seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
Kehidupan Quenn telah berubah drastis dalam waktu singkat. Ketika dia pertama kali memasuki dunia ini, dia tidak pernah membayangkan akan terjerat dalam permainan kekuasaan yang jauh lebih besar dari yang dia duga. Setiap langkah yang dia ambil sekarang, setiap keputusan yang dibuat, terasa seperti berjalan di atas tali yang tipis. Di sisi kiri dan kanan, ada ancaman kematian, pengkhianatan, dan keinginan untuk menguasai. Tapi satu hal yang dia tahu, dia tidak bisa mundur. Tidak sekarang.
Ketegangan di udara semakin berat. Pasukan elite yang muncul dari balik pintu, yang ternyata merupakan bagian dari organisasi global yang lebih besar, menatap mereka dengan tatapan yang penuh perhitungan. Quenn bisa merasakan ketegangan itu. Ini bukan lagi tentang bertarung melawan Marco, atau bahkan Dmitri. Ini adalah tentang bertahan hidup dalam permainan yang mereka tidak pilih, yang mereka tidak mengerti sepenuhnya.
Dmitri berdiri dengan senyum jahat di wajahnya, tampak seperti sosok yang mengendalikan segalanya. Quenn tahu bahwa untuk mengalahkannya, mereka harus berpikir lebih jauh, lebih cepat. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik. Ini adalah perang pikiran. Dan di sini, setiap langkah harus dihitung.
"Apakah kalian sudah siap untuk menghadapinya?" Dmitri bertanya dengan nada yang begitu tenang, seolah mereka sudah berada di dalam tangan mautnya. "Aku sudah lama menunggu momen ini. Kalian telah memainkan peran yang sempurna dalam rencanaku."
Quenn merasakan amarahnya membakar. Rencana besar ini, yang tak lebih dari eksperimen untuk menguji batasan manusia, telah menjerat mereka semua. Tapi dia tahu bahwa jika mereka tidak bertindak cepat, semuanya akan berakhir. Dan mereka takkan pernah tahu siapa yang benar-benar berada di balik layar.
"Kami tidak akan menjadi bagian dari permainanmu, Dmitri," kata Quenn dengan suara keras. "Kami akan menghentikanmu, apapun yang terjadi!"
Dmitri menatap Quenn dengan tatapan yang tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. "Kalian? Menghentikan aku? Kalian bahkan tidak tahu seberapa besar kekuatan yang aku miliki, Quenn. Kau dan teman-temanmu hanyalah pion dalam permainan yang jauh lebih besar. Tapi kalian akan belajar, tak ada jalan keluar dari sini."
Di luar, ledakan dan suara tembakan semakin keras, semakin mendekat. Pasukan Marco tampaknya sedang maju, menginvasi ruang mereka. Namun, Quenn tahu itu hanyalah permainan untuk membuat mereka terjebak lebih dalam. Pasukan elite yang baru saja muncul itu adalah ancaman yang jauh lebih besar.
"Rina, Vincent," seru Quenn, sambil memperhatikan sekeliling dengan waspada. "Kita harus bergerak cepat. Kita tidak bisa terjebak di sini lebih lama lagi."
Rina, yang memegang tablet berisi data penting, mengangguk dengan tegas. "Kita harus menemukan cara keluar dari sini. Aku tidak akan membiarkan semua pengorbanan kita sia-sia."
Vincent, yang sudah mempersiapkan senjatanya, menambahkan, "Aku siap untuk berjuang, Quenn. Tapi kita harus berhati-hati. Mereka tidak hanya datang dengan kekuatan, tetapi dengan strategi yang sangat terencana."
Suasana semakin panas. Setiap detik yang berlalu terasa seperti durasi yang panjang. Quenn bisa merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya, membuat setiap serabut syarafnya terjaga. Namun, di balik semangatnya, dia tahu bahwa waktu mereka sudah hampir habis. Mereka terpojok, dan satu-satunya jalan keluar adalah bertarung untuk hidup.
Tiba-tiba, ledakan besar terdengar di bagian belakang ruangan, membuat seluruh gedung berguncang. Pasukan Dmitri bergerak cepat, menyebar untuk menutup semua jalan keluar. Mereka tidak memberi kesempatan untuk melarikan diri. Mereka sudah menguasai tempat ini.
Dmitri, dengan ekspresi tenang, kembali berbicara, "Kalian tahu, Quenn, kadang yang terbaik dalam hidup ini adalah menerima kenyataan. Kalian tidak bisa melawan dunia yang lebih besar daripada kalian. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Dan sekarang, kalian akan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan."
Quenn menggertakkan gigi. "Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidup kami begitu saja. Kalau kau merasa punya kekuatan, maka buktikanlah, Dmitri."
Dengan kecepatan yang tak terduga, Quenn melompat ke arah meja yang berada di dekatnya, meraih senjata yang ada di sana. Rina dan Vincent, yang sudah siap, langsung bergerak ke posisi strategis mereka. Pasukan elite Dmitri maju dengan senjata terarah, siap untuk menyerang.
Tapi tiba-tiba, sebuah suara menggelegar terdengar di seluruh gedung. Sebuah ledakan besar mengguncang seluruh bangunan, memecahkan kaca dan menghancurkan dinding. Semua orang terkejut, seolah dunia tiba-tiba terbalik. Quenn hanya memiliki satu pemikiran dalam benaknya: ini adalah kesempatan mereka untuk bergerak.
"Dengan ini, kita punya peluang," kata Quenn, suara penuh tekad.
Rina segera berlari menuju pintu samping yang baru terbuka karena ledakan. Vincent dan Quenn mengikuti dengan cepat. Di luar, suasana sudah semakin kacau. Pasukan Dmitri tidak bisa mengendalikan keadaan dengan sempurna. Ledakan yang datang dari luar mengguncang sistem keamanan mereka, membuat banyak pasukan terpaksa mundur.
Namun, Quenn tahu bahwa ini belum berakhir. Ledakan itu hanya membuka celah, tetapi mereka masih harus menghadapi pasukan elite Dmitri yang ada di luar sana. Pasukan yang lebih terlatih dan lebih siap.
"Kita harus keluar dari sini, sekarang juga!" Quenn berteriak, saat mereka berlari menuju pintu keluar. Tembakan terdengar semakin dekat.
Di luar, dunia berubah menjadi medan perang. Ledakan dan tembakan saling bersahutan. Pasukan elite Dmitri mengejar mereka tanpa ampun. Quenn, Rina, dan Vincent berlari sejauh yang mereka bisa, namun mereka tahu, ini adalah jalan yang tak akan pernah bisa mereka tempuh kembali tanpa konsekuensi.
Mereka telah keluar dari perangkap, tetapi mereka juga tahu bahwa yang lebih besar menunggu di depan. Dan permainan ini, yang telah mengubah hidup mereka, baru saja dimulai.