KESEMPATAN KE2 TELAH TIBA!!
Roselyn, 26tahun. Dia hanyalah anak panti yang merangkak sukses selangkah demi selangkah, harus mati menyedihkan karena ulah suami dan sahabat baiknya..
Kekayaan dan kerja kerasnya selama ini direnggut, bahkan ia tak diberi kesempatan untuk memiliki keturunan..
Saat ia terbangun, ia kembali saat usianya 21 tahun, dimana semua bencana masih belum terjadi..
Kali ini ia bertekad! Bukan hanya memmbalas dendam kepada sahabat dan suaminya, Ia juga akan menyelamatkan orang - orang tercinta bahkan ia akan mencari kekuarga kandungnya!!
~ Kheh.. Mario, Jessica. AKU KEMBALI!! TUNGGU SAJA.. !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Rose tidak tahu jika sikap yang ditahannya di depan dua pria asing itu menimbulkan gejolak tidak biasa dihati Jack, kini ia dengan santainya melenggang melihat mobil ‘kecil’nya nan gagah yang sudah disiapkan di pelataran Showroom.
Rose memang sengaja untuk langsung mengendarai mobilnya, beruntung ia sempat berlatih mobil dan sudah memiliki surat izin mengemudi saat masih kuliah semester awal untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang cukup menghasilkan uang.
Rose masih mengagumi interior mobil barunya ini sebelum akhirnya ia mengangkat ponselnya dan memutar nomor Gendhis.
“... What’s up bos?” Rose sudah tidak heran dengan nada ceria milik Gendhis ini, gadis berperawakan lebih mungil darinya ini memang selalu ceria.
“Kamu di apartemen?” tanya Rose sambil mengenakan handsfree dan mulai menjalankan mobilnya menuju ke arah perusahaannya. ( jangan di tiru ya gaes)
“Ehm, ada apa?” jawabnya lagi.
“Bisakah kamu ke perusahaan denganku? Ada yang ingin aku diskusikan kepadamu dan tidak nyaman jika via telepon,” Rose memutar kemudinya ketika jalan menunjukkan persimpangan. Mobil barunya ini sangat memuaskan.
“Ada apa?” rose dapat mendengar suara – suara yang berada di seberang sana, sepertinya Gendhis langsung duduk karena semangat.
“Mari kita berbicara di kantorku, aku sudah dalam perjalanan,” ucap Rose sambil memutuskan sambungan teleponnya.
Rose tentu saja berani meminta Rose untuk bergegas, karena Gendhis memang tinggal di sekitar perusahaannya.
Gendhis adalah kepala peneliti bahan skincarenya, selain itu ia juga kepala tim yang mengawasi desain kemasan produk jadi. Ia juga orang kepercayaan kedua Rose setelah Jessica di masa lalunya. Tetapi setelah Jessica terlibat percekcokan dengan Gendhis karena Gendhis memergoki perselingkuhan Jessica dan Mario, membuat Jessica melenyapkan Gendhis.
Hal ini juga yang sangat disesalkan oleh Rose terhadap sikapnya terdahulu, ia kehilangan asisten yang sangat potensial.
Rose menggelengkan kepalanya sebelum ia mulai fokus dengan jalanan yang membentang. Ia ingin segera membereskan hama yang berada di kantornya, hal ini juga yang ingin ia bahas dengan Rose dengan menggunakan kesempatan saat Jessica terluka dan tentunya akan absen lama dari perusahaan mengingat sikap Jessica yang kolokan.
Setelah menempuh waktu hampir setengah jam, Rose akhirnya sampai di depan perusahaan miliknya, satpam yang bertugas segera mengenali Rose yang melongokkan kepalanya dan tersenyum ke arah satpam.
Rose memarkirkan mobilnya dengan mantap di depan lobi perusahaan miliknya ini.
Perusahaan dengan hanya berlantai 5 ini menjadi saksi bagaimana perjuangan Rose dalam bekerja paruh waktu sedari ia masih sekolah dasar! Entah bagaimana, Rose menguasai skill meretas setelah di ajari secara singkat oleh salah satu donatur panti yang tertarik untuk mengadopsinya.
Dengan belajar skill dasarnya, Rose mengembangkan bakatnya dengan belajar menggunakan komputer di ruangan Maryam. Hal ini pulalah yang membuat Rose lebih betah untuk mengurung dirinya di ruangan tersebut.
Rose saat sekolah menengah pertama memperoleh pekerjaan pertamanya dari sebuah perusahan kecil untuk meretas perusahaan saingannya, tentu saja Rose tidak menggunakan identitasnya yang sebenarnya dan hanya menggunakan nama samaran LADY_ROSE.
