Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Nasehat Papa
Setelah makan siang dirumah Astrid, Arina rencana mau langsung pulang, namun Arina di tahan dulu sama mama dan papa karena ada sesuatu hal yang ingin mereka sampaikan.
Mereka semua keruang tamu kecuali anak-anak dibawa oleh mama kekamar Farid untuk lanjut main game sedangkan yang punya kamar ikut duduk juga dirumah tamu, karena mama tahu apa yang akan papa bicarakan ke Arina.
Flashback on
Setelah memasak mama keluar dari dapur dan mendapatkan pemandangan yang sangat sayang dilewatkan, sehingga mama mengambil ponselnya disaku gamisnya dan memfoto serta memvideo nya.
Ya.. pemandangan yang dimaksud adalah dimana Farid dan anak-anak Arina tertidur, dengan posisi dimana Farid sudah seperti ayah dari anak-anak tersebut.
Setelah mengirimkan Astrid hasil jepretannya, mama lanjut ke ruang tamu namun belum sempat duduk terdengar ucapan salam dari luar.
"Assalamu alaikum"
"Waalaikum Salam" jawab mama dan membuka kan pintu, dan ternyata yang datang adalah papa yang tadi pagi memang keluar, karena ada teman satu angkatan saat pendidikan datang dari jakarta sehingga mengajak papa ketemu.
"Sudah selesai acara reuninya pa?" tanya mama
"Reuni apaan sih ma, cuma ketemuan berdua sambil makan dan cerita sedikit, karena dia juga buru-buru mau ke kota istrinya, karena ada acara disana sehingga dia cuti datang ke kota ini" jawab papa
"Ohh jadi datangnya bareng keluarganya pa"
"Iya mama....anak-anak pada kemana kok kayak sepi neh rumah" tanya papa sambil melihat sekeliling.
Tanpa menjawab mama memperlihatkan hasil jepretannya tadi ke papa, sehingga papa langsung ke ruang keluarga untuk melihatnya langsung.
Setelah beberapa saat melihat, papa kembali keruang tamu dimana mama masih berada disitu.
"Itu anaknya Arina kan ma?"tanya papa memastikan kembali karena dia sudah lama tidak bertemu anak-anak Arina.
"Betul pa...itu anak-anak Arina yang bersama Farid" jawab mama
"Trus Arinanya kemana ma?"tanya papa kembali
"Keluar sama Astrid pa ke supermaket untuk belanja bahan-bahan puding karena ada banyak pesanan Arina dari teman-teman Farid dikantor" jelas mama
"Lah kok bisa ma, teman-teman Farid dikantor pesan sama Arina, memang mereka kenal sama rina?"sahut papa
"Papa coba liat status story farid di sosmed nya" ucap mama, dan papa langsung melihat status Farid disitu gambar puding yang sangat cantik dengan caption "Puding Cinta" Dari seseorang buat yang Special,
Mau samaan denganku bisa diorder ya...
"Ini kue buatan Arina ya ma?" tanya papa kembali
"Iya pa, itu ada dikulkas dan kue itu special Arina buat untuk keluarga disini, dan itu perdana dia buat dengan cetakan dalam bentuk hati, trus si Farid tanpa memberi tahu Arina dia pasang story begitu, jadi banyak yang pesan dan farid kasih deh nomor Arina ke teman-temannya" panjang lebar mama menjelaskan ke papa.
"Ma kok papa merasa ya si Farid itu kayaknya ada perasaan ke Arina, namun terkendala sama status Arina saat ini yang sudah bersuami" jelas papa
"Mama juga merasa begitu pa....apalagi tadi sewaktu Rumi anak perempuan Arina secara tidak sengaja menjelaskan ke Farid, tentang kenapa tidak bisa nonton televisi dirumahnya, farid sempat menitikkan air mata dan jujur mama juga, karena mama kasihan mendengar anak sekecil itu harus mendapatkan perlakuan kasar dari seorang ayah, mama sempat heran kok Farid juga bisa semewek itu pa" jelas mama lagi
"Biar nonton televisi juga dilarang ma?keterlaluan sekali laki-laki itu"emosi papa mendengarkan cerita mama.
