NovelToon NovelToon
About Rain And You

About Rain And You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda
Popularitas:845
Nilai: 5
Nama Author: Ika Putri

Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.

Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.

Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?

Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Gavin dan Dasha memulai misi mereka dengan hati penuh tekad. Setelah menerima ancaman dari Clara, mereka memutuskan untuk tidak menyerah begitu saja. Gavin menghubungi seorang teman lama yang ahli dalam pelacakan, sementara Dasha menggali informasi tentang Clara dari masa lalunya. Mereka tahu, waktu adalah musuh mereka. Setiap menit yang berlalu tanpa Nathan hanya menambah tekanan dan kekhawatiran mereka.

Sementara itu, di tempat persembunyiannya, Clara tengah menghadapi kenyataan yang lebih sulit dari yang ia bayangkan. Nathan, meskipun masih kecil, terus menangis dan memanggil "Mama Dasha" tanpa henti. Clara mencoba menenangkannya, membujuk dengan suara lembut.

"Nathan, sayang, kamu nggak perlu takut. Tante Clara sayang sama kamu. Aku ibumu," katanya sambil membelai rambut Nathan.

Namun, Nathan hanya menjawab dengan isakan keras. "Aku mau Mama Dasha! Aku mau pulang!"

Mendengar itu, hati Clara tersayat, namun amarahnya terhadap Dasha semakin membakar. Ia merasa, jika Dasha tidak pernah masuk ke hidupnya, Nathan tidak akan pernah merasa jauh darinya.

Di sisi lain, Gavin dan Dasha akhirnya menemukan petunjuk penting. Dari teman lama Clara, mereka mengetahui bahwa Clara memiliki sebuah rumah lama di pinggiran kota, tempat yang kemungkinan besar menjadi persembunyiannya. Dengan informasi itu, mereka bergegas ke sana, meskipun mereka tahu Clara bisa saja melakukan sesuatu yang lebih berbahaya jika merasa terpojok.

Dasha tidak bisa menahan air matanya sepanjang perjalanan. "Nathan pasti takut. Dia tidak tahu apa-apa tentang Clara," ucapnya pelan.

Gavin menggenggam tangannya erat. "Kita akan menyelamatkannya. Nathan tahu kita akan selalu datang untuknya."

Ketika mereka mendekati lokasi rumah tersebut, Gavin dan Dasha memutuskan untuk berhati-hati. Mereka tahu bahwa Clara, dengan emosinya yang tak stabil, bisa menjadi ancaman besar.

Di dalam rumah, Clara mulai kehilangan kesabarannya. Nathan terus menangis dan menolak mendengarkan apa pun yang ia katakan. "Kenapa kamu nggak bisa lihat aku sebagai ibumu, Nathan? Aku melahirkanmu!" Clara berteriak, suara penuh keputusasaan. Namun tangis Nathan hanya semakin keras, dan ia terus memanggil, "Mama Dasha! Papa Gavin!"

Teriakan itu menyayat hati Clara, sekaligus membuatnya semakin yakin bahwa ini adalah satu-satunya cara. Namun tanpa ia sadari, Gavin dan Dasha sudah tiba di luar rumah, berusaha mencari cara untuk masuk tanpa menarik perhatian Clara.

Dengan strategi yang hati-hati, mereka memulai langkah terakhir untuk menyelamatkan Nathan. Perjuangan mereka baru saja dimulai.

.

.

.

.

Langkah Gavin dan Dasha penuh kehati-hatian saat mereka mengintai rumah itu. Lampu redup di dalam menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tapi suasana di sekitar begitu sunyi hingga hanya angin yang terdengar. Gavin memegang tangan Dasha, mencoba memberinya keberanian.

“Dasha, dengarkan aku,” bisik Gavin. “Kita masuk tanpa membahayakan Nathan. Kamu fokus pada Nathan, biarkan aku menghadapi Clara.”

Dasha mengangguk dengan mata penuh air mata. "Aku tidak akan meninggalkannya. Tidak lagi."

Mereka masuk melalui pintu belakang yang tampaknya tidak terkunci, memastikan setiap langkah tidak bersuara. Dari dalam, mereka mendengar suara Clara. Nada suaranya berganti-ganti antara memohon dan marah.

