Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 ~Nyanyi Potong bebek angsa
"Hiikks...hiiikkss.. Ibuuu!" Cindra berlari memeluk Bu Nani
" Kenapa Non, ko nangis?" Nani mengusap surai hitam milik Cindra
"Aku badmood banget hari ini gara-gara mas Hafiz. Ibu tau kan selama ini aku diawasi dan selalu diikuti kemana pun aku pergi. Tapi dia masih aja curigaan" Cindra menggerutu
"Itu artinya bapak sayang dan perhatian sama Non"
"Lebih ke posesif sih Bu, kayak aku ini pacarnya aja, kesel" sungutnya
"Lah Non kan istri bapak, wajar dong bapak memberi penjagaan penuh sama Non. Bapak itu tiap hari nanya sama ibu, Cindra udah makan belum, udah dibuatin salad belum, semuanya diperhatiin bapak, Non"
"Aku harus gimana Bu?"
"Non tinggal ikutin aja maunya bapak, nurut aja. Selagi bapak ga menjerumuskan Non ke hal-hal yang dilarang agama dan norma. Waktu ijab kabul suami mengucap janji di depan wali dan penghulu, itu artinya surga nerakanya Istri akan ditanggung suami sampai akhirat, Non. Kalau istri nurut, suami di tempat satgas itu tenang, Non"
'Andai ibu tau aku hanya istri kontrak dan tidak diharapkan, apa masih berlaku aturan itu' batin Cindra
"Bu, temenin aku jalan-jalan. Aku suntuk banget" rengeknya
"Ayo Non, ibu ganti baju dulu ya"
Dibalas anggukan Cindra
******
Di sebuah mall, Cindra dan Nani ingin memanjakan lidahnya dengan memesan makanan di sebuah resto masakan Jepang. Kebiasaan Cindra kalau sedang badmood melampiaskan dengan makanan atau memasak.
"Cindra!!"
Teriak seorang gadis dan duduk dihadapannya seorang laki-laki seumurannya dengannya
"Aina, Deon! Ya ampun mimpi apa aku semalem bisa ketemu kalian di sini" Seru Cindra menghampur ke pelukan sahabatnya
"Katanya kamu kuliah di Malaysia, Deon?" Tanya Cindra
"Iya, aku libur kuliah, Cin. Duduk gabung sini yuk" ajak Deon
"Kamu lagi di Jakarta, Ay?" tanya Cindra
Deon dan Ayna saling lirik
"Hari ini, hari jadian kami ke-1 tahun, Cin" Jawab Ayna malu-malu
"Are you Serious? Aku ko ga tau kalian jadian"
Cindra membuka matanya lebar dengan mulut terbuka menyunggingkan senyum yang lebar
"Congrats beb" dia memeluk Ayna
Deon tersenyum melihat dua sahabatnya saling memeluk
"Aku ga dapet pelukan nih?" Protesnya
"Cini..cini..aku peyuukk"
Ayna membuka kedua tangannya memeluk kekasihnya
Makanan yang dipesan pun datang.
"Cin, kamu udah dengar kabar belum? Kalau Felisha di penjara"
"Hah?! Yang benar Ay?"
Ayana dan Deon menggangguk
"Kasus apa?"
"Informasinya simpang siur, dan seperti ditutup-tutupi. Tapi dari info yang beredar, katanya ini kasus obat-obatan yang menyebabkan korbannya hampir kehilangan nyawa" Jawab Ayna
"Korbannya siapa?" tanya Cindra
"Itu yang kita ga tau, Cin" Jawab Deon
"Sepertinya si korban juga orang berpengaruh, kalau bukan orang kuat mana mungkin Felisha sampai di penjara. Secara bapaknya selalu nutupin kejahatan felish. Kasus pembull_yan di sekolah aja bisa di tutup padahal korban Felish udah banyak" Imbuh Deon
"Kamu udah dapet kabar Gege, yon?" tanya Cindra penasaran
Deon menggeleng
"Tapi aku pernah di telepon dari nomer engga dikenal, ngakunya family Gege. Dia malah nanya tentang kamu, Cin"
"Aku?" "trus kamu jawab apa, yon" Cindra bingung
"Ya aku bilang kamu ga ada hubungan sama Gege. Toh aku ga tau yang nelpon beneran dari family Gege atau bukan. Jaman sekarang banyak penipuan, Cin"
"Iya juga sih. Kalau memang dia family Gege kenapa ga hubungi aku langsung ya" kata Cindra
Mereka menghabiskan makanan dengan diselingi obrolan dan candaan
"Di Jakarta kalian tinggal dimana?"
