kira kamu bakalan seminggu di sana. Tadi juga pas aku chat bilangnya sibuk, tau-tau malah udah di rumah." tanya Loly tersenyum sumringah.
"Dari mana? Kenapa handphone nya di matiin? Nggak mau diganggu, hmm? Kalau loe diapa-apain sama si Reno, gimana? Jadi cewek tuh jangan gampangan! Gampang diajak jalan sama laki-laki. Ke sana kemari mau." Ucap ku kesal mengabaikan pertanyaan Loly.
Mata Loly berkaca-kaca, dia menatap ku dengan tatapan yang entah lah. Aku tidak tau arti dari tatapannya.
"Nathan, kamu ngomong apa, Nak?" Bunda menyela. Bunda menghampiri Loly.
"Tuuhh si Loly, ngapain dia pergi sama si Reno pake handphone dimatiin segala." Ucap ku dengan emosi. Loly dan Bunda saling pandang.
"Nathan, yang tenang dulu, Nak. Dengerin dulu penjelasan dari Loly." Ayah mengusap pundak ku.
"Iyaa, Nathan, apa yang di katakan Ayah itu benar. Dengarkan dulu penjelasan dari Loly. Tadi sore memang Reno ke sini, nanyain Loly. Reno nanya-nanya Loly lagi di mana. Tapi nggak Bunda kasih tau. Kamu jangan asal ngomong kayak gitu. Kasihan Loly." Ucap Bunda memberi ku penjelasan.
Aku mencebik pelan, masih sulit untuk percaya.
Air mata Loly perlahan menetes membasahi pipi mulusnya. Kepalanya menunduk, sesekali sesenggukan.
"Kalau dia gak pergi sama Reno, terus dari mana malam-malam begini baru pulang, Bund?" Tanya ku masih emosi. Apa dia lupa dengan semua pesan-pesan dari ku sebelum aku berangkat ke luar kota.
Terlihat Loly memejamkan matanya, air matanya semakin deras membasahi pipi. Bunda menghela napas.
"Loly, jangan diam aja, Nak. Coba kamu jawab pertanyaan Nathan." Ucap Ayah. Bunda mengangkat dagu Loly membuat sang empu mendongak. Loly masih sesenggukan.
"Lo-loly dari rumah Si-Silvia." Jawab Loly sembari menyeka kasar air matanya.
"Terus kenapa handphone nya di matiin?"
"Lowbat..."
"Emang nggak bisa pinjem charger ke Silvia?"
"Dipake..."
"Nathan, kamu kenapa sewot kayak gitu ngomong nya, Nak? Lihat, Loly jadi ketakutan. Dia sampe' nangis." Bunda merangkul pundak Loly.
"Nathan, bicara baik-baik. Semuanya bisa di bicarakan dengan kepala dingin, Nat. Jangan seperti ini! Kasihan Loly jadi ketakutan." Ucap Ayah.
Aku tak menghiraukan ucapan Ayah. "Mana handphone nya? Siniin!" Ku mengulurkan tangan kanan meminta handphone Loly.
"Nathan, nggak boleh gitu! Hargai privasi Loly, Nat!" Suara Bunda tegas.
"Nggak apa-apa, Bund." Loly merogoh ponsel di dalam tas, memberikannya kepada ku.
"Loly, ke kamar dulu." Loly melengos pergi ke kamar.
"Nathan, kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus bisa hargai privasi Loly." Tegas Bunda.
"Nathan hanya mau periksa handphone Loly, Bund. Apa Loly sedang berbohong atau tidak?"
"Nathan, Ayah mengerti perasaan kamu. Tapi nggak seharusnya kamu seperti ini. Loly juga butuh privasi."
"Setelah ku periksa handphone ini. Nathan baru akan kembaliin ini handphone ke Loly." Aku langsung masuk ke kamar.
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya