Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Rumah Tangga Andin
Semua mata tertuju pada Mia saat ini. Dia sedang mengobrol dengan Andin. Tanpa mereka sadari kehadiran Rachel. Bukannya dia ingin menguping pembicaraan mereka, tapi rasanya tubuh Rachel lemah, kakinya sulit untuk digerakan.
Mia menutup sambungan ponselnya dengan Andin. Yuni langsung merapatkan tubuh pada sahabat wanitanya itu. Sepertinya antusias sekali ingin tahu kabar beritanya.
"Kenapa Andin menghubungi kamu?" tanya Yuni.
Sebelum menjawab pertanyaan Yuni, pandangan Mia tertuju pada Farhan. Sehingga teman mereka juga melakukan hal sama.
"Katakan saja. Kenapa jadi menatapku?" ucap Farhan.
Mia menarik napas. Dia memainkan jarinya, seperti sulit untuk bicara.
"Aku harap apa yang akan aku katakan ini tidak akan mengganggu rumah tanggamu. Aku tidak mau lagi disalahkan," ucap Mia.
"Jika kamu rasa itu akan bisa menyakiti istri Farhan, dan dapat mengganggu rumah tangga mereka lebih baik jangan kau katakan, simpan saja buatmu sendiri," ucap Reno.
Farhan menatap Reno, dari sorot matanya terlihat jika pria itu tidak suka dengan jawabannya. Reno mengacuhkan saja.
"Katakan saja. Aku bukan anak kecil yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Aku dan Andin telah memiliki keluarga. Apa lagi yang mesti ditakutkan," ucap Farhan.
Reno tertawa mendengar ucapan Farhan. Membuat pria itu terdiam dan raut wajahnya menegang memahan marah. Dia tahu jika temannya itu menertawakan dirinya.
"Jika memang kau tahu mana yang benar dan salah, kau tidak akan menyakiti istrimu! Terkadang cinta buta itu tidak memakai logika!" ucap Reno.
"Sudah, sudah. Jika Farhan masih suka dengan Andin, itu bukan kesalahan kita. Jika rumah tangganya juga hancur, bukan kesalahan kita. Itu kesalahan Farhan sendiri. Jika kamu, tidak mau mendengar, silakan tutup telingamu, Reno. Sebagai sahabat Andin, aku ingin tahu keadaannya," ucap Yuni.
"Saat ini Andin ada di kota yang sama denganmu, Farhan. Dia ingin tinggal denganku sementara waktu sambil mencari pekerjaan yang mau menerima dia dan anaknya. Dia tidak mungkin meninggalkan anaknya yang baru berusia satu tahun itu," ucap Mia dengan pelan.
"Emang suaminya kemana? Kenapa mau menumpang tinggal denganmu?" tanya Yuni.
"Sepertinya Andin ada masalah dengan suaminya!" ucap Mia lagi.
Farhan tampak gelisah setelah mendengar ucapan Mia. Dia merubah duduknya. Saat itu barulah dia menyadari kehadiran Rachel. Mata mereka bertemu. Tanpa berkata apapun, Rachel kembali melangkahkan kakinya menuju dapur.
Mendengar langkah kaki Rachel semua mata tertuju pada wanita itu. Awalnya Rachel ingin makan. Namun, selera makannya hilang mendengar cerita Andin. Setegar dan seikhlas apapun dia dengan rumah tangganya saat ini, masih juga terselip rasa sakit mendengar semua itu.
Dia memang telah membentengi diri untuk tidak berharap lagi pada Farhan, tapi dadanya tetap sesak membayangkan apa yang akan terjadi dalam rumah tangganya jika Andin hadir di antara mereka.
Rachel mengambil minum, duduk termenung di meja makan. Dia tidak menyadari jika mata Farhan dan temannya menatap ke arah dirinya.
Rachel mengusap wajahnya yang tertutup cadar. Menarik napas dalam.
"Terkadang, ada banyak hal yang memang tidak bisa kamu paksakan untuk dipertahankan atau dimiliki. Tuhan menghadirkan dia dihidupmu bisa jadi hanya untuk menguji seberapa gigih kamu berjuang, dan seberapa lapang hatimu nanti untuk melepaskan dan merelakan dia pergi. Karena percayalah bahwa Tuhan lebih mencintaimu, dari pada dia yang kamu cintai," gumam Rachel pada dirinya sendiri.
Dia lalu berdiri kembali dan masuk ke kamar, tanpa peduli dengan mata yang terus mengawasi dirinya.
...****************...