Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Waahhhh..... ada apa nih, wajah lu berseri seri" goda Intan melihat Malika dari tadi tak berhenti tersenyum.
"Gw lagi senang aja, soalnya suami gw mau melakukan pengobatan di rumah sakit" ujar Malika dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Benarkah, semoga suami lu bisa jalan kembali ya, jangan putus asa tetap semangat mendukung dia, lu pasti berhasil" ujar Intan yang sudah tau klau suami Malika itu lumpuh.
"Mmm...." Angguk Malika.
"Tapi... Gw ngak bisa nganter dia berobat karena kita lagi ujian" lesu Malika.
"Tidak apa, nanti lu kan bisa telpon suami lu saat istirahat" ujar Intan menepuk pelan bahu Malika, untuk menenangkan Malika.
"Ahhh... Iya, lu benar juga" kekeh Malika.
"Lika...." panggil seseorang dari belakang.
"Iya, ada apa ya?" tanya Malika yang tidak kenal dengan orang tersebut.
"Eeehhh.... gadis sok cantik! gw bilang sama lu ya, jangan pernah deketin pacar gw, gw ngak suka!" ujar Perempuan yang memanggil Malika.
Malika hanya mengerinyitkan dahinya, yang tidak mengerti dengan ucap perempuan itu, sama sekali Malika tidak pernah dekat sama cowok di kampus itu, memang banyak yang menegur Malika, namun Malika tidak pernah memberi perhatian lebih.
"Maksud lu apa sih, gw ngak ngerti" ujar Malika.
"Halah... Jangan sok sok ngak tau deh Lu, mentang mentang cantik dan kaya, dan seenaknya lu caper sama cowok gw, gw ngak suka, awas aja lu klau masih caper samo cowok gw!" ujar perempuan itu.
"Woiii.... Mbak nya, kapan lu lihat Malika caper sama cowok lu, dan apa lu liat klau Malika deket deket sama cowok!" sela Intan.
"Ya ngak sih... Tapi gw benci aja lihat semua cowok yang selalu ngomongin lu di dekat gw, termasuk cowok gw" ujar perempuan itu salah tingkah.
"Lah itu salah cowok cowoknya aja, ngapain ngomongin Malika, lu nya dong yang tegur cowok lu, bukan negur Malika dasar aneh" ketus Intan yang tidak habis pikir dengan perempuan yang ada di depan matanya itu.
"Iss...." kesal perempuan itu kesal, menghentakan kakinya di lantai dan pergi meninggalkan Malika dan Intan.
"Dasar aneh, yang salah siapa yang di tegur siapa" gerutu Intan.
Malika hanya terkekeh melihat wajah kesal Intan, sudah biasa bagi Malika di samperin oleh perempuan perempuan aneh seperti itu.
"Ya udah yuk, ke kelas" ujar Malika.
"Lu kok bisa tenang gitu sih Lika, heran gw" ujar Intan mengikuti langkah kaki Malika.
"Gw harus apa emang, kenal juga ngak sama cowok mereka, ya biarin aja, selagi mereka ngak main fisik, sudah biasa buat gw hal seperti tadi" ujar Malika santai.
"Lagian siapa suruh tuh punya wajah cantik gitu, sudah gitu pintar pula, jadi pada irikan cewek cewek sama lu, dan cowok cowok lebih suka natap lu ketimbang cewek mereka" kekeh Intan
Malika hanya mendengus sebel, mendengar ocehan temannya itu.
Sementara itu Refandi berada di rumah sakit bersama Tomy, karena Sandi tidak bisa ikut, dia sedang meeting menggantikan abangnya Refandi yang otak udang namun serakah ingin jadi pemimpin perusahaan.
"Gw salut sama Malika, dia bisa memberi lu semangat untuk sembuh, padahal selama ini kita kita sudah bujuk bujuk lu agar mau berobat ke rumah sakit, tapi lu ngak mau" ujar Tomy.
"Gimana gw ngak semangat coba, istri kecil gw itu selalu aja melakukan terapi di kaki gw setiap hati tanpa kenal lelah, dan gw juga ingin kali memanjakan dia seperti mana mestinya, nemanin dia shoping, ngajak dia jalan jalan, pergi liburan, lu tau kan selama ini dia hanya terkurung di apartemen gw, dan gw juga ingin jagain dia dari orang orang serakah yang sedang mengintai dia" ujar Refandi membayangkan sang istri dan juga mengingat laporan orang orang suruhan Refandi yang selalu setia menjaga Malika dari jauh, namun Malika tidak tau akan hal itu.
"Hmmm... Gw salut sama gadis itu, mau maunya dia di kurung di apartemen, padahal gadis sebaya dia sedang asik asiknya bermain ke sana ke mari, namun dia memilih untuk menemani lu di apartemen yang hari hari aktifitasnya itu itu saja, apa dia ngak bosan ya?" ujar Tomy.
"Iya di saat semua orang pergi meninggalkan gw, tapi gadis cantik itu malah mau menempel sama gw yang cacat ini" ujar Refandi
"Maka dari itu, cepat lah sehat, jaga dia bahagiakan dia, dia tidak butuh harta berlimpah, cukup sayangi dia, lindungi dia, dia hanya butuh perhatian dari lu, dia gadis kekurangan kasih sayang" ujar Tomy entah mengapa mengingat Malika dadanya sesak, seolah olah Malika itu bagian dari nya.
"Hhmm... Pasti" ujar Refandi penuh semangat.
Bersambung...