Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Kebingungan Menghabiskan Uang
Dering ponsel bergema di ruangan kecil yang ada di arena pelatihan. Orang yang memiliki ponsel itu hanya melirik malas saat melihat nama orang yang menelepon. Ia membalikkan ponselnya dan kembali memejamkan mata.
"Xia, apa kau yakin tak akan mengangkat telepon dari para kepala keluarga besar?" tanya Yu Bin khawatir. Ia bisa merasakan aura dingin keluar dari tubuh Zhuo Xia. Ia benar-benar menyeramkan.
Zhuo Xia mengetuk-ngetuk meja dengan jari rampingnya. Matanya yang terpejam membuat bulu mata panjangnya terkulai ke bawah. "Aku akan segera kembali ke Kota Bayangan. Ternyata hanya segini kualitas di Kota Urban," ucapnya menusuk.
Yu Bin yang mendengar hal ini hanya bisa pasrah. Ia tak bisa melawan Zhuo Xia. "Namun bisakah kau lihat dulu besok? Mungkin saja ada yang akan menarik perhatianmu. Oh ya! Bukankah Tuan Muda dari Keluarga Chen itu menarik perhatianmu? Kita bisa lihat kemampuannya," ucap Yu Bin membujuk.
Zhuo Xia membuka matanya perlahan. Bulu mata panjangnya bergerak mengikuti gerakan matanya. "Bukankah dia hanya sampah yang sombong?" tanya Zhuo Xia. Senyumnya semakin dingin.
"Apa kau belum tahu?" Yu Bin menjeda ucapannya, berharap Zhuo Xia semakin penasaran. Namun, dia sama sekali tak bisa membaca ekspresi Zhuo Xia. "Dia yang terbaik saat tes ramuan kemarin. Bahkan Tuan Tua Zhao memberinya dua bintang karena kemampuannya sangat hebat. Dia dapat menulis semua bahan ramuan dengan benar."
"Bukankah dia memang pernah menghadiri pelatihan ramuan Keluarga Zhuo? Seharusnya tidak terlalu mengherankan," tanya Zhuo Xia.
"Ya, dia memang menghadiri pelatihan. Namun belum sampai seminggu dia sudah kabur. Bahkan sampai membuat bibinya murka," jawab Yu Bin.
Zhuo Xia menggoyangkan kakinya mengikuti irama lagu yang ada di kepalanya. "Menarik. Baiklah aku akan tinggal sampai besok hanya untuk melihat anak sombong itu," ucap Zhuo Xia.
*
"Tuan Muda, harga kacamata ini terlalu mahal. Akan butuh waktu lama aku bisa mengembalikannya. Sepertinya aku tidak bisa menerima ini," ucap Su Qiang.
Setelah makan siang yang penuh kecanggungan tadi, Liam mengajak Su Qiang ke toko kacamata. Ling hanya mengikuti mereka sambil membaca buku. Ia membaca buku sepanjang jalan. Ia benar-benar sudah menjadi kutu buku.
Su Qiang sebenarnya takut hal ini akan semakin membuatnya dibenci oleh Lu Yan dan teman-temannya. Apalagi Liam sampai memberinya hadiah. Jika ada yang melihat ini mereka akan sangat tidak terima. Bagaimanapun Liam salah satu idola bagi para perempuan di kota mereka. Melihat idola mereka berteman baik dengan gadis cupu, tentu sudah tahu bagaimana nasib gadis itu kelak.
"Tidak masalah. Saat ini aku kebingungan menghabiskan uang. Anggap saja ini hadiah, ini gratis, kau tidak perlu mengembalikan apapun," ucap Liam mencoba meyakinkan.
Jawaban Liam sedikit membuat Su Qiang goyah. "Ma-maf Tuan Muda, aku tidak berani," jawab Su Qiang gugup.
Liam melihat sekeliling. Di dalam toko kacamata ini hanya ada dia, Ling, Su Qiang, dan pemilik toko. "Tidak ada teman-teman kita di sini. Terimalah," bujuk Liam lagi.
Su Qiang mengedarkan pandangannya ke seluruh toko. "Baiklah Tuan Muda. Terimakasih," ucap Su Qiang setelah yakin tidak melihat teman-temannya di sini.
"Lain kali panggil saja aku Liam," ucap Liam.
Su Qiang mengangguk. "Aku kembali dulu. Orang tuaku pasti sudah menungguku," ia membungkuk pada Liam dan Ling, kemudian pergi.
"Kau kebingungan menghabiskan uangmu? Sepertinya aku bisa memakainya untuk membeli bahan ramuan," ucap Ling yang sudah selesai membaca buku.
