Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Kembali ke suasana di rumah Andini
Sandy yang sedang menunggu Andini membuatkan minum untuknya mencoba berdiri melihat-lihat keadaan sekitar.
Sementara di dapur, Andini sedang memasukan sesuatu ke dalam segelas teh hangat lalu mengaduknya hingga terlihat seperti teh hangat normal pada umumnya.
Andini berjalan menuju ruang tengah sambil membawa segelas teh hangat.
Lalu dia menaruhnya di atas meja sambil duduk di atas sofa.
"Mas sini! Ayo minum dulu ngapain sih berdiri di situ?"
Sandy yang berdiri menatap sebuah lukisan yang sudah di tutupi debu yang sangat tebal kemudian beralih menghampiri Andini dan duduk tepat di sampingnya.
"Di minum dulu Mas, mumpung masih hangat!" Andini yang sudah tidak sabar agar Sandy segera meminum minuman yang di buat khusus untuknya.
"Iya nanti saja gampang, nanti pasti Mas minum." Sandy masih menatap ke arah sekitar rumah.
"Hmm yaudah deh, takutnya keburu dingin kan." Andini masih terus bersabar sambil menghela nafas.
"Gila ya kamu Din, kok bisa betah tinggal di rumah yang seram seperti ini. Nggak angker memang rumah ini Din?" Sandy terus saja menggerakkan pundaknya ke atas seperti takut dan jijik melihat rumah ini.
"Apaan sih kamu Mas, terus saja bahas rumah ini. Lagian kamu mana pernah hidup susah, makanya kamu pasti jijik melihat rumah ini."
"Ya kan Mas jadinya nggak tega sama kamu Din, kamu nggak pantas tinggal di rumah seperti ini."
"Udah lah nggak perlu di bahas, yang ada nanti kita berantem di sini." Jawab Andini yang sedikit kesal sambil cemberut.
"Oke oke maaf, Mas mau numpang ke kamar mandi dulu ya Din, dimana?"
"Hmmm. Ada tuh di belakang, yaudah sana ke kamar mandi dulu." Sambil menunjuk ke arah belakang.
"Yaudah, sebentar ya mas izin ke belakang dulu."
"Iya mas santai saja." Andini menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa setelah Sandy pergi ke kamar mandi, karena dia harus ekstra sabar kali ini untuk memancing Sandy.
Setelah beberapa saat, Lita yang berada di balik jendela, tiba-tiba saja di kagetkan oleh kucing liar yang berjalan menyentuh kakinya.
Brak!
Potongan kayu yang menyender di dinding tepat di belakang Lita tiba-tiba saja jatuh karena tersenggol oleh punggung Lita.
Lita hampir saja teriak tapi dia langsung reflek menutup mulutnya kemudian menunduk.
"Apaan tuh?" Ucap Andini yang kaget karena suara itu seperti benda besar yang jatuh.
Saat Andini menghampiri ke arah jendela untuk mengecek suara apa yang sudah di dengarnya, tiba-tiba suara kucing mengeong sedikit menenangkan hatinya.
"Hmmm kucing ternyata, kirain apa." Andini membatalkan niatnya untuk membuka jendela itu karena dia pikir itu hanyalah suara kucing yang menyenggol tumpukan puing yang ada di samping rumahnya.
"Haduh, bego bego dasar kucing sialan hampir saja aku ketahuan." Lita kesal dengan dirinya sendiri karena sedikit ceroboh telah membuat sedikit kekacauan. Tapi dia tenang karena tidak ada respon dari dalam rumah Andini.
Setelah beberapa saat, Sandy pun kini sudah kembali dan langsung menghampiri Andini yang sudah duduk di atas sofa.
"Din yuk sekarang, lebih cepat lebih bagus sepertinya." Ajakan Sandy yang kini mendekat sambil mengusap lembut pipi Andini.
"Bentar Mas ah, kamu nafsu banget sih sama aku, ini terakhir loh masa kamu nggak mau kita ngobrol dulu gitu, nggak romantis banget kamu jadi laki-laki."
Andini coba melepaskan usapan tangan Sandy yang ada di pipinya, tapi sedikit susah mungkin Sandy memang sudah tak tahan melihat kecantikan Andini sore ini.
Andini memang terlihat seksi dan cantik sore ini, dia memakai pakaian lengan sebahu dengan dada yang sedikit terbuka.
