Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.
"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."
"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."
"Yes or yes?"
"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"
"Jadi?"
Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sejak kehadiran Gevan secara tiba-tiba, hidup Ara tidak terlalu sepi lagi. Hari-harinya selalu ditemani Gevan. Meskipun pria itu sibuk, tapi dia tetap menyempatkan diri untuk menemuinya. Gevan adalah teman, kakak, sekaligus calon suami untuk Ara, semuanya diborong oleh Gevan. Kasih sayang dan perhatian yang belum pernah Ara dapatkan, kini dia mendapatkannya dari Gevan. Lagi-lagi Ara bersyukur kepada Tuhan karena telah menghadirkan Gevan dalam hidupnya.
Gevan adalah tipe pria idaman Ara, dan kini Tuhan memberikan lebih untuknya. Bukan hanya sekedar tampan dan kaya, tapi juga baik dan penyayang. Ya, meskipun sifat Gevan agak dingin, tapi untungnya pria itu bisa menyeimbangi Ara.
Berjalan 1 Minggu sudah pertunangan mereka. Selama itu pula Mom Bella tak menyerah mencari pengganti untuk Ara. Dia tak peduli meskipun Gevan sudah bertunangan, karena sejak awal dia tak setuju Gevan bertunangan dengan Ara. Menurutnya, Ara hanyalah bocah ingusan yang gila harta.
Untungnya Gevan tak pernah tergoda dengan wanita yang dibawa sang mommy.
Sekarang ini Ara sedang kerja kelompok di rumah temannya. Kelompok mereka terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-laki.
Namun, yang sedari tadi Ara lakukan hanyalah memperhatikan teman-temannya yang sibuk bekerja. Ara bingung ingin melakukan apa karena semuanya sudah mereka kerjakan. Jadi, kesannya Ara hanya numpang nama saja.
"Ra! Gerak, dong!" kesal Chyntia, teman sekelompok Ara.
"Ini aku lagi gerak, kamu gak liat?" sahut Ara. Padahal dia sedari tadi bergerak.
Namun, bukan itu maksud Chyntia.
"Kerjain ini, Ra, maksudnya Chyntia. Dari tadi kamu gak ikut gerak ngerjain tugas," sahut Bagas si ketua kelas. Untungnya dia sabar menghadapi sifat lemot Ara.
"Oohh... Bilang, dong! Mana yang harus aku kerjain?" tanya Ara. Dia merapatkan tubuhnya pada Chyntia untuk melihat apa yang harus dia kerjakan.
"Nih, tulis jawaban yang ini. Harus rapi!" ketus Chyntia.
"Gampang!"
Ara pun segera mengerjakan apa yang disuruh Chyntia. Dia melakukannya sebaik mungkin agar tidak membuat teman-temannya kecewa.
"Btw, Ra. Mobil mewah yang biasanya jemput kamu itu siapa?" tanya Chyntia memulai gosip. Bagas dan Javier diam-diam menguping.
"Hah? Siapa?" tanya Ara pura-pura tak tau.
"Yang biasanya ngantar jemput kamu. Semuanya juga tau kalo ada mobil mewah yang selalu ngantar jemput kamu. Iya, kan, Gas, Vier?" Chyntia meminta persetujuan Bagas dan Javier.
"Iya kali," sahut Javier canggung. Jangan sampai dia kena imbasnya nanti. Ara itu gadis licik.
"Tuh, kan," sahut Chyntia. Dia menatap Ara dengan tatapan curiga. Sedangkan si empu yang ditatap hanya acuh dan terus menulis.
"Kamu punya sugar daddy, ya?" tuding Chyntia langsung.
"Lemes banget mulut kamu," cibir Ara. Dia menoleh sekilas lalu lanjut menulis.
"Lagian kamu kalau ditanya gak dijawab, gimana aku mau berpikir positif?" ucap Chyntia kesal.
"Kamu yang terlalu kepo. Semua orang juga butuh privasi," balas Ara tak kalah nyolot.
"Privasi atau emang ada yang kamu sembunyikan? Bener, kan, dugaanku? Kamu punya sugar daddy!"
Bagas dan Javier sudah pasang badan kalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Kalau iya, kenapa? Masalah buat kamu?" ketus Ara.
"Miris banget. Pasti kamu kesepian, kan, karena ayah sama kakak kamu gak peduli?" Chyntia membuat keadaan semakin memanas.
