IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 (Keluarga baru)
Sesampainya di kediaman utama Parvis, Anes langsung mengajak Senja masuk ke dalam rumah.
"Ayo masuk!" ajak Anes ramah.
Dengan ragu-ragu, Senja melangkahkan kakinya. Baru beberapa langkah, baik Anes, Alex maupun Senja berhenti karena ada mobil masuk ke halaman rumah.
Gisell yang baru saja sampai langsung turun dari mobilnya.
"Pak tolong parkirkan mobil saya," ucap Gisell sambil menyodorkan kunci mobilnya kepada penjaga rumah. Ia langsung berlari menyusul kedua orang tuanya dan juga Senja.
"Gavin mana?" tanya Anes kepada Gisell.
"Mana Gisell tahu mom Gisell, emang Gisell pacarnya yang harus tahu kemana dia pergi," sahut Gisell.
"Gavin punya pacar?"
"Ih mommy, mana ada yang mau sama beruang kutub kayak begitu, sebelas dua belas sama kakak," cibir Gisell.
Senja hanya diam mendengar drama keluarga tersebut, ia tak tahu apa atau siapa yabg sedang mereka bahas. Menyadari kecanggungan Senja, Anes langsung mengenalkannya dengan Gisell.
"O ya, Senja kenalin ini Gisell, anak bungsu mommy sama daddy. Gisell, ini Senja. Dia..."
"Kakak ipar malam ini tidur sama Gisell ya. Biar Gisell ada teman ngobrol. Curhat-curhat gitu," Gisell menyerobot mendekati Senja sebelum Anes selesai menjelaskan siapa Senja.
Senja hanya tersenyum, ia tak tahu harus mengiyakan atau menolak permintaan Gisell. Ia masih merasa asing di rumah besar itu.
"Udah-udah. Masuk dulu!" ucap Alex. Mereka pun melanjutkan langkah memasuki rumah.
Anes mengajak Senja untuk makan malam terlebih dahulu sebelum menunjukkan di mana ia akan tidur malam ini karena kebetulan sudah waktunya makan malam.
"Senja, malam ini kamu tidur dengan Gisell dulu ya. Biar nanti kamar tamunya di bersihkan dulu sama bibi, besok baru tidur di sana," ucap Anes. Sebenarnya setiap hari kamar tamu selalu di bersihkan, itu hanya akal-akalan Anes saja supaya malam ini Senja tidak tidur sendirian dan terus mengingat dukanya.
"Yes! Gisell ada teman bobok malam ini!" seru Gisell kegirangan.
"Eh tapi, kenapa nggak disuruh tidur di kamar kakak aja mom?"
"Mana bisa begitu, nanti kalau mereka sudah menikah baru boleh satu kamar," jawab Anes.
"Emang kakak pulang malam ini?"
"Tidak, tapi tahu sendiri kakakmu seperti apa," sahut Anes.
"Sekalipun yang tidur di sana kakak ipar?"
"Gisell, lanjutkan makannya, jangan banyak bicara saat makan," ucap Alex.
"Tapi di apartemen, itu sepertinya kamarnya?" Ah buat apa juga di pikirin!" batin Senja sambil terus mengunyah makanannya.
Selesai makan, Anes menyuruh Gisell untuk mengajak Senja ke kamarnya.
"Naiklah dan istirahat!" pinta Anes.
"Ayo kakak ipar kita ke kamar, aku akan tunjukkan kamar tuan putri yang cantik jelita calon istri dari dokter Regantara!" ucap Gisell penuh percaya diri. Senja hanya tersenyum dan tak ada pilihan lain selain mengikutinya.
"Biarkan kakakmu istirahat, dia masih sakit Gisell. Jangan kau ajak dia bergadang hanya untuk mendengarkan kehaluan kamu!" ucap Alex sedikit berteriak.
"Insyaallah dad, kalau nggak khilaf hahaha!" sahut Gisell tanpa menoleh.
"Masih usaha dia?" tanya Alex.
"Hem, aku takut suatu saat nanti dia akan patah hati jika terus begini. Bagaimanapun juga, kita tak bisa memaksa Rega buat mencintai putri kita sebagai seorang wanita. Aku takut Gisell tak bisa menerima jika pangeran impiannya suatu saat nanti memiliki wanita lain yang ia cintai," Anes menghela napas panjang. Ia tahu dokter Rega memang sangat mencintai dan menyayangi Gisell, tapi sebagai seorang adik.
"Sudahlah, kau jangan terlalu berpikir. Biarkan semua berjalan apa adanya. Seiring berjalannya waktu, putri kita akan belajar banyak hal," ujar Alex dengan bijak.
Sesampainya di kamar Gisell, Senja melihat ada photo yang memperlihatkan betapa harmonisnya keluarga Parvis, keluarga yang baru saja memberikan kehangatan kepadanya tersebut. Di photo itu terlihat sekali kebahagiaan dan keceriaan keluarga kecil tersebut meskipun di photo itu Elang tetap terlihat dingin tapi tidak mengurangi keceriaan keluarga tersebut. Senja tersenyum kecil melihatnya. Potret keluarga seperti itulah yang selalu ia rindukan.
Terlintas kembali di benaknya pengkhianatan orang-orang di sekitarnya.
"Aku tidak akan menyerah dengan keadaan" tekadnya dalam hati.
Gisell terus mengajak Senja bicara, padahal gadis itu sudah merasa mengantuk karena memang kondisinya yang masih tidak enak badan.
"Kamu tidak mandi dulu? Ini sudah malam," tanya Senja mencoba mengakhiri ocehan-ocehan Gisell.
