Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Menikmati Peran Seorang Ayah
Bab 27
Setiap malam Arga sering terbangun oleh suara tangisan Alva. Maka dia akan membuatkan susu lalu meninabobokan. Laki-laki itu begitu sayang kepada bayi mungil ini. Dia merasa kalau Alva adalah anak kandungnya dan lupa kalau jika adiknya 'lah si ayah biologis.
"Alva, kenapa tidak tidur. Ayah sudah capai menyanyi. Kamu malah asyik tertawa begitu," ucap Arga sambil menciumi perut bayi itu sampai tertawa karena geli.
Suara tawa Alva selalu mengingatkan dirinya kepada Marsha. Perempuan itu kalau tertawa suaranya mirip Alva. Nyaring tetapi lembut dan matanya akan menyipit.
'Marsha, kapan kamu akan bangun? Aku rindu sekali sama kamu.' Arga memeluk erat Alva untuk menyalurkan rasa rindunya kepada sang istri.
Selama ini Arga tidak berani berbuat macam-macam kepada Marsha selama menjadi istrinya. Dia begitu menghormati dan menghargai perempuan itu. Selama ini dia sering merasa malu kepada Marsha. Perempuan itu adalah orang yang sangat baik dan memperlakukan dirinya dengan penuh hormat dan penyayang. Namun, betapa bodoh dan bereng_seknya dia karena menarik Marsha ke dunianya yang banyak berlumuran dosa.
"Ya Allah, aku mohon berikan kesembuhan untuk Marsha," ucap Arga dalam doa sepertiga malam.
Kini Arga tidak pernah meninggalkan sholat. Bayang-bayang Marsha yang sering mengingatkan dirinya untuk menyembah Tuhan semesta alam, terus membayangi dirinya. Ketika malam-malam dibangunkan hanya untuk sholat tahajud berjamaah. Dia merindukan saat-saat seperti itu. Rasanya ingin mengulang kembali ke masa-masa di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Obrolan yang sering diselingi senda gurau, membuat Arga tersenyum ketika kembali mengingat kembali.
Waktu subuh masih lama, laki-laki itu pun memutuskan untuk mengaji. Dia senang saat Marsha memuji suaranya yang katanya sangat indah.
***
Arga memandikan Alva dengan senang hati. Dia sudah bisa keramasi bayi itu. Tawa Alva membuatnya ikut tertawa juga. Laki-laki itu sangat menikmati perannya sebagai ayah. Kebetulan hari ini dia bagian jaga malam, karena ada ayah mertua yang akan menjaga Marsha. Jadi, seharian ini dia akan bisa bermain dengan Alva.
Pagi-pagi dia juga sudah jalan-jalan ke taman sambil menggendong Alva menikmati sinar matahari pagi seperti biasa. Para tetangga di apartemen sudah tahu apa yang terjadi kepada Marsha. Sifat dan perilaku wanita itu yang selalu ramah ke semua orang, membuat dia mudah diingat oleh penghuni bangunan apartemen.
"Pak Arga, sudah mengajak main baby Alva. Hot Daddy!" ucap salah seorang pengunjung taman kepada orang-orang yang sedang berkumpul di sana.
"Sudah tampan, kaya, perhatian lagi. Pokoknya suami idaman," puji yang lain.
Mereka yang memuji Arga tidak tahu kelakuan buruk laki-laki itu. Mereka melihat Arga sebagai sosok yang sempurna, karena dia memang seperti itu menunjukan dirinya kepada orang lain.
Arga bisa menjadi seorang casanova karena ingin melampiaskan kemarahannya kepada Valerie waktu itu dan malah keterusan. Dia memang tidak pernah mendatangi atau mengundang wanita untuk jatuh ke dalam pelukannya. Rasa sakit hati atas pengkhianatan Valerie dan kelakuan beberapa perempuan di sekitarnya membuat dia menilai jelek para wanita. Hatinya membeku dan tidak pernah sedikit pun dia memberikan perasaan itu kepada mereka saat bercinta. Hanya melampiaskan nafsunya saja.
Seorang laki-laki dewasa yang normal dengan iman yang tipis setipis tisu, jika disuguhi wanita tanpa busana ditambah memiliki tubuh yang menggiurkan, pasti tidak akan menolak. Begitu juga dengan Arga saat itu. Didukung oleh kelakuan Pandu yang suka gonta-ganti wanita tiap minggu, kloplah ada pendukung kuat.
Kegiatan Arga yang selalu mengajak Alva jalan-jalan di pagi hari, selalu menjadi pemandangan indah bagi para wanita di taman. Karisma yang dipancarkan olehnya begitu kuat, sehingga membuat mereka tidak bisa berpaling darinya.
"Pak Arga, asyik sekali bercanda dengan anaknya," kata Bu Djoko.
"Eh, Bu Djoko. Iya, Alva sekarang suka mengoceh. Kalau kita ajak balik berbicara dia selalu tersenyum dan tertawa," balas Arga dengan tersenyum ramah.
"Bagaimana keadaan Marsha sekarang, Pak?" tanya Bu Djoko.
"Arga!" Terlihat ada Valerie berjalan ke arahnya.
"Valerie? Mau apa di ke sini?" gumam Arga.
Banyak mata melihat ke arah mereka. Beberapa orang ada yang tahu siapa wanita itu. Salah satunya Bu Djoko. Wanita setengah paruh baya itu tidak suka kepada Valerie yang sering terlihat sombong.
"Arga, katanya kamu mau datang ke rumah, tapi kenapa tidak datang juga," ucap Valerie dengan wajah sendu.
Terdengar kasak-kusuk dari para wanita yang tidak mengenal siapa Valerie. Namun, mereka sangat penasaran dengan kedatangan seorang wanita yang memakai kruk berjalan mendekati Arga.
Tiba-tiba saja Alva menangis. Tangan mungil itu memukul-mukul tubuh Arga, sehingga laki-laki itu harus mendiamkannya.
"Sayang, kenapa menangis?" Arga menimang dengan penuh kasih sayang.
"Dia tidak suka sama wanita itu kayaknya," celetuk Bu Djoko dan mendapat delikan dari mata Valeri.
***
Apa yang ingin dilakukan Valerie mendatangi Arga? Ikuti terus kisah mereka, ya!