Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.
Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.
Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Dingin Reina
Keesokan harinya sepulang sekolah, Reina dan si kembar, kembali bertemu dengan Ryu, katanya mumpung lelaki asing itu masih berada di negara ini.
Kali ini mereka dibawa menuju tempat wisata yang ada di Utara ibu kota, untuk melihat berbagai jenis ikan. Sebenarnya Ryu menawarkan berenang, tapi dengan alasan besok masih hari sekolah, Reina tak mengizinkan.
Pernah beberapa kali, Reina membawa putra-putranya mengunjungi Aquarium tawar, dan ini pertama kali bagi mereka melihat aneka jenis biota laut.
Si kembar banyak bertanya apa yang mereka lihat, dan dengan sabar Ryu menjelaskannya, dia berperan layaknya ayah yang baik untuk anak-anaknya.
Sempat juga Eizen meminta gendong, dengan alasan kakinya pegal, namun tidak dengan Aizen. Dengan senang hati Ryu memenuhi permintaan putranya.
"Dasar manja," Bocah berambut pirang itu mengejek adiknya.
Dan di balik punggung Papanya, Eizen menjulurkan lidahnya, membalas ejekan kakaknya.
Mereka juga sempat berfoto bersama, kebetulan hari ini Sergio turut serta. Lelaki tinggi besar, yang menjadi bodyguard Ryu, sempat beberapa kali mengabadikan kebersamaan mereka berempat, dengan kamera yang dikalungkan dilehernya.
"Sabtu besok, aku akan kembali ke Itali," kata Ryu, lelaki itu sengaja mendekati ibu dari kedua putranya.
"Oh bagus lah," sahut Reina dengan wajah datar.
Ryu menoleh, menatap Reina, seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, "Tapi aku pasti akan kembali, menemui kedua putraku."
"Yah silahkan,"
Ryu tak habis pikir dengan wanita yang telah memberinya dua orang putra sekaligus, bisa-bisanya dia diperlakukan seperti ini. Harga dirinya benar-benar terluka.
"Kapan anak-anak libur sekolah?"
Reina mengernyit, dia tengah berpikir, dan menghitung kapan tepatnya si kembar libur sekolah. "Mungkin sekitar tiga bulan lagi, saat kami merayakan hari raya,"
"Kalau begitu, aku akan mengajak kalian liburan Ke Itali," usul Ryu.
"Sepertinya tidak bisa,"
"Kenapa?"
"Hari raya, biasanya kami berkumpul dengan keluarga, jadi jika liburan, kami akan mengunjungi tempat wisata terdekat,"
"Bukankah aku juga keluarga kalian?"
"Aku yakin, kamu tidak merayakan hari raya, sama seperti kami, jadi lebih baik tidak usah."
Ryu sendiri bingung, kenapa wanita berkaca mata itu, selalu membuatnya tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa, dirinya yang terkenal hebat, kalah jika berdebat dengan ibu dari putra-putranya? Sudah tiga kali dia selalu berakhir kalah, pertama saat di Bali, dengan mudahnya Reina membuatnya tumbang, lalu kemarin, dia ditinggalkan begitu saja setelah perdebatan, lalu sekarang? Astaga sungguh memalukan.
"Lalu kapan kalian bisa mengunjungi Itali?"
Reina menaikan bahunya, "Entahlah, kami tak punya Visa, dan untuk apa kami ke sana?"
Andai kesabaran Ryu tak seluas samudra, mungkin dia sudah dengan paksa menyeret wanita itu, agar ikut dengannya, sama seperti dulu.
"Tentu untuk berjalan-jalan mengunjungi negara ku, di sana anak-anak pasti senang. Aku sudah meminta asisten ku, untuk mendekor kamar si kembar, sesuai keinginan mereka, aku juga meminta dibuatkan Playground, untuk bermain anak-anak," jelasnya, sedari kemarin, dia bertanya langsung pada si kembar tentang kamar impian mereka.
"Tidak usah berlebihan begitu, aku sendiri tak yakin, kami bisa datang," Reina masih memasang wajah tanpa ekspresi.
"Bukankah masih ada liburan berikutnya?"
"Saat itu, kami akan mengunjungi kakakku, karena kami sudah berjanji akan datang saat ada kesempatan."
Ryu melangkahkan kakinya, dan berdiri tepat di depan wanita berkaca mata itu, dia sengaja menghalangi pandangan, agar Reina fokus padanya, "Rei, aku tau kamu tak mengharapkan kehadiranku di antara kalian, tapi mereka putraku, dan tolong beri aku kesempatan, untuk merasakan menjadi seorang ayah yang baik,"
Reina mendongak, dari balik kaca matanya, dia menatap tajam lelaki jangkung dihadapannya, "Kamu bisa memliki putra yang lain. Aku yakin kamu cukup kaya dan tampan, tentu banyak perempuan yang mau mengandung benih kamu, jadi bisakah kamu tidak lagi datang, dan merecoki kehidupan tenang kami?" pintanya, "Tenang saja, mereka tak akan kekurangan makanan, dan aku yakin, rumahku cukup layak. Bukankah kamu melihat mereka tumbuh dengan baik, dan sehat, tanpa ada kekurangan?"
Dan sekali lagi, perkataan Reina membuat Ryu tak bisa berkutik, apa yang dikatakan wanita itu memang benar, tapi entah mengapa dia malas untuk melakukannya.
Sejak bertemu dengan Reina dulu, fokus utamanya bukan menjalin hubungan dengan wanita. Karena dia hanya menjadikan wanita sebagai pelepas hasratnya sebagai lelaki dewasa. Lalu mengenai pertunangannya dengan anak pengusaha di salah satu negara Timur Tengah, hanya karena tujuan bisnis, dan tentunya dia tak akan menikahi wanita itu.
***
Sejak pembicaraan itu, tak ada perbincangan berarti di antara mereka, karena keduanya hanya berkomunikasi soal anak-anak saja, tak lebih.
Reina yang bersikap dingin, membuat Ryu malas mendekat, harga dirinya hancur saat bersama wanita itu.
Hingga saat terakhir Ryu berada di negara ini, sikap Reina masih sama, bahkan saat dia memberikan salah satu kartu miliknya untuk memenuhi kebutuhan Reina, dan si kembar, dengan tegas wanita itu menolaknya mentah-mentah.
"Uangku, lebih dari cukup untuk menghidupi kedua putraku,"
Ryu benar-benar merasa tersinggung, dengan perlakuan Reina, namun tak berdaya untuk melawan.
"Tolong balas pesan, dan angkat telepon dari ku," pesannya sebelum pergi.
Reina hanya berdehem, bahkan dia membuang muka, tak mau membalas tatapan darinya.
Ryu menggunakan pesawat komersil, dan hanya membawa Sergio bersamanya, dia sengaja melakukannya, agar pergerakannya tak menarik perhatian.
Kakaknya masih penasaran dengannya, sehingga dia harus lebih berhati-hati, dan andai dia sampai diserang pun, Ryu tentu bisa memberikan serangan balik.
Sebenarnya dia masih ingin bersama kedua putranya, tapi pekerjaannya menuntutnya untuk segera kembali.
Apalagi beberapa waktu lalu, dia mengajukan pembatalan pertunangan, yang menyebabkan kerugian cukup besar. Tapi Ryu sama sekali tak peduli, toh uangnya masih banyak.
Walau para bawahan, dan koleganya, menyayangkan sikapnya yang dinilai gegabah, dan terburu-buru.
kak knp bukam Ryu aja yg ngidam biar tau rasa...
tp yaa sdhlah, Next kak💪🏻💪🏻🥰🥰