Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Pangeran Sera menatap Yuki dengan penuh perhatian sambil meletakkan makanan di samping tempat tidur. “Bagaimana kondisimu sekarang?” tanyanya lembut. Di ruangan yang hangat, Yuki perlahan mulai merasa lebih baik, meski tubuhnya masih lemah. Pangeran Sera, tanpa canggung, telah merawatnya dengan telaten sejak dia tiba di Argueda, menunjukkan sisi dirinya yang penuh kasih dan perhatian, jauh dari citra seorang pangeran yang hanya terpaku pada tugas kerajaan.
“Maafkan Aku Pangeran, Aku memang tidak terlalu tahan saat musim dingin tiba” kata Yuki lirih.
Yuki masih bersandar di tempat tidurnya, memandang langit-langit ruangan dengan mata penuh pikiran. Dia masih tidak percaya bahwa dia akhirnya berada di Argueda, jauh dari ancaman di Garduete. Pikirannya melayang pada kejadian di hutan, saat dia dikepung oleh kegelapan dan rasa putus asa. Jika Panglima Arden dan para prajurit Argueda tidak menemukannya tepat waktu, Yuki tahu nasibnya bisa jauh lebih buruk.
Dia menggigil memikirkan kemungkinan itu. Rasa syukur muncul dalam hatinya, tetapi juga ketidakpastian tentang apa yang akan datang selanjutnya, terutama dengan Pangeran Riana yang mungkin takkan diam saja setelah menyadari kepergiannya.
Yuki menelan obat yang diberikan Pangeran Sera tanpa ragu, kemudian meletakkan gelas di samping tempat tidurnya. Tatapan lembut Pangeran Sera tetap tertuju padanya, penuh perhatian.
“Apakah masih pusing?” tanya Pangeran Sera lagi, suaranya sarat dengan kecemasan yang sulit disembunyikan. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran yang mendalam, seolah setiap detik Yuki tidak merasa lebih baik adalah beban baginya.
Yuki menggeleng pelan. “Sudah berkurang,” jawabnya, meskipun tubuhnya masih lemas. Dia tersenyum lemah untuk menenangkan Pangeran Sera, yang jelas terlihat begitu cemas melihatnya dalam kondisi seperti ini. Pangeran Sera menarik napas lega, meskipun bayang-bayang kekhawatiran masih terlihat di matanya.
Pangeran Sera duduk di sisi tempat tidur, memperbaiki letak selimut yang menutupi kaki Yuki. Dengan hati-hati, dia mulai memijat kaki Yuki, membantu melancarkan sirkulasi darahnya setelah lama berbaring. Yuki terlihat lebih nyaman dan mulai merasa lebih rileks.
“Maaf, aku merepotkanmu lagi.”
Pangeran Sera tersenyum lembut. “Aku tidak pernah keberatan direpotkan olehmu, Yuki.”
Pangeran Sera berhenti memijat dan memandang Yuki dengan penuh perhatian. Dia lalu dengan sabar mengambil sendok dan menyuapkan bubur perlahan ke mulut Yuki.
“Kita akan memulai perjalanan menuju istanaku di Argueda. Bersabarlah sebentar lagi. Kau bisa beristirahat dengan tenang di sana.” Kata Pangeran Sera. “Sekarang Makanlah. Kau perlu kekuatan untuk perjalanan nanti.”
Yuki menurut tanpa ragu. Sesekali, tatapan mereka bertemu, namun Pangeran Sera tetap tenang, sabar, dan penuh perhatian.
...****************...
Pangeran Sera berdiri di dekat jendela, memandang ke luar, memastikan persiapan mereka untuk meninggalkan istana kecil menuju ibu kota Argueda. Udara pagi masih dingin, namun kekhawatiran di wajahnya jauh lebih besar daripada cuaca yang menggigit itu. Mendengar kabar bahwa Pangeran Riana telah mengendus keberadaan Yuki membuatnya harus bergerak lebih cepat.
Yuki duduk di tempat tidurnya, masih lemah namun bertekad untuk tidak menjadi beban. Dia tahu sesuatu sedang terjadi, meskipun Pangeran Sera belum mengungkapkannya.