"A-ampun Tuan Muda Ling. Aku tidak berani. Jangan habiskan uangku," Liam merengek. Yang benar saja Ling ingin memakai uangnya untuk membeli bahan ramuan? Kebanyakan bahan ramuan sangat mahal. Bisa habis uang tabungannya selama ini.
Ling mengubah pertanyaannya. "Bagaimana dengan ramuan pemulihannya?" tanya Ling. Kini ekspresinya serius.
Melihat itu Liam pun segera mengubah ekspresinya. "Satu bahan itu benar-benar langka. Kakek belum menemukannya," ucap Liam jujur.
"Baiklah," jawab Ling. Ia mengambil botol minumnya dan minum dengan santai. Setelah itu mereka berdua kembali ke mobil.
"Setelah ini kau akan kemana lagi?" tanya Liam.
Sopir yang melihat ini sebenarnya sedikit kesal. Mengapa Tuan Mudanya menjadi sangat penurut pada orang yang dikenal sampah ini? Sudah seminggu lebih Liam selalu mengantar Ling kemanapun dia pergi.
"Toko ramuan. Kau yang mentraktirku," ucap Ling santai dengan ekspresi malas. Ia memainkan ponselnya.
"Tuan Muda mengapa kau sangat kejam padaku? Aku hanya memintamu mentraktir nasi goreng dan kau meminta mentraktir bahan ramuan? Kau benar-benar ingin membunuhku?" tanya Liam kesal.
Ling mengabaikannya. Ia kembali minum dari botol minumnya. Lalu kembali memainkan ponselnya.
Liam menghela napas pasrah. "Sopir, pergi ke pasar Urban."
*
Lu Yan dan Wuzhou sedang berjalan di Lu Company. Mereka akan menuju ruangan Lu Bufan, ayah Lu Yan. Mereka akan melaporkan masalah yang terjadi di arena pelatihan hari ini.
Semua orang yang ada di perusahaan mengenal Lu Yan dan Wuzhou. Yang satu adalah penerus perusahaan, satu lagi adalah jenius kebanggan Kota Urban. Mereka adalah pasangan serasi.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di ruangan dengan nuansa putih. Bau tembakau menyeruak ke hidung mereka saat membuka pintu.
"Ayah sudah mendengar tentang arena pelatihan saat ini?" tanya Lu Yan langsung menghampiri ayahnya.
"Ya, kami sudah mendengarnya," jawab Lu Bufan.
Kami? Lu Yan melirik orang yang ada di samping ayahnya. "Tuan Luo," ucapnya menunduk hormat pada Luo Feng, ayah Wuzhou.
"Ayah mengapa ada di sini? Apakah ada kerjasama lain yang harus dibahas?" tanya Wuzhou.
"Tentu saja. Kerjasama untuk menentukan pertunangan kalian," jawab Luo Feng.
Dua orang yang mendengar hal ini tersipu malu. Mereka tidak menyangka akan secepat ini membahas pertunangan. Apalagi pertunangan Lu Yan dengan Ling belum dibatalkan.
"Tapi Ayah, Lu Yan dan Kakak belum membatalkan pertunangan. Lagipula Kakek tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Kita juga masih harus bergantung pada Chen Company saat ini," ucap Wuzhou khawatir.
"Tenang saja. Sebentar lagi akan ada proyek besar yang menunggu. Setelah proyek itu berhasil, Chen Company bukan masalah untuk kita," jawab Luo Feng yakin.
"Baiklah, Ayah," jawab Wuzhou.
"Ayah, bagaimana dengan masalah arena pelatihan hari ini? Wuzhou sudah belajar dengan keras, tapi tes dibatalkan begitu saja. Mereka terlalu sombong," ucap Lu Yan.
"Tidak masalah. Aku sudah mendapat kabar bahwa mereka akan bertahan sampai besok. Namun mereka ingin melihat seseorang dapat membuat mereka puas dengan hasil tes. Aku yakin Wuzhou bisa melakukan ini," ucap Lu Bufan menepuk pundak Wuzhou.
"Lagipula, mereka sedang berada di Kota Urban, bukan di Kota Bayangan," Luo Feng menambahkan.
"Ayah benar. Hadiah untuk pemenang juga sangat besar. Aku tak sabar ingin melihat harta karun. Katanya akan ada banyak bahan obat, senjata, buku skill tingkat menengah, dan yang lainnya. Jika aku mampu menjadi juara kali ini, aku tak akan menyia-nyiakan hadiah itu," ucap Wuzhou yakin.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.