"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya masa lalu
Malam Hari, Damar yang tengah duduk di tepi ranjang menatap sang istri yang tengah tertidur, di kecupnya kening sang istri lalu Damar memperbaiki selimut untuk menutupi tubuh Ajeng, Damar pun merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Namun tiba tiba...
Ting ning ting nong
Bel rumah Damar berbunyi, Damar pun bangkit kembali dan segera membuka pintu untuk menyambut tamu yang datang.
"Hai Vin, ada apa malam malam begini datang?" Tanya Damar saat membuka pintu dan melihat kevin berdiri di depan pintu.
"Damar, ada yang mau aku bicarakan sama kamu." Jawab Kevin dengan wajah seriusnya.
Damar yang melihat raut wajah Kevin menebak kalau ini ada hubungannya dengan Jihan.
"Masuk Vin, kita bicara di dalam saja." Ajak Damar mempersilahkan Kevin untuk masuk.
"Aku buatkan minum dulu ya." Ucap Damar hendak pergi ke dapur, namun tangan Kevin menahannya.
"Tidak usah Dam. kamu duduk saja, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu." Ucap Kevin menarik tangan Damar untuk duduk kembali.
"Ada apa sebenarnya Vin?" Tanya Damar.
"Damar, apa benar kamu dulu pernah memiliki hubungan dengan Jihan?"
Damar diam sejenak, apa yang di pikirkan nya benar kalau Kevin datang kesini untuk menanyakan perihal hubungannya dengan Jihan.
"Huffttttt." Damar menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya menceritakan tentang hubungannya dengan Jihan.
"Kevin, Aku akan menceritakan semua sama kamu, tapi kamu harus ingat ini, apapun masa lalu aku dan Jihan itu semua tidak akan merubah masa depan, dulu aku dan Jihan memang saling mencintai, tapi itu sudah sangat lama." Jawab Damar.
"Seperti yang terjadi dengan aku dan Ajeng sekarang, mereka juga tak merestui saat aku bersama Jihan, bedanya dulu aku belum bisa melindungi Jihan hingga akhirnya kehidupan Jihan begitu menderita, Mamah dan Papah benar benar menghancurkan Jihan dan keluarganya." Terang Damar.
"Mungkin saat ini Jihan sangat membenciku karena aku meninggalkannya saat dia sedang terjatuh, bukan tanpa alasan Vin aku meninggalkan Jihan, aku hanya tidak ingin Jihan semakin menderita, karena saat itu Mamah dan Papah mengancam akan membuat Jihan lebih menderita." Sambung Damar
"Pantas saja aku melihat dari sorot mata Jihan penuh kebencian saat menatap kamu Dam." Ucap Kevin yang akhirnya tau kenapa Jihan seperti menyimpan kebencian untuk Damar.
"Iya, aku bisa mengerti akan hal itu Vin, aku memang pantas untuk di benci olehnya, karena aku yang membuat hidupnya menderita." Timpal Damar yang sudah bisa menebaknya dan Damar pun sangat menyesalinya.
"Apa kamu masih mencintai Jihan Dam?" Tanya Kevin membuat Damar membulatkan matanya.
"Karena aku dengar waktu di Coffe shop kamu bahkan sampai mengabaikan Ajeng saat menatap Jihan." Sambungnya.
"Astagfirullah, jadi bukan hanya Ajeng yang salah paham dengan sikapku. Kevin, aku waktu itu tidak menatap Jihan, aku hanya sekilas menatapnya lalu pikiran aku teringat akan kejadian saat aku meninggalkannya dulu, itu saja." Jawab Kevin.
"Ya emang aku salah karena mengabaikan Ajeng, tapi itu karena aku sedang melamun Vin, bukan karena aku masih mencintai Jihan." Sambung Damar menjelaskan.
"Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan Vin, aku dan Jihan hanya masa lalu, Saat ini dan selamanya aku hanya mencintai Ajeng." Tegasnya.
"Aku hanya minta sama kamu, jangan menyakitinya lagi, cukup aku yang menjadi laki laki bodoh karena menyakitinya, sebenarnya dia wanita baik Vin, hanya saja aku dan dia memang tidak berjodoh, bahagiakan dia Vin, aku cukup tau apa yang dia alami selama bersamaku, semoga bersamamu dia selalu bahagia. seperti aku yang sudah bahagia bersama Ajeng." Pinta Damar menepuk pundak Kevin.
"Pasti Dam, aku pasti membahagiakannya, karena aku sangat mencintainya." Jawab Kevin.
"Semoga setelah ini hubungan kita akan tetap seperti dulu, dan tidak akan ada kecanggungan di antara kita Vin." Ucap Damar yang sebenernya takut hubungannya dengan Kevin akan meregang.