Setelah memastikan Yuki sudah makan dan beristirahat, Pangeran Sera dengan penuh perhatian membantu Yuki bersiap untuk perjalanan menuju istana di Argueda. Yuki masih terlihat lemah, dan Pangeran Sera tampak sangat hati-hati dalam setiap tindakannya, seolah khawatir jika dia lengah sedikit saja, Yuki akan menghilang lagi dari sisinya.
Pangeran Sera berbalik dan menatap Yuki dengan lembut, meskipun sorot matanya menyembunyikan kecemasan. “Apa Kau sudah siap ?,” Pangeran Sera mengambil mantel tebal berbulu dari kursi di dekatnya. Dengan lembut, dia memasangkannya ke pundak Yuki, memastikan mantelnya menutupi tubuh Yuki dengan sempurna.
Yuki menatap Pangeran Sera sejenak, merasa bahwa dia menyembunyikan sesuatu. Namun dia tidak ingin bertanya lebih jauh. Kepercayaan terhadap Pangeran Sera membuatnya merasa aman, setidaknya untuk saat ini.
“Kau harus tetap hangat. Musim dingin di luar sangat keras.”
Yuki hanya mengangguk pelan, merasa bersyukur atas perhatian Pangeran Sera, tetapi terlalu lemah untuk mengatakan banyak hal.
Ketika Yuki berusaha berdiri, kakinya terasa lemas. Sebelum dia sempat jatuh, Pangeran Sera segera membopongnya tanpa ragu. Yuki terkejut sesaat, tapi kemudian menyerah dalam pelukan Pangeran Sera. Dia bisa merasakan ketegangan dan ketegasan dalam genggaman Sera, seakan-akan pangeran itu tidak akan membiarkannya pergi lagi.
“Aku bisa berjalan sendiri…”
Pangeran Sera dengan tegas namun lembut berkata” Aku tidak akan membiarkanmu. Kau masih terlalu lemah. Dan aku tidak ingin mengambil risiko kehilanganmu lagi.”
Dengan Yuki dalam pelukannya, Pangeran Sera berjalan perlahan menuju kereta kuda yang telah dipersiapkan di halaman. Para pelayan dan prajurit melihat pemandangan itu dengan hormat, tetapi Pangeran Sera tidak peduli dengan pandangan mereka. Yang ada di pikirannya hanyalah menjaga Yuki tetap aman.
Begitu sampai di depan kereta, Pangeran Sera dengan hati-hati meletakkan Yuki di dalam kereta yang hangat, memastikan dia nyaman di atas tempat duduk empuk. Dia menata selimut di atas tubuh Yuki, seolah tidak ada yang lebih penting selain memastikan Yuki terlindungi dari dinginnya udara sekitar.
Pangeran Sera kemudian duduk didekat Yuki. Melingkarkan lengannya, memeluk Yuki. Meskipun Yuki sekarang berada di depannya, ada perasaan di hatinya bahwa dia bisa kehilangan gadis itu lagi kapan saja, dan ketakutan itu membuatnya sangat protektif.
...****************...
Yuki sudah berada di istana Pangeran Sera selama tiga hari, namun selama itu ia jarang sekali bertemu langsung dengan Pangeran Sera. Setiap harinya, Yuki hanya melihat para prajurit dan pejabat istana keluar-masuk ruang rapat yang tertutup rapat, seolah ada pembahasan penting yang mereka hindari dari pengetahuan umum. Suasana di istana Pangeran Sera terasa tegang dan penuh rahasia, membuat Yuki tidak tenang.
Ia sempat bertemu beberapa kali dengan Pangeran Arana, adik Pangeran Sera, namun setiap kali Yuki bertanya tentang keberadaan Putri Magitha, Pangeran Arana selalu mengelak atau menjawab dengan samar. Ketidakpastian ini membuat Yuki semakin merasa terasing di lingkungan yang sebenarnya tidak asing baginya.