"Kenapa kamu begitu keras kepala, Nathan? Aku ibumu, bukan Dasha! Dia cuma... pencuri!" Clara berseru, frustrasi.

Nathan, yang duduk di sudut ruangan dengan mata merah dan wajah basah air mata, hanya memeluk boneka kecilnya sambil terisak. “Mama Dasha bukan pencuri! Mama Dasha baik! Aku mau pulang sama dia!”

Kata-kata itu menghancurkan hati Clara, tapi ia tidak menunjukkan kelemahannya. Justru, ia mulai kehilangan kendali. Tangannya gemetar saat ia memukul meja, membuat Nathan mengejang ketakutan.

Di saat itu, Gavin memberi isyarat pada Dasha untuk maju. Dengan napas tertahan, Dasha masuk ke ruangan perlahan, memanggil dengan lembut, “Nathan... Mama di sini.”

Nathan langsung mengangkat wajahnya, mengenali suara itu. "Mama!" teriaknya, langsung berlari ke arah Dasha. Clara terkejut, membalikkan badan, dan melihat Dasha memeluk Nathan erat.

"Jangan berani-beraninya kau bawa dia pergi!" Clara berteriak, matanya penuh amarah.

Gavin muncul di belakang Dasha, tubuhnya tegap dan wajahnya tegas. "Cukup, Clara. Ini sudah berakhir. Kau tidak bisa terus melukai dirimu sendiri dan orang lain seperti ini."

"Dia anakku!" Clara menjerit. "Aku ibunya! Aku punya hak!"

"Tapi dia tidak mengenalmu, Clara," Gavin menjawab, suaranya penuh empati meskipun tegas. "Nathan mencintai Dasha. Dia yang membesarkannya, memberinya kasih sayang. Jika kau benar-benar mencintai Nathan, lepaskan dia. Jangan buat dia menderita lebih dari ini."

Clara terdiam, tangannya gemetar. Amarah dan keputusasaan bertempur dalam pikirannya. Ia melihat ke arah Nathan yang bersembunyi di pelukan Dasha, wajah kecilnya basah oleh air mata, penuh ketakutan. Itu bukan anak yang bahagia, dan Clara tahu, sebagian besar karena dirinya.

“Aku hanya ingin dia mencintaiku...” Clara berbisik, suaranya pecah.

Dasha melangkah maju perlahan, masih memeluk Nathan. “Clara, aku tidak pernah ingin merebut apa pun darimu. Nathan selalu punya tempat untukmu, tapi ini bukan caranya. Kalau kamu benar-benar mencintainya, kita bisa menemukan jalan yang lebih baik. Bersama.”

Clara menatap Dasha dengan mata yang penuh air mata. Kata-kata itu menusuk hatinya. Ia tahu kebenaran ada di sana, tapi sulit baginya untuk melepaskan obsesi yang ia pegang erat begitu lama.

Namun sebelum ia bisa menjawab, suara sirene polisi terdengar dari kejauhan. Gavin telah menghubungi pihak berwenang sebelumnya, memastikan mereka tiba untuk mengamankan situasi. Clara tahu, ini akhirnya. Ia melepaskan napas panjang, menjatuhkan bahunya yang tegang, dan membiarkan air matanya jatuh.

“Aku menyerah...” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada mereka.

Saat polisi masuk, Gavin dan Dasha membawa Nathan keluar, meninggalkan Clara untuk diurus oleh pihak berwenang. Di luar, Nathan mencengkeram Dasha dengan erat, sementara Gavin berdiri di samping mereka, merasa lega meskipun lelah.

“Mama, aku takut…” Nathan berbisik, suaranya kecil.

Dasha mengusap rambutnya lembut. “Mama ada di sini sekarang, sayang. Kamu aman.”

Gavin menatap Dasha dan Nathan, merasa bangga pada keberanian mereka. Ia tahu perjalanan mereka belum selesai, tapi untuk saat ini, Nathan kembali dalam pelukan orang-orang yang mencintainya. Itu adalah kemenangan yang pantas dirayakan.

1
Jihan Hwang
hai aku mampir...masih nyimak, mampir juga yuk dikarya ku/Smile/
polarbear
Terimakasih sudah membaca novel saya semoga suka ya temen-temen 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!