Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror arwah Sari pada istri juragan Karta
Besoknya para warga dihebohkan dengan cerita dua orang misterius yang para warga menolong para warga yang sedang meronda,yang diganggu oleh arwah Sari,tapi mereka tidak tahu siapa kedua orang tersebut karena wajah mereka tertutup topeng.
Dirumah pak Komar,terlihat pak komar sedang berbincang dengan Jana dan Mumun didepan rumah.
"Pak,apa Bapak sudah mendengar kabar tentang dua orang yang menolong warga dari arwah Sari,"tanya Jana.
"Sudah,aku juga heran,siapa mereka,coba nanti aku cari tahu?"
Sementara itu ditempat juragan Karta,banyak warga yang sedang berkumpul,juragan Karta sedang membagikan beras pada warga sambil memperkenalkan istri baru dan mobilnya.
"Ayo silahkan semua antri,"Juragan Karta bertolak pinggang sambil melihat antrean warga yang mengambil beras,sementara Jamila istrinya duduk didepan teras rumah, sambil melihat warga yang antri mengambil beras.
Dewi dan Kang Azam beserta maharani yang sedang jalan-jalan mengendarai motor sampai berhenti.
"Kang kok ramai sekali,dan itu seperti juragan Karta ya Kang?"
"Iya Neng,Akang dengar kemarin juragan Karta kembali dengan istri barunya,"sahut kang Azam.
"Ih dasar bandot tua,ayo Kang keburu sore udah mau gelap nih,kasian Rani."
"Iya,ayo,"kang Azam kembali menyalakan motornya,tapi ketika mereka akan pergi juragan Karta keburu melihatnya.
"Eh,ada Neng geulis Dewi,"juragan Karta bergegas menghampiri sambil tersenyum genit pada Dewi.
"Maaf juragan udah sore,kami mau pulang dulu,"Kang azam yang kesal melihat tingkah juragan Karta bergegas menyalahkan kembali motornya.
"Entar dulu atuh,ih Dewi kok makin cantik saja yah,mampir dulu saya punya oleh oleh untuk Dewi."
"Makasih enggak usah juragan,ini udah sore kami buru-buru,mangga juragan,"Dewi mencubit pinggang kang Azam agar cepat pergi dari situ.
Sementara diteras Jamila langsung berdiri melihat juragan Karta berbicara sama Dewi dan Kang Azam,ia tertegun melihat kang Azam.
"Ih,gantengnya,aku harus mencari tahu siapa dia,aku harus tahu siapa dia,"Jamila tersenyum manis pada Kang Azam,tapi Kang Azam hanya diam.
Kang Azam cepat-cepat menyalakan motornya dan pergi dari tempat Juragan Karta.
Juragan Karta terus menatap kepergian Kang Azam dan Dewi,
"Dewi Dewi,kamu bertambah cantik saja,andaikan kamu mau,janda pun aku akan tetap menerimamu."
"Kanggg...,lagi ngapain,masuk,"Jamila berteriak dari teras,ia kesal melihat juragan karta masih melihat kearah jalan.
"Eh iya cantik sebentar,"juragan Karta bergegas menghampiri istri mudanya.
Sementara para warga yang mengambil beras tinggal sedikit, mereka yang sudah dapat langsung pulang,para warga memuji kedermawanan juragan karta setelah pindah kedaerah lain.
"Ngapain Kang?"Jamila terlihat merenggut setelah juragan karta sampai disisinya.
"Aduh Neng cantik,jangan ngambek tadi Akang hanya menyapa mereka,itu tadi Azam dan Dewi istrinya,Akang udah lama tidak bertemu mereka,ayo masuk mau magrib,"juragan Karta mencubit pipi Jamila.
Jamila balik mencubit pinggang juragan karta,"mau yah,tapi masih sore."
Kemesraan pasangan beda usia itu terlihat oleh beberapa anak buahnya yang ingin melaporkan kegiatan pembagian beras yang sudah selesai.
"Kita pergi saja,nanti kita dimarahi juragan lagi,"ujar salah seorang dari mereka.
"Iya ayo,hebat ya juragan Karta,dapat istri selalu cantik, masih muda,"kata yang lain.
"Namanya juga orang kaya,coba kamu juga punya duit banyak pasti kamu bisa dapat istri seperti juragan Karta,karena kamu miskin dapat istri seperti itu,udah item,dekil,eh tongos lagi."
Pernyataan itu membuat yang lain tertawa terbahak-bahak.
"Biarin item,tapi tetap cantik,setia mau dikasih duit atau enggak, enggak pernah ngeluh dan yang terpenting,"orang yang diejek berbisik pada temennya yang tadi mengatasinya,"yang terpenting dia selalu ngasih jatah,walaupun pulang tidak bawa duit."
"Hahahaha...."Semua tertawa melihat balasan yang diberikan.
"Hush jangan berisik,tuh ada suara adzan magrib,ayo kita pulang dulu,nanti malam kita kan di suruh jaga disini."
Malam pun mulai merayap,juragan Karta terlihat sedang didepan berbincang dengan anak buahnya.
Sementara jamila didapur sedang menyiapkan kopi untuk mereka,mbok Sumirah yang biasanya membantu disana sedang pulang.
Ketika ia sedang merebus air lamat-lamat terdengar suara gamelan yang berasal dari belakang rumah.
"Kok ada suara gamelan ya,perasaan tadi siang aku lihat tidak ada orang yang sedang hajatan,"Jamila bergegas kehalaman belakang rumah,terlihat disana sepi dan suara gamelan itu pun hilang.
"Aneh,ya sudahlah,"Jamila bergegas masuk karena sedang merebus air.
