Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Anda Mabuk?
Dirga merasa jenuh dengan kesibukannya. Begitu banyak pekerjaan yang menunggu untuk di selesaikan. Mengingat Richard tidak bisa fokus dalam bekerja. Kepergian Renatta benar-benar membuat semuanya menjadi kelabakan.
Sang kakak Richard yang selalu marah meski hanya karena kesalahan kecil. Membuat Dirga juga harus turun tangan mengatasi masalah yang di timbulkan pria itu.
Tak jarang dirinya juga terkena amarah dari Richard. Sungguh, cinta bisa membuat orang menjadi tidak waras. Karena itu, hingga saat ini Dirga enggan membuka hatinya kembali.
Ia pernah terpuruk karena di butakan oleh cinta. Kedepannya, Dirga memilih untuk lebih berhati-hati. Bila perlu tidak usah jatuh cinta lagi. Karena hanya akan membuat hidupnya berantakan.
Dirga menghela nafas kasar. Ia melirik arloji mahal di pergelangan tangannya. Dan ternyata sudah pukul delapan malam. Sungguh tak terasa waktu berputar.
Pria itu pun memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya. Ia mematikan laptop, kemudian menyimpan berkas-berkas yang belum sempat di periksa.
“Sepertinya aku membutuhkan sedikit hiburan.” Ucapnya sembari meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Pria itu pun bergegas keluar dari ruangannya tak lupa pula menutup dan mengunci pintu.
“Selamat malam, pak Dirga.” Sapa salah satu petugas keamanan yang sedang berjaga di depan pintu gedung Wijaya Group.
“Apa semuanya aman?” Tanya Dirga sembari mengangguk pelan, membalas sapaan bawahannya itu.
“Sejauh ini sangat aman terkendali, pak. Hanya saja, saya mendengar bisik-bisik para karyawan tentang perubahan sikap pak Richard.” Jelas pria berbadan tegap itu.
Dahi Dirga berkerut halus. “Memangnya ada apa lagi dengan kakakku?”
“Katanya pak Richard selalu marah tanpa alasan yang jelas, pak. Bahkan seorang office girl yang baru beberapa hari bekerja, menangis karena terkena amarah pak bos.”
Dirga menghela nafas kasar. Ia merasa jengah dengan tingkah sang kakak. Tidak bisa memisahkan urusan pribadi dengan urusan kantor.
“Aku akan bicara dengannya besok. Titip kantor, pak.” Dirga menepuk pelan pundak petugas keamanan itu. Ia kemudian pergi ke basemen untuk mengambil mobilnya.
Seperti biasa, pria itu mampir ke tempat usaha sampingannya sebelum pulang ke apartemen. Sudah menjadi wakil direktur, dan salah satu ahli waris keluarga Wijaya, tak membuat Dirga merasa cukup. Selain kafe, ia bahkan berencana untuk membuat showroom mobil antik.
Dirga hanya ingin mengalihkan pikiran dari keterpurukan akibat kegagalan berumah tangga. Karena itu, ia begitu menyibukkan dirinya.
“Selamat malam, pak Dirga.” Sapa seorang pramusaji yang bertugas di depan pintu kafe.
“Hmm. Bagaimana kondisi kafe malam ini?” Tanya pria berusia tiga puluh lima tahun itu.
Kepala Dirga perlahan berputar, memindai kondisi dan situasi di dalam kafenya. Dan tanpa sengaja pandangannya beradu dengan Gista di dalam sana.
Gadis itu tersenyum tipis sembari mengangguk pelan, kemudian berlalu menuju meja konsumen.
Sungguh gadis yang gigih menurut Dirga.
“Malam ini lumayan ramai, pak.” Ucap pramusaji itu.
Dirga mengangguk pelan kemudian masuk ke dalam kafe.
\~\~\~\~
Pukul sepuluh malam, kondisi kafe mulai lengang. Dirga memutuskan untuk pulang. Namun, di dalam perjalanan ia mendapatkan panggilan masuk dari salah satu temannya. Dan meminta untuk datang ke klub malam langganan mereka.
Pria itu berpikir sejenak. Akhir-akhir ini, ia terlalu sibuk bekerja dan ikut mencari keberadaan Renatta. Entah kapan terakhir kalinya Dirga pergi ke tempat hiburan malam?
Sepertinya tidak ada salahnya untuk sejenak melepas penat. Maka Dirga pun melakukan mobilnya ke klub malam itu.
“Akhirnya tuan muda kita datang juga.” Ucap seorang teman Dirga— yang bernama Bastian, saat pria itu masuk ke dalam salah satu ruangan VIP, di klub malam itu.
Ada tiga orang pria dewasa di dalam sana yang sudah menunggu kedatangan Dirga.
Mereka pun saling menyapa dengan beradu tangan.
“Sibuk terus ya, bro. Sampai tidak sempat mampir.” Ucap teman Dirga yang kedua—bernama Robby.
“Mungkin dia sedang melakukan pendekatan dengan seorang gadis.” Gurau pria terakhir— bernama Rocky.
