Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Tamu di Larut Malam
Mbok Jum yang akan mengantarkan minuman untuk majikan dan tamunya, sungguh dibuat terkejut setelah tanpa sengaja mendengar pembicaraan ketiganya di ruang tamu. Beruntung nampan yang berisi minuman dan kudapan buatannya tak jatuh ke lantai.
Ia tak menyangka seorang wanita yang disangkanya sebagai tamu sang majikan, ternyata istri baru Mayor Seno. Ucapan syukur terus bergema di dalam hatinya. Akhirnya ia bisa bernapas lega dan tenang jika sewaktu-waktu dirinya memutuskan untuk pensiun. Sebab, sang majikan sudah menemukan pendamping sekaligus ibu untuk Aldo dan Aya.
Dengan hati-hati, ia membawa nampan tersebut ke ruang tamu. Seno yang akan beranjak pergi ke kamarnya, seketika menghentikan langkahnya saat melihat Mbok Jum berjalan ke ruang tamu.
"Mbok," panggilnya.
"Iya, Pak."
"Mbok dengar yang barusan?" tanya Mayor Seno sekedar memastikan. Walaupun instingnya mengatakan jika Mbok Jum pasti sudah mendengar status Dokter Heni adalah istri barunya.
Mbok Jum memberikan senyumnya dan menganggukkan kepalanya.
"Namanya Heni. Dia istri baruku. Ceritanya panjang, Mbok. Yang pasti Mbok tetap harus awasi dia selama di rumah ini. Terutama saat aku pergi bertugas," ucap Seno dengan tegas.
"Baik, Pak. Selamat untuk Bapak. Si Mbok turut berbahagia dan semoga pernikahan Bapak dengan Bu Heni langgeng hingga maut memisahkan," ucap Mbok Jum tulus mendoakan.
"Aamiin," jawab Seno dalam hati.
Bibirnya masih terasa kelu untuk mengaminkan. Sebab, ia merasa pernikahannya dengan Dokter Heni dilakukannya secara terpaksa karena keadaan semata. Tidak ada cinta di dalamnya. Hanya dua orang asing yang terpaksa hidup satu atap dalam sebuah ikatan yang dinamakan pernikahan.
Jika pun saat ini ternyata pada faktanya sang putri menemukan figur ibu dari istri barunya itu, maka baginya Dokter Heni hanya sekedar ibu pengganti. Dikarenakan sejak bercerai, Manda jarang sekali bertemu Aldo dan Aya.
Awalnya ia memang membatasi Manda bertemu Aldo dan Aya. Sampai-sampai ia mengajukan pindah dinas ke wilayah yang sangat jauh dari kediaman sebelumnya. Tak main-main hingga atasannya pun terkejut karena Seno ingin mengabdi ke tapal batas.
Banyak prajurit yang ingin ditempatkan di kota besar tetapi Seno justru memilih ke tapal batas yang jauh dan terpencil. Seno memang berniat menjauh dari Manda dan Gani. Rasa sakit hati telah diselingkuhi oleh Manda sekaligus perceraian yang menyakitkan, membuatnya melakukan ini semua. Seno berusaha ikhlas menerima semua takdirnya.
☘️☘️
Ayah kandung Seno seorang prajurit angkatan darat dan sudah lama meninggal dunia karena sakit. Saat Aya berusia tiga tahun di tengah perceraiannya dengan Manda bergulir, ibu kandung Seno pun meninggal dunia terkena serangan jantung. Manda sendiri anak yatim piatu sejak kecil.
Selama lima tahun ini, Manda bertemu Aldo dan Aya bisa dihitung dengan jari. Pertemuan mereka pun cukup singkat. Komunikasi via udara juga tersendat. Alhasil Aldo dan Aya sudah terbiasa hidup tanpa figur ibu dalam keluarga sejak perceraian kedua orang tuanya.
"Ehem," dehem Seno pada Mbok Jum.
"Oh, iya Pak. Ini ada wedang jahe. Mau saya taruh di mana, Pak?"
"Punyaku biar aku bawa sendiri ke kamar. Kalau punya dia, Mbok ketuk saja pintu kamar Aya. Dia lagi sama Aya di kamar," jawab Seno seraya mengambil wedang jahe miliknya lalu berpamitan pada Mbok Jum.
Setelah itu, Mbok Jum melakukan sesuai perintah Seno. Dokter Heni membuka pintu kamar Aya dan menerima dengan baik wedang jahe dari Mbok Jum. Tak lupa Dokter Heni juga mengucapkan terima kasih. Mbok Jum merasa bahagia. Secara sepintas ia bisa langsung mengetahui dan merasakan bahwa Dokter Heni adalah seorang wanita yang baik dan cocok sebagai istri sang majikan. Sikapnya sangat berbeda dengan Manda, mantan istri Seno.