"Oh iya, sampai lupa kan akunya. Aku belum mandi kak, padahal tadi habis main basket juga!" Gisell menepuk jidatnya sendiri.
"Pantas dari tadi seperti ada bau apa gitu," gurau Senja.
Gisell mencium ketiak kanannya dan beralih ke kiri.
"Ih iya, untung kak Senja enggak pingsan ya. Ya udah aku mandi dulu ya, kakak istirahat saja," ucapnya dan langsung lari ke kamar mandi.
Senja langsung merebahkan tubuhnya. Karena lampu kamar yang terlalu terang, ia menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
Beberapa saat setelah Senja memejamkan mata dan tertidur, ada orang membuka pintu. Orang itu langsung melompat ke atas tempat tidur di sampingnya.
"Udah tidur Sell? Tumben jam segini dah pindah alam," ucap Gavin. Tak ada jawaban dari orang di balik selimut.
"Sell, beneran dah tidur?" tanyanya lagi dengan posisi tiduran menatap langit-langit kamar Gisell dengan kedua tangan sebagai bantalan.
"Na na na na," terdengar suara Gisell bersenandung keluar dari kamar mandi. Gavin yang mengira Gisell tidur di sampingnya langsung duduk.
"Gisell?"
"Kenapa? kayak lihat setan begitu," Gisell mendekati Gavin.
"Kalau itu kamu, terus ini siapa?" teriak Gavin, membuat Senja terbangun dan membuka selimutnya.
"Tuh lihat! itu kak Senja, calon istri kakak. Makanya kalau masuk kamar orang jangan asal masuk, lihat-lihat dulu! Lagian tumben pulang langsung nyelonong ke kamarku," cebik Gisell.
"Kakak ipar maaf, aku kira tadi Gisell," Gavin meminta maaf kepada Senja dengan nada bicara dingin. Mirip Elang.
"Ada apa sih ribut-ribut?" tanya Anes dan Alex yang kebetulan lewat depan kamar Gisell.
"Ini mom Gavin, main nyelonong naik ke tempat tidur Gisell, padahal di sana ada kak Senja sedang tidur, gimana kalau kakak tahu coba. Habislah dia," melirik ke arah Gavin.
"Sudah ku bilang tidak tahu!" tukas Gavin.
"Tanya sendiri sama kakak ipar kalau aku ngapa-ngapain!" lanjutnya jutek.
Senja tak tahu harus menjawab apa, karena tadi ia beneran tidur dan tidak tahu Gavin masuk.
"Iya, dia tidak ngapa-ngapain kok," jawab Senja.
"Tuh dengar!" Seru Gavin.
"Gavin!" Seru Alex dengan nada peringatan.
Gavin langsung diam, sedingin dan sejutek apapun anak-anak Alex dan Anes, mereka tetap menghormati kedua orang tua mereka.
"Ikut dengan daddy!" pinta Alex.
"Malam ini kau tidur dengan daddy, Senja kau tidur dengan mommy!" imbuhnya.
"Kok gitu dad?" protes Gisell.
"Mommy setuju sama daddy, kalau Senja tidur di sini dia akan tambah sakit karena kamu ajak bergadang pasti. Biar dia tidur sam mommy saja," ucap Anes.
"Yah mommy, baru juga Gisell senang ada teman tidur," Gisell mengerucutkan bibirnya.
"Gisell..."
"Iya dad," Sahut Gisell dengan cepat.
"Ada coklat dari Itali, kalau mau," Gavin melihat Gisell.
"Mau mau mau!" ucap Gisell langsung semangat.
"Gavin ayo!" ajak Alex.
"Ada di tas," ucap Gavin menunjuk tasnya yang tadi ia letakkan di kursi rias Gisell sebelum akhirnya mengikuti ayahnya.
"Thank you my lovely twins!" seru Gisell, ia tahu jika cokelat itu pasti mahal. Ya, saudara kembarnya itu sering sekali mendapatkan cokelat-coklat termahal dari para fansnya.
Sebenarnya bisa saja langsung di buang, tapi karena dia tahu Gisell suka sekali cokelat, ia selalu membawakannya pulang satu atau dua yang paling enak dan yang lainnya ia berikan kepada teman-temannya.
"Ih, tapi daddy jangan macam-macam,jangan sampai pegang-pegang apalagi peluk-peluk. Nanti di kiran Gavin mommy lagi," Suara Gavin masih samar-samar terdengar.
"Ayo sayang, kita ke kamar mommy!" ajak Anes.
"Ikut!" ucap Gisell memohon.
"Huh kamu ini, tapi janji langsung tidur, kalau berisik apalagi ngomongin oppa-oppa mommy suruh kamu balik kamar sendiri!" Anes memperingatkan.
"Oke, janji!"
Anes heran, anak gadisnya itu bisa persis seperti Amel, sahabatnya. Bagaimana tidak, sejak kecil Gisell sangat dekat dengan Amel, pasti sering diajak nonton bareng sama perempuan yang di panggil ketiga anak Anes dan Alex mama tersebut.
Senja tersenyum, hatinya menghangat melihat keharmonisan keluarga tersebut. Ia senang, meskipun bisa di bilang ia orang asing, tapi mereka terasa seperti keluarga sendiri. Dan justru keluarga kakek yang sudah tinggal bersamanya sejak kecil terus saja menganggapnya orang asing.
Senja seperti mendapatkan keluarga baru.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan kupa like, komen dan vote seikhlasnya...Terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 𝓔𝓶𝓫𝓾𝓷 🤗❤️❤️💠