Begitu sampai dapur ia terkejut,kompornya mati dan terdengar suara cekikikan anak kecil berlarian dari arah belakang terus kekamar mandi.
"Apa tadi aku lupa ya kompornya malah aku matikan,"jamila kembali menyalakan kompor, kemudian bergegas kekamar mandi,betapa terkejutnya ia, melihat anak-anak kecil sedang bermain air.
"Heh,kalian anak siapa masuk rumah tanpa permisi,keluar sana,"Jamila marah dan mengusir anak-anak tersebut.
Anak-anak tersebut berhenti bermain air,mereka menatap kearah Jamila,mereka tersenyum menyeringai,"Teteh ayo ikut main."
Jamila terkejut melihat senyum menyeringai dan ada taring yang menyembul.
"Kang,kang Karta,"Jamila berlari menuju kearah suaminya.
"Loh ada apa?Kok teriak-teriak."juragan Karta terkejut melihat Jamila berlarian dari dalam rumah.
"Ayo sini,masa ada anak-anak kecil dikamar mandi,tapi mereka aneh,"Jamila menarik tangan juragan Karta.
Juragan karta mengikuti Jamila,begitupun dengan anak buahnya,ketika sampai dikamar mandi sepi tidak ada satupun anak kecil dan bekas mereka bermain.
"Mana cantik?Ini kosong,ah kamu kecapean kali,ya udah sana istirahat saja,biar kopinya suruh si Warkum yang bikin,"ujar juragan Karta,juragan Karta kemudian mengajak Jamila kekamarnya.
"Jamila hanya menurut sambil terus membatin,"apa aku yang salah liat ya,"kemudian Jamila berbaring dikasur sambil memejamkan matanya,tak berapa lama iapun tertidur.
Melihat Jamila tertidur juragan Karta keluar dari kamar,kemudian kembali berbincang dengan anak buahnya sambil menikmati kopi.
Di kamar Jamila terlihat tidur dengan gelisah,dalam mimpinya ia berada dijalan yang sepi.
"Aku dimana ini,"Jamila bingung,ia berjalan menyusuri jalan,mencari rumah yang bisa ia tanya.
Setelah berjalan jauh,ia mendapati beberapa rumah,tapi Jamila heran,rumah itu tidak seperti rumah jaman dulu,atapnya terbuat dari welit (daun kelapa yang disulam dan dijadikan atap rumah),walaupun dengan rasa heran ia menghampiri juga rumah-rumah tersebut.
"Tok tok tok tok..."
"Punten,punten,"tapi tidak ada sahutan atau orang yang keluar,ia mendatangi rumah satunya lagi tapi tetap tidak ada sahutan,ia ragu untuk mendatangi rumah terakhir.
"Kesana tidak yah?"Jamila termenung tapi karena tidak ada pilihan lagi,iapun pergi kerumah tersebut.
"Tok tok tok tok...."
"Punten,punten,setelah lama mengetuk,akhirnya pintu dibuka,ada seorang perempuan keluar dari dalam rumah.
"Bu punten mau nanya,ini kampung apa ya,saya mau pulang tapi tidak tahu jalan,"ujar Jamila.
Perempuan tersebut tidak menjawab,tatapannya lurus kedepan dan hanya menunjuk kesebelah kanan.
Jamila jadi takut melihat ekspresi perempuan tersebut,ia kemudian pamit dan bergegas meningalkan rumah tersebut,sambil sesekali melihat kebelakang.
"Kampung apa ini jangan-jangan kampung setan,ihhh,"jamila berjalan kearah kanan seperti yang ditunjukkan.
"Dimana ini?"lamat-lamat terdengar suara alunan gamelan,Jamila menajamkan matanya,ia kemudian mengikuti jalan itu dan suara gamelan semakin jelas.
Jamila melihat ada panggung ada seorang penari sedang melenggak lenggok mengikuti alunan gamelan,ia mendekati para penonton.
Setelah dekat,Jamila melihat keanehan,banyak penonton tapi mereka hanya diam menatap tanpa merespon apapun,ia melihat sekeliling dan coba mendekati salah seorang dan bertanya.
Seketika suara gamelan berhenti dan semua yang ada disitu menatap kearah Jamila,mata mereka kosong hanya ada rongga hitam.
Jamila mundur ketakutan,orang-orang yang didepannya maju mendekati Jamila,tubuh jamila gemetar,ia kemudian berbalik dan berlari sambil berteriak meminta tolong.
"Tolong,tolongggg..."
Sosok penari yang tadi ada dipanggung melayang mengejarnya,ia berhenti dihadapan Jamila sambil tertawa.
"Hihihihi...."
"Mau kemana kamu,aku tidak menginginkanmu didesa ini,kamu sudah datang kesini berarti kamu harus mati,"sosok penari mengibaskan selendang dan melilit,mengangkat tubuh Jamila tinggi-tinggi.
"Tolong,tolongggg..."
Jamila berteriak ketakutan,ia berdoa memohon pertolongan,tapi lilitannya semakin kencang.
"Tolong,tolongggg..."
"Jamila jamila bangun,jamila,"juragan Karta terlihat panik mendengar jamila tidur sambil berteriak-teriak.
Jamila terbangun dengan tubuh basah oleh keringat,ia melihat kesekelilingnya dan ketika melihat juragan Karta,ia memeluk sambil menangis,"Kang aku takut,aku mimpi dikejar-kejar sosok hantu penari,wajahnya seram,dia ingin membunuhku."
Juragan Karta terkejut tapi ia berusaha tenang,"sudah-sudah itu hanya mimpi ayo tidur lagi,"juragan Karta termenung,ia ingat sosok Sari yang meninggal 10 tahun silam.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up