Saat makan malam, Aya terus tertawa karena melihat Papanya terbatuk-batuk. Mbok Jum hanya mengulum senyum dari kejauhan melihat suasana meja makan serta rumah ini ramai kembali sejak kedatangan Dokter Heni. Sebelumnya, sangat terasa sepi bagai kuburan.
"Haha... Papa lucu deh. Tadi muji-muji makanannya enak. Dikira makanan ini buatan Mbok Jum ya. Padahal Bunda yang masak semuanya. Eh, sekarang mendadak berubah. Katanya makanan buatan Bunda asin semua kayak makan garam. Aya makan enggak ada yang keasinan. Semua pas di lidah Aya kok. Jangan-jangan," ucapan Aya seketika menggantung.
"Jangan-jangan apa, sayang?" tanya Dokter Heni sambil menahan tawa hingga perutnya terasa kram.
Mayor Seno hanya bisa mendengus sebal dan menatap tajam Dokter Heni.
"Jangan-jangan ada penyakit di lidah Papa. Jadi Papa enggak bisa bedain rasa asin, manis dan lainnya. Apa besok kita bawa saja Papa ke rumah sakit buat diperiksa? Kalau sakit lidah itu periksanya ke dokter apa, Bun?"
"Ke dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial. Jadi dokter itu khusus menangani penyakit pada mulut, gigi, rahang dan lidah. Kalau ditemukan kegawatan maka bisa dilakukan pembedahan atau operasi," jawab Dokter Heni penuh kelembutan pada Aya.
"Sudah, teruskan makannya. Jangan bahas lidah Papa terus. Nanti Papa pergi sendiri ke rumah sakit," ketus Mayor Seno.
Dokter Heni hanya bisa tersenyum tipis melihat raut wajah suaminya saat ini yang terlihat frustasi dan terpojok. Namun tak mengakuinya.
"Dasar kang gengsi segede gaban. Susah banget buat ngakuin kalau masakan istrinya enak. Gengsi teross," batin Dokter Heni.
☘️☘️
Selepas Aya tidur nyenyak, Dokter Heni pun keluar kamar. Di tangannya membawa sebuah map. Dirinya sudah ditunggu oleh Mayor Seno di ruang tamu.
"Ini yang kamu minta," ucap Dokter Heni seraya menyerahkan map yang ia bawa pada Mayor Seno setelah duduk dengan sempurna di kursi ruang tamu.
Mayor Seno meminta dokumen data diri secara lengkap pada Dokter Heni. Ia beralasan akan mendaftarkan segera pernikahan mereka agar resmi secara negara dan pastinya diketahui oleh kesatuannya.
"Aku pergi dulu. Mau ngecek piket malam anak-anak di markas. Aku titip Aya. Jangan sampai putriku lecet sedikit pun," titah Mayor Seno dengan tegas seperti biasanya.
"Hem," jawab Dokter Heni berdehem.
Dokter Heni malas berdebat malam-malam. Terlebih saat ini sudah jam sebelas malam. Matanya sudah mengantuk berat dan ingin sekali istirahat.
Tanpa banyak bicara, Mayor Seno pun melangkah pergi. Saat suara deru motor terdengar meninggalkan area rumahnya, Dokter Heni mengintip dari celah gorden jendela dekat ruang tamu. Ia menatap Mayor Seno yang mengendarai motor dan sudah keluar dari komplek rumah dinas.
"Hati-hati di jalan," batin Dokter Heni.
Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kembali menuju ke kamar Aya. Namun belum sempat dirinya masuk ke kamar Aya, tiba-tiba suara bel pintu berbunyi beberapa kali. Mbok Jum yang mendengar, akhirnya keluar kamar.
"Biar saya saja Mbok yang bukain pintu. Mungkin Mas Seno ketinggalan sesuatu jadi balik lagi," ucap Dokter Heni.
"Baik, Bu. Kalau begitu Si Mbok istirahat kembali," ucap Mbok Jum dengan sopan.
"Iya, Mbok. Selamat istirahat" balas Dokter Heni lalu ia berjalan menuju pintu utama.
Ceklek...
Pintu utama pun terbuka. Dokter Heni mengira Mayor Seno kembali pulang karena ketinggalan sesuatu. Namun ternyata bukan Mayor Seno yang datang.
Deg...
Keduanya saling tatap dan sama-sama terkejut. Rasa kantuk yang sebelumnya singgah, kini menguap hilang entah ke mana. Dokter Heni menelisik secara seksama dari bawah hingga ke atas pria berseragam dinas yang malam-malam mengetuk pintu kediaman suaminya. Namun senyum di wajahnya seketika terbit saat ia melihat nama yang tersemat di seragam dinas tersebut.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