"Itu sudah pasti Dam, kita akan tetap seperti dulu, dan aku pun akan membicarakan tentang ini dengan istriku, agar tidak ada kebencian lagi di hatinya untuk kamu, dan kita bisa tetap menjalin silaturahmi yang baik." Ucap Kevin.
"Itu terserah kamu saja Vin, aku tidak berharap Jihan memaafkan aku, melihatnya bahagia dengan kamu saja aku sudah tenang Vin, setidaknya aku tau penderitaan Jihan yang di sebabkan olehku sudah berakhir." Ujar Damar.
"Akkkhhhhhhh" Tiba tiba terdengar teriakan seorang wanita. Damar dan Kevin segera menoleh ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari kamar Damar.
***
"Mas." panggil Ajeng saat menyadari Damar tak ada di sampingnya yang tengah tertidur.
"Mas, kamu dimana?" Teriak Ajeng lagi namun tak ada sahutan dari sang suami.
Ajeng pun turun dari tempat tidur dan hendak keluar dari kamar, namun baru memegang gagang pintu, suara ketukan dari jendela kamarnya membuat Ajeng mengurungkan niatnya untuk keluar kamar.
Perlahan Ajeng berjalan ke arah jendela, membuka tirai yang menutupi jendela, Ajeng begitu terkejut saat melihat dua orang berpakaian serba hitam dengan penutup wajah berdiri di luar jendela, dan hendak membuka sabuk celananya.
Mata Ajeng membola, entah kenapa ingatan saat dirinya di lecehkan kembali terbayang, membuat Ajeng begitu ketakutan.
"Akkkhhhhh." Teriak Ajeng sekuat tenaga, Ajeng berjalan mundur hingga mentok di sisi tempat tidur.
Damar yang saat itu tengah mengobrol dengan Kevin seketika panik saat mendengar teriakan yang berasal dari kamarnya.
"Ajeng." Lirih Damar segera berlari menuju kamarnya yang ada di lantai bawah.
Kevin yang juga takut terjadi sesuatu pada Ajeng segera menyusul Damar.
Brakkk
Damar segera membuka pintu dengan kasar, didapatinya sang istri tengah duduk meringkuk di bawah ranjang.
Sementara Kevin yang berada di belakang damar sekilas melihat bayangan dari jendela, Kevin pun segera berlari kearah jendela untuk memeriksanya.
"Sayang, ada apa?" Tanya Damar panik saat melihat kondisi Ajeng yang seperti ketakutan, bahkan badan Ajeng bergetar hebat.
"Jangan sentuh aku.. jangan sentuh aku.. pergi..pergi.." Teriak Ajeng sembari terus menangis.
"Kenapa dengan Ajeng?" Batin Damar lalu melihat sekeliling kamar itu.
Damar menatap Kevin yang tengah membuka jendela kamarnya.
"Sayang kamu tenang ya, ada aku disini." Ucap Damar memeluk sang istri yang terus terisak.
"Mas disana, tadi disana ada orang jahat mas." Teriak Ajeng yang masih ketakutan menunjuk ke arah jendela. Kevin berbalik menatap Ajeng yang begitu ketakutan, lalu kembali melihat keluar jendela, dia curiga ada seseorang yang berusaha menakuti Ajeng.
"Iya sayang, kamu tenang ya, Mas sudah disini, tidak akan ada yang berbuat jahat lagi sama kamu." Ucap Damar menenangkan sang istri.
"Kamu istirahat dulu ya, sini mas bantu kamu naik ke tempat tidur." Ajak Damar lalu menggenggam tangan sang istri dan segera membantunya bangkit.
Damar memapah tubuh Ajeng menuju tempat tidur lalu membantunya berbaring disana.
"Bagaimana Vin, apa ada orang di luar?" Tanya Damar saat kevin berjalan mendekat ke arahnya.
"Aku tadi sempat melihat bayangan Dam, tapi pas aku cek tidak ada orang sama sekali." Jawab Kevin.
"Astagfirullah, apa lagi ini." Gumam Damar mengusap wajahnya kasar.
"Sepertinya ada orang yang ingin menakut nakuti Ajeng Dam, Tapi kenapa Ajeng bisa sampai ketakutan seperti ini Dam? Bahkan dia sampai histeris seperti itu, ini bukan ketakutan biasa Dam." Ucap Kevin heran dengan sikap Ajeng yang seperti mengalami trauma.
"Apa Ajeng pernah mengalami kejadian yang membuatnya trauma Dam?" Tanya nya kemudian.
Damar terdiam, memang tak banyak yang tau tentang kejadian kelam itu, termasuk Kevin, Rama dan Aditya, dari keempat sahabat Damar hanya Riko yang mengetahuinya karena Riko lah yang menyelidiki kasus pelecehan itu hingga pelaku yang sebenarnya tertangkap.