Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 24 - Tak Punya Pilihan
Tak ada yang bisa mengehentikan amarah di hati Rilly kali ini, hidupnya hanya dijadikan sebagai mainan. Tidak tahukah bahwa selama ini Rilly telah hancur sendirian.
Tiap malam selalu cemas akan keluarganya, bagaimana jika semua orang menangis saat menyadari dia telah menghilang.
Jika sejak awal kesepakatannya seperti ini, Rilly mungkin tak akan begitu terpuruk. Dia tetap jadi Rilly dan menjalankan perintah. Bukannya tetap jadi Cathlen dan Liam justru mempermainkan hidupnya.
"Keluar," titah Liam, perintah itu bukan dia tujukan untuk Rilly, melainkan untuk Frans dan yang lainnya.
"Tapi Tuan_"
"Keluar," balas Liam, memotong ucapan Frans tersebut. Dia bicara dengan pelan, namun terdengar begitu dingin.
Membuat Frans tak bisa membantah, apalagi saat dilihatnya pun Rilly yang menatap tajam ke arah dia dan yang lainnya.
Glek! Frans sampai menelan ludah, entah kenapa dia merasa wanita itu lebih punya kuasa di markas ini.
"Ayo!" ajak Frans pada yang lainnya, mereka pun keluar dan kembali meninggalkan sang Tuan hanya berdua dengan wanita itu.
"Duduk," titah Liam sekali lagi sesaat setelah pintu ruangannya tertutup.
"Apa jaminannya? kamu penipu, aku tak bisa percaya begitu saja," balas Rilly.
"Kamu meminta ku untuk mencari kelemahan Zeon kan? jadi sebelum aku pergi katakan apa kelemahan mu?" ucap Rilly lagi, dia harus memiliki apa yang paling berharga untuk Liam. Seberharga keluarga dan hidupnya sendiri.
"Aku tidak punya kelemahan apapun," jawab Liam.
Sebuah jawaban yang membuat Rilly tersenyum miris. Benci sekali pada pria ini. Berulang kali dia coba untuk negosiasi namun selalu berakhir dia yang kalah. Liam tidak pernah mau mendengar apa ucapannya, pria itu hanya terus peduli pada keinginannya sendiri.
Kali ini Liam tidak lagi meminta Rilly untuk duduk di sofa ruangan itu, dia langsung saja menarik Rilly dengan kuat dan di dudukannya.
Liam bahkan langsung merapikan rambut Rilly, berniat memasang chip itu di tengkuk gadis tersebut. Memperlakukan Rilly seolah tubuh ini pun dalam kuasanya.
"Semakin cepat kamu menyelesaikan tugasmu maka semakin cepat pula kamu akan terbebas dari Black Venom," ucap Liam. Dengan cepat dia pun memasang chip itu.
"Sekarang, nama mu bukan Cathlen, bukan juga Rilly, tapi Airish, yatim piatu dan sedang mencari pekerjaan karena sebelumnya kamu dipecat sebagai pelayan cafe. Identitas mu semua sudah ku atur, Zeon tidak akan tau tentang keluarga mu. Aku ... sudah mengatur semuanya degan sangat baik, jadi ... bekerja lah dengan baik juga," terang Liam panjang lebar.
Pria itu kemudian bangkit dan mengambil kotak pengobatan yang ia simpan, luka di pinggangnya harus segera diobati agar tidak terjadi iritasi. Untung dia sempat menghindar, hingga lukanya tidak terlalu menganga, tidak perlu dijahit.
Rilly hanya diam, bahkan tak sudi melihat pergerakan pria itu.
"Frans akan memberimu topeng hiper-realistis, dengan topeng itu orang-orang tidak akan tahu wajahmu yang asli. Sekarang obati luka ku," titah pria itu pula, dia bahkan meletakkan kotak pengobatannya di atas pangkuan Rilly. Sementara dia langsung duduk di samping wanita itu.
Rilly terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia lihat Liam yang menatapnya dengan tatapan dingin.
Jika dipikir-pikir, Liam pun melindungi dia dalam misi ini. Pikiran Rilly jadi berkecamuk sendiri.
"Baiklah, aku akan mempercayai mulut sampah mu itu. Setelah misi ini selesai, aku akan pulang ke Indonesia," ucap Rilly akhirnya, setelah dia cukup lama diam.
Meski ucapan Liam terasa mustahil untuk dia percaya, namun Rilly tak bisa apa-apa. Dia tak punya pilihan, dan hanya bisa mengharap.
Dengan kasar Rilly meletakkan kotak pengobatan itu di atas meja, Brak!!
Lalu membukanya siap mengobati luka yang dia buat di tubuh Liam.