Buka rahasia lagi jika mereka tau tentang kehidupan Ara. Biasanya ketika pembagian rapot ataupun ada acara sekolah, keluarga Ara tidak ada yang datang dengan alasan sibuk. Para guru bahkan sering menelpon Ayah Gama karena Ara juga butuh perwakilan. Tak jarang pula gadis itu masuk BK karena membuat onar, lalu guru bimbingan konseling menyuruh Ayah Gama datang ke sekolah, tapi, tetap saja Ayah Gama tak mau. Alasannya selalu sibuk, sibuk dan sibuk. Pada akhirnya guru tak lagi menelpon beliau.
Ara membanting pulpen yang dia pegang. Matanya menatap nyalang ke arah Chyntia yang menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Berani banget kamu ngomong kayak gitu. Orang tua kamu gak pernah didik kamu atau memang kamu yang gak punya attitude?" sinis Ara.
"Gak usah bawa-bawa orang tua! Kita lagi bahas sugar daddy kamu, bukan orang tuaku!"
"Kamu duluan, ya, tai!"
"Tai, tai! Kamu tuh yang tai! Dibuang keluarga kayak kotoran alias tai!"
"Pasti mereka gak akan mau deketin kamu, karena kamu yang udah membuat bunda mereka meninggal!" lanjut Chyntia.
Ara menggeram kesal. "Kamu yang mulai semuanya, Chyntia!"
Sedetik kemudian Ara menjambak dan mencakar wajah Chyntia sampai membuat gadis itu berteriak kesakitan.
"Kamu memang harus diberi pelajaran, biar jera!" pekik Ara semakin menjadi. Dia sakit hati mendengar ucapan Chyntia.
Bagas dan Javier langsung bergerak memisahkan keduanya. Chyntia berusaha membalas, namun Ara selalu menghindar.
"Dasar jallang!" pekik Chyntia. Dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membalas Ara.
Pada akhirnya Bagas dan Javier kewalahan menghadapi kedua gadis brutal itu.
"Gimana, nih?!" Javier kebingungan.
"Coba lagi. Jangan sampai mereka sekarat cuma gara-gara gelut kayak begini!" balas Bagas.
Kedua cowok itu kembali menarik Ara dan Chyntia yang masih saling menyakiti sambil melontarkan kata-kata kasar.
Chyntia lah yang memulai lebih dulu, jadi jangan salahkan Ara jika dia membalasnya.
"Lepas!" pekik kedua gadis itu kala Bagas dan Javier berhasil memisahkannya.
"Udah, cukup!" seru Bagas dengan tegas. Dia menarik Ara sedikit menjauh dari Chyntia.
"Jangan kekanak-kanakan, bisa?!" Bagas menatap tajam kedua gadis tersebut.
"Kamu tuli? Dia duluan yang mulai tadi!" Ara membela diri.
"Iya, tau! Tapi, gak gitu juga caranya, Ra!" balas Bagas.
Mata Ara berkaca-kaca lantaran kecewa dan marah pada ketiga orang itu.
"Kalian gak pernah melihat aku dari sisi yang baik! Sesulit itukah kalian menghargai aku? Kalau Chyntia gak mulai duluan, aku gak bakal kayak gitu, Bagas. Hati aku sakit..." Ara menepuk-nepuk dadanya, menegaskan bahwa dia memang sakit hati karena ucapan Chyntia.
Ara pun mengambil tasnya dan keluar dari rumah itu seraya menahan air matanya yang hendak terjun.
Bagas dan Javier menatap kepergian Ara. Mereka bisa merasakan kesedihan Ara, apalagi pancaran mata gadis itu yang begitu sendu, penuh kekosongan.
Ara berjalan menyusuri trotoar sambil terisak. Hari sudah sore dan sebentar lagi malam tiba. Penampilannya sangat kacau, rambutnya yang tadi dia kuncir, kini sudah acak-acakan, ada pula luka cakar di wajahnya. Ara tak memperdulikannya. Yang dia pikirkan saat ini adalah ucapan Chyntia.
Benar. Ayah dan kedua kakaknya tak mau pulang karena dialah pembunuh Bunda. Mereka tak sudi tinggal bersama pembunuh.
"Ara bukan pembunuh...," gumam Ara sambil menangis. Dia tak memperdulikan tatapan orang-orang.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping Ara, namun Ara tak menyadarinya.
Gevan, pria itu keluar dari mobilnya dan menghampiri Ara.
"Ara." Dia menarik tangan Ara hingga membuat gadis itu berbalik.
Alangkah terkejutnya Gevan saat melihat keadaan Ara.
"What happened?" tanya Gevan. Tatapan khawatirnya tercetak jelas.
Melihat kondisi Ara yang seperti ini, Gevan pun menuntunnya menuju mobil agar Ara tenang.
Tadi Gevan ingin menjemput Ara, tapi, dari kejauhan dia melihat siluet seperti Ara, jadilah Gevan mengejarnya, dan benar saja, itu adalah Ara.
***
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