Dirga tidak menanggapi. Ia memilih mengambil salah satu gelas kosong kemudian mengisinya dengan minum beralkohol.
Teman-teman Dirga saling melempar tatap. Rocky beranjak dari tempatnya lalu pergi keluar ruangan.
“Kalau ada pekerjaan lebih, bisalah bagi-bagi pada kita.” Robby mengajak Dirga untuk bersulang.
“Mencari orang hilang, mau?” Tanya Dirga.
Kedua teman Dirga yang tersisa pun tergelak. Padahal Dirga serius dengan ucapannya. Siapa tau salah satu dari mereka bisa membantu mencari keberadaan Renatta.
Tak berapa lama, Rocky kembali masuk dengan di temani seorang wanita berpakaian sangat minim.
Melihat itu membuat Dirga berdecak pelan. Ia tau siapa yang akan didatangi oleh wanita itu.
“Baik hati sekali kalian.” Ucap Dirga sembari mencebikan bibir, saat wanita itu duduk di sampingnya.
“Kami kasihan melihat kamu setiap malam selalu kesepian.” Celetuk Bastian.
“Tau darimana kamu?” Balas Dirga sembari meneguk minumannya.
“Oh Ayolah, bro. Jangan berpura-pura. Nikmati saja hadiah yang kami berikan.” Kali ini Robby yang bersuara.
Wanita berpakaian minim itu kemudian mengambil alih gelas di tangan Dirga.
“Biar aku bantu, tuan.” Ucapnya dengan nada manja, dan seketika membuat Dirga meremang.
Sementara itu, di kafe kini Gista telah selesai dengan pekerjaannya. Gadis itu hendak memesan ojek online untuk kembali pulang ke kontrakan. Namun ia tiba-tiba teringat dengan pakaian Dirga yang masih berada di dalam mesin cuci.
Astaga! Ini sudah jam sebelas malam.
Kenapa bisa Gista seteledor itu? Bagaimana jika pakaian Dirga rusak? Atau mesin cucunya terbakar?
Gista kemudian bergegas menghubungi pria itu. Namun, hingga tiga kali panggilan berdering, Dirga tidak menjawabnya.
“Kemana pak Dirga? Apa dia sudah tidur?” Gista mulai panik. Hal buruk tiba-tiba saja melintas di benaknya.
“Tidak. Aku harus memastikan sendiri.” Gadis itu kemudian memberhentikan mobil taksi yang melintas di depan kafe.
Gista tidak mendapati mobil Dirga di basemen apartemen. Membuat jantung gadis itu semakin berdetak kencang.
Dengan cepat ia berlari menuju lift kemudian menekan tombol lantai unit apartemen Dirga..
“Aman?” Gista berusaha menormalkan debaran jantungnya, saat melihat lorong menuju unit Dirga nampak sepi.
Itu artinya tidak terjadi kebakaran karena mesin cuci.
“Aku harus tetap memastikan ke dalam. Bagaimana jika pakaian pak Dirga rusak? Astaga, Gista! Kamu sangat bodoh.”
Dengan tangan sedikit bergetar gadis itu membuka pintu apartemen.
Gelap.
Itu artinya Dirga memang belum pulang ke tempat itu. Gista dengan cepat pergi ke tempat pencucian pakaian di dekat dapur.
“‘Mesin cucunya mati?” Dahi Gista berkerut halus. Namun dengan cepat ia mengeluarkan pakaian di dalamnya.
Gadis itu menghela nafas lega ketika melihat semua pakaian Dirga baik-baik saja. Hanya sedikit berbau apek.
Ia tidak tau jika mesin cuci itu adalah mesin cuci otomatis. Yang akan berhenti bekerja dengan sendirinya, jika waktu yang di atur telah habis.
“Aku harus mencuci ulang.” Gista menegakan kembali tubuhnya. Kemudian hendak mengambil pewangi pakaian.
“P-pak Dirga.” Gadis itu terjingkat saat melihat Dirga berdiri bersedekap dada dan bersandar di meja dapur.
“Apa yang kamu lakukan malam-malam seperti ini, Anggista?” Tanya pria dewasa itu.
“Saya lupa mengeluarkan pakaian dari mesin cuci, pak.” Jawab gadis itu dengan jujur.
Dirga mencebikan bibirnya. Pria itu perlahan mendekat ke arah Gista dengan tubuh sedikit sempoyongan.
“P-pak, anda kenapa?” Pakaian di tangan Gista terjatuh. Ia memilih menangkap tubuh sang atasan.
“A-anda mabuk?”
...****************...
...Catatan Penulis ...
...*tadi aku baca ulang cerita om Rich. Ternyata, nama mantan istri Dirga itu Ellena. Bukan Veronica. Aku juga sudah edit di bab 3. Dimana nama mantan Dirga di sebut.*...
hehehe
Posesif ato protektif.. 🤔🤔🤔🤔🤔
♥️♥️♥️♥️♥️