Keheningan istana, dipadu dengan ketegangan yang terus berdenyut di setiap sudutnya, membuat Yuki semakin merasakan bahwa ada sesuatu yang besar dan mendesak sedang terjadi. Namun, tidak ada yang mau memberi tahu atau melibatkan Yuki.
Yuki menyadari bahwa meskipun Pangeran Sera telah menutup istananya dengan ketat, tidak mengizinkan siapa pun keluar masuk dengan mudah, seseorang seperti Putri Magitha—jika memang segalanya baik-baik saja—pasti masih bisa datang dan pergi. Pikiran ini semakin memperkuat kecurigaannya bahwa ada sesuatu yang terjadi di balik dinding istana Argueda, sesuatu yang membuat Putri Magitha tidak kunjung muncul.
Setiap kali Yuki mencoba mencari tahu, ia hanya bertemu dengan keheningan atau jawaban samar dari orang-orang di sekitarnya. Pangeran Arana pun selalu menghindar, seolah ada rahasia besar yang ingin disembunyikan dari Yuki. Kegelisahan ini tumbuh semakin besar di hatinya, karena Yuki tahu bahwa jika Putri Magitha benar-benar baik-baik saja, dia pasti sudah datang untuk mengunjunginya. Tapi kenyataannya, tidak ada tanda-tanda kehadiran Putri Magitha di istana.
Yuki tidak berani untuk menanyakan apa pun kepada Pangeran Sera. Setiap kali ia mencoba mengungkapkan kekhawatirannya tentang Putri Magitha, Pangeran Sera selalu mengalihkan percakapan dengan pertanyaan yang membuat Yuki tak bisa menjawab.
“Aku ingin tahu bagaimana Pangeran Riana berhasil membawamu keluar dari Argueda waktu itu,” tanya Pangeran Sera, pandangannya tajam namun tenang.
Yuki terdiam, karena ia sendiri pun belum sepenuhnya memahami bagaimana Pangeran Riana bisa membuat rencana untuk mengelabui Pangeran Sera dan pasukannya.
“Atau,” lanjut Pangeran Sera, “mengapa kau berada di dalam hutan sendirian tanpa penjagaan saat di Garduete? Kau tahu itu berbahaya, bukan?”
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Yuki semakin bungkam. Ia tidak tahu harus memberikan jawaban apa. Kegelisahannya tumbuh, bukan hanya karena misteri Putri Magitha yang belum terpecahkan, tetapi juga karena Pangeran Sera seolah menuntut penjelasan atas kejadian-kejadian yang Yuki sendiri bingung tentangnya.
Yuki sudah tidak tahan lagi. Dia berdiri diam di sudut tempat. Berada dekat dengan ruangan rapat. Tempat Pangeran Sera seharian ini berada.
Yuki sudah meminta para prajurit untuk tidak mengatakan kehadirannya. Dia tidak ingin menggangu Pangeran Sera. Yuki hanya berdiri. Bersembunyi sambil memandang langit.
“Kakak, Kau harus berbicara dengannya. Dia sudah mulai curiga. Dia ingin tahu tentang Putri Magitha, dan kita tidak bisa terus-menerus menghindar.” Kata Pangeran Arana saat Mereka baru saja selesai rapat dan hanya tinggal berdua dalam ruangan.
Pangeran Sera menghela napas dalam, sejenak terdiam. Tatapannya beralih ke arah Yuki yang berdiri di balik pilar, tampak seperti bayangan yang berusaha menghindari perhatian. Dia tahu bahwa Yuki sudah lama menunggu. Pangeran Sera mengangguk perlahan, meski wajahnya tetap tanpa ekspresi. Dia menyadari bahwa menghindari Yuki bukanlah solusi. Dengan sikap tenang, dia berjalan menuju pintu, dan suara langkah kakinya yang mantap terdengar hingga ke sudut tempat Yuki berdiri.
“Yuki,” panggil Pangeran Sera lembut, namun tegas. Yuki terkejut, tubuhnya kaku. Dia tidak berani menoleh, seakan takut menghadapi tatapan yang sudah lama dia hindari. Pangeran Sera mendekat, menghentikan langkahnya beberapa meter di belakangnya.