Meskipun ia bisa meretas, ia sama sekali tidak menggunakan kemampuannya untuk meretas orang –orang disekelilingnya, didikan Maryam untuk selalu memiliki sikap welas asih memang terpatri di hatinya meskipun akhirnya ia mendapatkan balasan yang justru malah sebaliknya.
Rose menaiki lift dan langsung menuju ke lantai 5, lantai 5 ini berisi kantornya, milik Gendhis, Jessica dan juga ruang rapat yang cukup luas. Sementara ruang penelitian berada di lantai 4 bergabung dengan ruang staff dan ruang produksinya berada lantai 2 dan 3.
Rose memang belum memiliki tempat khusus untuk ruang produksi dan penelitiannya karena minimnya budget yang ia punya kala itu.
Para staff juga kebanyakan adalah teman – temannya yang berasal dari universitas yang sama dan beberapa kenalan dari universitas lainnya sebelum para hama disusupkan oleh Jessica.
Dari perusahaan yang ‘kecil’ ini, Rose bisa menghasilkan uang yang lumayan banyak mengingat banyaknya pesanan yang masuk karena para pelanggan mulai mengenal produk miliknya.
Rose memasuki ruangannya, meletakkan kunci mobil di mejanya dna mulai menghidupkan laptop miliknya, ia sedang menunggu kedatangan Gendhis yang ia yakini sebentar lagi akan muncul.
TOK TOK TOK
“Masuk,” teriak Rose tanpa beranjak dari tempat duduknya, terdengar pintu yang terbuka dan masuklah sosok mungil Gendhis yang menenteng sebuah paper bag dari sebuah restoran nusantara.
“Waaahhhh, lo bawa Rendang? Ck ck ck, kangen banget gue, tau aja lo kalau gue belum makan,” Rose terpekik senang ketika melihat logo sebuah restoran yang menyediakan masakan berasal dari negara kelahiran Gendhis.
“Yoi, ini dari tempat biasa saat kita kuliah,” cengir Gendhis sambil melambaikan paperbag tersebut sebelum menaruhnya di meja tamu.
“Oh jadi ini alasan lo memerlukan waktu yang cukup lama untuk kesini?” tanya Rose sambil mengangkat sebelah alisnya, ia berjalan menuju ke meja dan mulai membuka bungkusan nasi miliknya.
Gendhis Pun tidak berdiri dalam upacara jika berhadapan hanya berdua dengan Rose, keduanya langsung membuka bungkusan masing – masing dan mulai menyuapkan makanan mereka.
Rose merem melek ketika potongan daging rendang nan kaya bumbu itu memasuki lidah bulenya, kali ini Gendhis mengajari secara khusus cara menggunakan tangan agar makannya lebih ‘nikmat’ dan Rose sudah cukup mahir dengan teknik tersebut.
“Haahh,, memang nggak ada duanya kalo Rendang punya ceu pika ini,” ucap Rose sambil membersihkan tangannya yang berlumuran dengan bumbu rendang.
Gendhis bahkan sudah bersendawa dengan anggunnya ketika suapan nasi terakhirnya mendarat dengan selamat di perutnya.
“Suatu saat nanti, aku akan mengajakmu untuk pulang kampung dan mengunjungi daerah asli yang menciptakan rendang ini. Dijamin puas!!” ucap Gendhis dengan penuh semangat membuat sepasang mata cantik milik Rose berbinar.
“Okelah, setelah semuanya sudah selesai dan stabil, kita akan melakukan perjalanan ke negaramu,” jawab Rose dengan penuh semangat.
Mereka berdua memberikan istirahat pada masing – masing perut untuk mencerna makan siang mereka. Keduanya bersandar nyaman di sofa tanpa takut jika ada yang masuk ke ruangan karena memang hari ini hari libur sehingga para karyawan tidak ada yang bekerja.
“Jadi, ada hal apa yang ingin sekali kamu diskusikan denganku?” tanya Gendhis setelah hampir 15 menit keduanya terdiam dengan pikiran masing – masing.
Rose bangkit dari posisi menyandarnya, ia duduk tegap dan memandang Gendhis dengan sorot mata yang menurut Gendhis sedikit ... menakutkan dan rumit.
“Ke.. Kenapa?”suara Gendhis tergagap sedikit takut dengan pandangan Rose.
“Bagaimana persiapanmu dengan pelelangan tanah di pinggiran kota?” tanya Rose tiba – tiba. Gendhis mengernyitkan alisnya sebelum menjawab.
“Ehm, sudah siap, kita tinggal menunggu tanggal penyelenggaraannya saja,” jawab Gendhis. Rose mengangguk dan menatap Gendhis sekali lagi.
“Gendhis, gue ingin kita melakukan audit dadakan. Terutama pada bagian – bagian yang dipegang oleh orang – orang yang dibawa oleh Jessica..”