"Tahu tidak pa...bahkan dia bilang katanya nonton itu bisa banyak gunakan listrik, dan dia yang beli listrik. Kayaknya yang diceritakan Astrid itu secara garis besarnya saja, namun kenyataannya bahkan sudah sangat parah kalau menurut mama, Arina itu perempuan yang sangat kuat pa, karena dia masih bisa tersenyum dibalik kesedihan dan tekanan batin yang dia rasa, dan mama juga merasa kalau anak-anaknya juga sudah kena dampak dari masalah orang tuanya, karena melihat sikap Gala anak tertuanya yang sering termenung dan tidak fokus "cerita mama
Papa terlihat berpikir mendengarkan cerita mama, dan papa rencana mau berbicara dengan Arina nanti kalo Arina sudah kembali dari belanja bersama Astrid.
Flashback off
Disinilah kami semua setelah makan siang karena papa ingin berbicara hal yang penting dengan Arina, kami berempat disini tanpa mama dan anak- anak Arina, karena mama menemani anak-anak Arina dulu sampe papa selesai berbicara dengan Arina.
"Arina...papa boleh bertanya sesuatu nak, tapi papa harap Arina jujur dan jangan sembunyikan sesuatu, kalo memang Arina menganggap papa seperti orang tua kamu sendiri" tanya papa
"Boleh pa...papa mau tanya apa sama Arina, Insyaallah klo Arina bisa jawab, akan Arina jawab" sahut Arina sedangkan Farid dan Astrid hanya menyimak saja dulu, karena bukan kapasitas mereka berdua saat ini.
"Kamu bahagia nak dengan pernikahanmu?" tanya papa kembali, dan pertanyaan papa itu sempat membuat Astrid dan Farid kaget, terlebih Astrid karena dia sadar kearah mana nih pembicaraan papanya, dan secara otomatis akan mengundang reaksi Arina kepadanya, karena dia satu-satunya yang mengetahui masalah rumah tangganya saat ini, dan berjanji akan menjaga rahasia nya ini..." wah bakalan diamuk nanti aku sama Arin dan kenapa pula ini papanya sampe bertanya begitu...Oh My God" monolog Astrid dalan hati
Arina terdiam sejenis mencerna pertanyaan dari papa Astrid, dia bingung kenapa papa langsung bertanya begitu kepadanya, apakah papa mengetahui sesuatu tentang keadaan keluarganya.
"Maksud papa gimana ya, Arina kurang paham Pa?" tanya Arina, padahal walau Gala yang ditanya juga pastilah mengerti pertanyaan itu, tapi karena Arina kaget dengan pertanyaan papa jadi sepertinya dia juga menjawab asal saja.
"Papa tau kamu mengerti yang papa maksud, cuma kamu mungkin kaget kenapa papa bertanya seperti itu kan nak, kamu jawab saja nak apa yang terjadi siapa tahu papa bisa bantu kamu mencari solusinya" sahut papa lagi
"Terima kasih sebelumnya pa, tapi Arina benar baik-baik saja pa, Arina tidak ada masalah apa pun kok" jawab Arina setenang mungkin dan menyembunyikan ketegangannya.
"Baiklah nak, papa mengerti jika kamu tidak mau terbuka dan jujur ke papa, karena kamu mau menjaga kehormatan keluargamu, tapi nasehat papa nak jika kamu sudah tidak bisa bertahan dengan semuanya, dan sudah ada kekerasan didalamnya lebih baik kamu yang pergi darinya nak, dan cari aman untuk dirimu dan anak-anakmu, karena efeknya tidak bagus nanti buat mental dan psikis mereka, sebelum sesuatu yang lebih parah akan terjadi dan kamu akan menyesal nantinya...satu pesan papa lagi kami semua disini keluarga kamu, jadi kalau ada apa-apa yang memang kamu butuh bantuan secepatnya hubungi kami disini nak" jelas papa dengan sangat bijaksana
"Iya papa....makasih karena sudah mau memperhatikan Arina dan anak-anak sejauh ini, dan InsyaAllah aku akan menjaga anak-anakku apa pun yang terjadi pa" jawab Arina, namun Arina sempat menatap tajam ke Astrid seolah olah berbicara lewat tatapan matanya....AKU BUTUH PENJELASAN KAMU ASTRID....Astrid yang dilihat seperti itu dan seolah olah menangkap apa maksud tatapan Arina menjadi merinding sendiri....
terutama suamimu biar tahu diri