" Jika kau tidak mau mendengar ku. Aku akan mencium mu sekarang juga" ancam Zahra.dia benar benar ingin pulang dan menemui teman temannya. Dia sudah berjanji ingin keluar bersama. Tapi dia juga tidak berani untuk ijin pada Umi Amelia.
" Cium saja jika kau ingin kita di nikah kan sekarang juga." Kata Ustadz Sulaiman melepas tangan Zahra dari lengannya dan kembali melangkah masuk ke dalam.
Zahra mengangkat tangannya meninju Angin. Dia sangat geram dengan sikap ustadz Sulaiman yang ternyata tidak mudah dia kendalikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seperti mendapat durian runtuh
" Assalamualaikum" Salam Zahra melangkah masuk kedalam rumahnya.
"Waalaikumsalam"Jawab Abah juga Ibu Nya bersamaan.
" Kau sudah pulang Nduk"Tanya Ibunya menyambut tangan putrinya yang akan menyalaminya.
" Iya bu. Zahra Pamit ke dalam kamar dulu Bu" Kata Zahra ingin melangkah masuk kedalam kamarnya tapi d hentikan oleh ibunya.
" Sebentar nduk, duduk dulu nak, Ada yang ingin Abah katakan pada mu Nduk" Ucap Ibu Zahra pada putrinya.
Zahra mendudukkan tubuhnya di hadapan kedua orang tuanya dengan sedikit penasaran melihat kedua orang tuanya yang berada di hadapannya.
" Zahra, berapa usia mu nak" Tanya Abahnya membuka bicara dengan basa basi.
" Dua puluh tahun Abah" Jawab Zahra menyerjit melihat Abahnya.
" Zahra... Abah langsung ke intinya saja ya Nak. Sebenarnya, Abah berniat menjodohkan Zahra dengan Anak kyai Artawan. Kami juga sudah membicarakan tentang perjodohan kalian berdua beberapa hari yang lalu nak" Jelas Abah Zahra memberi tahu niatnya.
" Anak kyai Artawan. Maksud Abah Ustadz Sulaiman" Tanya Zahra yang tau jika Kyai Artawan hanya memiliki dua orang anak. Danissa dan Ustadz Sulaiman.
Abah Zahra tersenyum dan mengangguk menjawab putrinya.
Ahhhh... baru saja tadi Ketemu dia dan membuat otak ku jadi kotor karena memikirkan bibir seksinya yang merah itu. sekarang sudah mau di jodohin saja sama orangnya... seperti mendapat durian runtuh.Batin Zahra. kembali dengan pikiran mesumnya.
Pergaulannya yang bebas membuat Zahra bukan lagi gadis yang polos. Dia bahkan sering tidak sengaja memergoki beberapa teman temannya yang sedang berciuman. Bahkan Zahra juga pernah melihat yang lebih dari itu. Membuat otak Zahra tidak sepolos penampilannya. Hanya saja Zahra tidak seberani teman temannya. Dia masih memikir kan kedua orang tuannya juga kakaknya untuk melakukan hal yang tidak pantas di lakukan.
" Tapi Abah, apa dia mau sama Zahra" Tanya Zahra mencari Alasan. bagaimana ingin menikah dengannya. Jadi mau ku apakan Ken.Sambung Zahra dalam hati.
"Tentu saja dia mau Zahra... Ini juga sudah di bicara kan dari Awal pada mereka Nak" Jawab Abah Zahra. Karena tadi pagi setelah Abi Ustadz Sulaiman membicarakan pada putranya tentang perjodohan mereka. Putranya juga setuju dan langsung menghubungi Abah Zahra.
" Tapi Bah, Zahra kan Masih Kuliah" Zahra mencoba untuk mencari Alasan pada Abahnya.
" Ustadz Sulaiman juga tidak akan menghalangi mu untuk Kuliah nak. Lagi pula kau kan sudah semester Enam, berarti tidak terlalu lama sudah untuk kuliah"Ujar Abah Zahra mencoba membujuk Putrinya.
Zahra yang merasa tidak punya alasan lagi terpaksa mengangguk patuh. Karena seperti apa pun dia menolak tetap saja Abahnya pasti akan terus berusaha sehinggah dia setuju.
Zahra tau jika kedua orang tuanya sangat menyukai laki laki yang mereka jodohkan padanya.
" Apa di mengenal ku Bah" Tanya Zahra.
" Sepertinya tidak. Tapi seharusnya Abah yang bertanya ini pada mu nak. Kan Zahra yang sering ke pasantren Al Fatih nak" Jawab Abah Zahra.
" Sepertinya tidak Abah, karena Ustadz itu sering menunduk kan pandangan jika dengan lawan jenis nya" Ucap Zahra yang sering melihat Ustadz Sulaiman di pasantren dan selalu menundukkan pandangannya.
" Tidak mengapa...kalian bisa kenalan nanti jika sudah menikah" Kata Buk Sari yang dari tadi menyimak pembicaraan suami juga anaknya.
" Kalau begitu terserah Abah dan Ibu saja. Zahra hanya ikut seperti apa baiknya. Zahra pamit ke kamar dulu Abah. Ibu" Kata Zahra kembali melangkah masuk ke dalam setelah di angguki kedua orang tuanya.
Sedikit perkenalan jati diri Zahra. Abah Zahra seorang PNS dia juga memiliki pasantren yang di sebut Al Mukminin. Kakaknya ketua kepolisian. ibunya hanya suri rumah. Keluarga Zahra juga dari keluarga yang berada.
Di kamar Zahra membuka jilbabnya dan berfikir. Bagaimana ini... bagaimana aku akan mengatakan ini pada Ken. batin Zahra menjambak rambut pirang.