"Kamu makin cantik saja sih Din, perasaan dahulu kamu tak secantik ini." Goda Sandy yang kini memegang dagu Andini sambil menariknya ke arah depan hingga mereka saling bertatapan dekat sekali.
Andini menjadi degdegan karena walau bagaimanapun Sandy ini adalah pria tampan yang dulu sangat dia kagumi. Hasratnya mulai tinggi saat mata mereka saling menatap.
Cup!
Sandy sempat mengecup bibir Andini, tapi karena hati kecil Andini masih sadar dan tak mau tergoda, Andini langsung mundur dari hadapan Sandy.
"Hmm." Sandy menghela nafas lalu ikut memundurkan tubuhnya sedikit menjauh dari Andini.
"Sabar lah Mas, mending kamu minum dulu yah, rileks jangan langsung nafsu seperti ini. Aku kan kangen ngobrol lama sama kamu hmmm. Kamu memang nggak kangen ya ngobrol sama aku?" Andini sambil mengelap bibirnya karena jadi sedikit basah.
"Mau ngobrolin apa sih Din?" Tanya Sandy yang sedikit kecewa.
"Ya apa saja, ngobrolin kenangan kita dulu gitu, atau apa ke yang bisa membuat suasana jadi romantis hmmm."
"Yaudah yaudah, aku takut di sini nggak aman kan Din, aku takut keburu ada orang yang tahu kalau ada laki-laki di rumah ini."
"Tenang saja Mas, di sini aman ko aku jamin, lagian rumahku agak jauh dari tetangga."
"Lagian kenapa sih nggak di hotel saja Din, padahal lebih aman dan lebih enak tempatnya kalau di hotel."
"Nggak aku nggak mau, aku tahu sifat licik kamu, yang ada nanti aku di jebak sama kamu."
"Haha. Bisa kepikiran sejauh itu kamu, mana ada niat aku menjebak kamu seperti itu hmm."
"Ya aku kan jaga-jaga Mas, udah ah bahas yang lain ke, jangan bahas yang mengundang perdebatan terus."
"Hmm dasar, di sini nggak ada air es apa? Haus banget aku." Sandy yang tiba-tiba memegang tenggorokannya.
"Aku nggak punya kulkas Mas, tuh lihat perabotan rumahku saja seadanya di sini. Udah itu saja minum yang ada. Lagian kalau minum air hangat malah bakal cepat hilang tau hausnya."
Dalam hatinya pun Andini berkata.
"Anjing memang ini orang banyak maunya, kenapa susah begini sih? Biasanya rencanaku berjalan lancar nggak pernah banyak halangan seperti ini hmm."
"Iya deh iya air ini aja yang Mas minum, Hmmm."
Sandy pun mengambil gelas yang ada di meja kemudian meminumnya sampai habis, karena sepertinya dia memang sangat kehausan.
"Em, kok pahit sih teh nya, kamu nggak kasih gula ya?" Sandy berkata sambil mengerutkan dahi dan mulutnya karena merasa sedikit kepahitan.
"Maaf mas, gulanya habis. Sorry ya hehe." Andini sedikit tertawa karena melihat muka Sandy yang kepahitan.
"Hmm kamu ini. Aduh aduh ko kepala Mas jadi pusing sih, Din kenapa ini Din aduh?"
Sandy tiba-tiba mengedipkan matanya beberapa kali dengan tangan memegang kepala bagian belakang. Mungkin karena obat Bius yang Andini campurkan ke dalam teh tersebut langsung bereaksi dengan cepat.
"Kamu kenapa Mas? Hei hei" Andini berpura-pura peduli padahal dia tahu ini semua akan terjadi kepada Sandy.
Sampai akhirnya dengan waktu yang sangat cepat Sandy pun tak sadarkan diri dengan posisi menyender di senderan sofa.
"Mas, hei hei" Andini menepuk-nepuk pipi Sandy, tapi kini tidak ada reaksi sama sekali.
"Hahaha akhirnya, aku harus sesegera mungkin melakukannya." Ucap Andini yang tersenyum lepas setelah Sandy tak berdaya sama sekali.
Andini pun langsung terbangun dari sofa kemudian melangkah ke arah kamar mengambil beberapa peralatan yang ada di dalam kamarnya.