"mm..tadinya mau bermalam di rumah bude aku, Cin. Tapi sampai sekarang aku hubungi ga bisa. Kemungkinan kita mau cari hotel buat nginap sementara, sebelum budeku kasih jawaban. Deon akan bermalam di kostan Brivan" jawab Aina
"Owhh..kalian nginap di rumah aku aja ya, Aina, Deon" Ajak Cindra
Aina dan Deon saling tatap,
"Kamu punya rumah di sini, Cin?" tanya Deon
"Tepatnya bukan rumah aku sih, rumah anak dari pakde-ku. Rumahnya besar ko, banyak kamar juga. Mau ya kalian di tempatku, biar kita bisa ngobrol lama. Please.." Pinta Cindra
"Okelah kalau kamu ga keberatan" Jawab Deon
"Ga dong!" sambil tersenyum lebar dan merangkul kedua sahabatnya
***
"Woaaah rumah sepupumu gede banget. Kamu udah ijin kan kalau kita mau nginep?" Tanya Aina sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan
"Sepupu aku lagi di luar kota. Belum tau pulangnya kapan. Tenang aja aman"
"Bu, kita siapin kamar tamu ya" Ajak Cindra sambil meraih lengan Nani
"Iya Non"
"Ay, kamu tidur sama aku ya. Deon biar istirahat di kamar tamu"
"Ok Tuan putri" Jawaban Aina membuat cindra mengingat Gege
"Ahh kamu, Ay. Aku jadi ingat Gege" memasang wajah sedih
"Jadi, rencananya berapa hari kalian di Jakarta, Ay?"
"Dua hari, Cin. Hari kamis Deon harus kembali ke Malaysia"
Cindra mengangguk mendengar jawaban Aina.
Cindra mengirim pesan pada Sang pemilik rumah
"Mas Hafiz, aku ajak teman-temanku nginap. Hanya dua hari mas, boleh ya mas?" Send_
'Aku harus mengizinkan ya? Kalau aku ga kasih izin gimana?"
"Jangan pelit gitulah mas, teman-temanku cuma dua hari. Lagian di rumah ini kamarnya banyak" Dengan wajah cemberut Cindra membalas pesan Hafiz
"Aku ijinkan tapi dengan syarat"
"Syaratnya apa?" Gregetan bin sebal Cindra membalas pesan suami sirinya itu
"Kirimin aku video kamu lagi nyanyi potong bebek angsa pakai gaya bebek"
"Dasar Aneh!!" gerutu Cindra
Demi mendapat ijin dari Sang pemilik rumah, dengan terpaksa dia turuti syarat yang diminta. Dia ambil tripod di kamar, mencari posisi yang pas dan memulai joget gaya bebek sambil menyanyi. Dan video pun dikirim.
'Sangat penurut, lucu dan menggemaskan' gumam Hafiz melihat video yang dikirim Cindra
*****
Ting tong
Ceklek
"Hai!! Sudah siap?" Sapa Marcel yang sudah berdiri di depan pintu
"Sudah dong ka" Dengan senyum manis Cindra menyambut kedatangan Marcel
Marcel membukakan pintu penumpang, lalu kemudian memutar ke arah kursi pengemudi.
"Jadi beli kado apa buat mama, Ka?" Tanya Cindra'
"Kamu punya ide, Cin?"
"Sweater dan Bunga hias, gimana?" Tanya Cindra
"Good idea!" Jawab Marcel sambil menjentikkan jari
"Apa yang ada di pangkuanmu itu?"
"Bubur jagung untuk mama, ka"
"B-bu..bur jagung?" Seketika wajah Marcel berubah menegang
"Kenapa ka?" Cindra heran dengan perubahan air muka Marcel
"Buatanmu?"
"He-um" Sambil menggangguk imut
"Boleh aku cicipi"
"Aku udah siapin cup kecil untuk nyicip, ka. Nih aaa..." Cindra menyuapi sesuap bubur jagung ke mulut Marcel
"..!" Seketika wajah Marcel diselimuti mendung, matanya mengembun
"Kenapa ka? Rasanya engga enak ya?" Cindra cemas
Marcel hanya mengangguk memberikan jempolnya. Dia menahan tangis hingga tidak bisa berucap apa-apa.
"Ka, kenapa?" Cindra mengusap sudut mata Marcel yang mengeluarkan tetes embun
Ciiittt..
Mobil ditepikan, Marcel langsung memeluk Cindra dengan erat sambil terisak
"..?" Cindra bingung namun ia membiarkan Marcel memeluknya hingga reda isaknya. Cindra menepuk-nepuk lembut pundak Marcel.
Setelah dirasa sesak di dadanya mereda, Marcel mengurai pelukan.
"Kado untuk mama, bubur ini aja. Ini akan jadi istimewa buat mama" Marcel mengusap pipi Cindra dengan lembut.
"Kenapa begitu ka? Ini hanya bubur sederhana"
"Kamu tau cin, mama selalu merindukan bubur jagung buatan Larisa, adik Perempuanku"
"Semenjak Larisa meninggal, kami seakan trauma dengan bubur jagung. Karena belum ada rasa bubur jagung yang sama persis dengan buatannya. Tapi aku menemukan rasa yang sama di bubur jagung buatanmu"
"Bagaimana kalau mama ga suka? Maaf ka, lidah orang sakit beda dengan yang sehat" cicitnya khawatir
"Kaka yakin, mama pasti suka. Kita langsung ke rumah, biar mama bisa menikmati bubur hangat"
Cindra mengangguk.
Marcel menggenggam jemari Cindra, lalu dibawanya punggung tangan Cindra untuk dikecupnya
"Terima kasih Meimei" Marcel menatapnya dengan hangat