Menjadi Ratu Genit

"Aku yakin kau tidak memiliki keberanian untuk membunuhku. Apa ada yang menyuruhmu melakukan ini?"

Lord tua itu bungkam. Sama sekali tidak bicara. Begitu juga dengan anak, istri dan semua cucunya. Membuat William tidak sabar lagi. Amarah yang disimpannya karena apa yang terjadi di gunung salju, akan menemukan pelampiasannya.

"Bodoh!!" umpatnya lalu mencambuk Lord tua itu.

Kenapa dia harus keluar dari gua itu, meninggalkan Ratu. Seandainya dia tetap di dalam gua, maka mungkin dia masih bisa bercinta dengan Ratu untuk yang kedua kalinya. Dan Rupert, anak penasehat itu.

"Sialan!!"

William kembali mencambuk anak Lord tua.

Dia tidak tahu anak yang seharian menunggu buku dapat memiliki tubuh yang kuat. Mampu membopong Ratu turun gunung. Menunjukkan kekuatan yang bahkan dia sendiri belum pernah menunjukkan pada wanita itu.

"Pembohong!!"

Sekarang William menampar wajah anak Lord tua yang lain.

Bukankah seharusnya Malone menjaga para tahanan? Lalu bagaimana bisa prajurit setianya itu ada di bawah gunung. Seakan menanti Rupert menyerahkan Ratu padanya. Membawa wanita itu cepat menemui dokter.

Padahal, dia. Dia adalah penyelamat Ratu yang sebenarnya. Dia, hanya dia.

"Raja!" panggil seseorang yang sebenarnya ingin dia cambuk.

"Kemana saja kau??!!" teriak William tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.

"Maaf Raja. Saya hanya ingin memastikan keadaan Ratu"

Memastikan keadaan Ratu? Keadaan Ratu? Dia Ratu-ku. Istriku. Kenapa Jenderal yang akrab dengan senjata, perang dan darah mengkhawatirkan seseorang yang seharusnya miliknya.

Sial.

William sadar seharusnya tidak seperti ini. Dia tidak boleh kehilangan kewarasannya hanya karena wanita itu dan ... pria bodoh yang ada disekitar Ratu. Dia adalah William. Seorang Raja penguasa empat wilayah dengan kekayaan, kekuasaan besar. Dia juga merupakan Raja yang hanya mencintai Mary dari Aetherlyn. Hanya Mary.

Apa yang dia lakukan dengan Ratu semalam hanyalah usaha untuk memastikan wanita itu selamat. Dia tidak menikmati semuanya. Dia bahkan tidak merasakan begitu nyamannya dia berada di dalam tubuh wanita itu. Dia juga tidak menikmati semua ciuman dan sentuhan tangannya pada tubuh wanita itu. Sama sekali tidak.

"Sial. Lanjutkan siksa mereka sampai mengaku!!"

William melepas cambuk dan segera pergi dari tempat penyiksaan. Berusaha membenahi isi pikirannya yang kacau.

Lalu dia bertemu dengan satu orang pria lagi. Melihatnya dengan tatapan tajam sebelum akhirnya menyapa.

"Salam bagi penguasa empat wilayah"

"Apa Migesta siap untuk menyambut?" tanya William.

"Iya Yang mulia. Kami dari wilayah Migesta siap menyambut Anda" jawab pria itu dengan cepat.

"Kau ingin pergi ke suatu tempat?" tanya William menyadari Simon Woods tidak sabar untuk menjauh darinya.

"Maaf Raja. Saya hanya ingin menemui seseorang. Yang saya yakini telah terlibat masalah selama saya pergi"

Seseorang? Seseorang yang Simon cari itu adalah Ratu. William yakin itu. Tapi apa pedulinya? Sekali lagi William harus mengulangi kata-kata yang ada di otaknya. Dia hanya bercinta dengan wanita itu untuk menyelamatkan. Yang dia cintai adalah Mary. Mary.

"Pergilah setelah melaporkan semua dengan rinci!!" perintahnya membuat Simon sedikit kesal. Sedangkan William merasa puas.

Tapi sebelum Simon selesai melapor, Malone memberitahunya kalau seluruh keluarga Lord tua mati secara mendadak.

"Apa maksudmu?" tanyanya tidak mengerti.

"Saya hanya meninggalkan mereka saat pelayan mulai memberi makan. Dan setelah kembali, semuanya telah mati"

William bergegas pergi ke tempat penahanan dan melihat pemandangan yang memilukan. Siapa sebenarnya yang berani membunuh semua Lord Tua dan semua keluarganya? Kejam sekali!!

"Kuburkan mereka dengan layak! Dan ... Selidiki semua ini!"

"Baik Raja"

Sudah jelas ada yang memberikan racun pada makanan mereka. Tapi melihat wajah pelayan yang ketakutan, William bisa tahu kalau mereka tidak melakukan apapun. Berarti, ada seseorang yang merencanakan longsor salju juga pembunuhan semua keluarga Lord tua. Siapa?

Apa dari rombongan istana? Atau ada penyusup dari salah satu wilayah? William harus menyelidiki semua ini dengan benar. Atau akan ada peristiwa lain lagi nanti.

Baru saja Keira ingin beristirahat, Jane masuk ke dalam ruangannya dan memberitahu kejadian yang menyita perhatian semua orang.

"Kenapa mereka ditahan?" tanya Keira yang tidak tahu apa-apa.

"Mereka adalah dalang dari longsor salju itu Ratu. Mereka menggunakan peledak yang bisa menyebabkan salju longsor" jawab Jane.

"Benarkah? Jadi mereka mengincar Raja? Apa mereka gila?"

"Ratu!!"

Tidak mungkin Lord tua dari Rimegate akan berkelakuan segila itu. Mengincar nyawa Raja saat melakukan perjalanan ke Rimegate. Apa mereka ingin menyatakan perang dengan istana?

Dan sekarang, semuanya mati sia-sia. Siapa yang membunuh mereka? Ini akan membahayakan hubungan istana, dan semua wilayah besar. Sangat berbahaya jika tidak segera diluruskan apa pangkal masalahnya.

"Antar aku ke ruangan Raja!" katanya lalu Jane tanpa banyak bicara membawanya ke depan ruangan Raja.

Sayangnya, belum sempat dia masuk ke ruangan Raja. Seorang wanita lain datang dengan wangi yang menusuk hidung.

"Ratu, Anda baik-baik saja?" tanya wanita licik itu tanpa ada rasa khawatir sama sekali di wajahnya.

"Terima kasih atas perhatian Nona Mary, tapi iya. Saya baik-baik saja" jawab Keira.

"Saya dengar Anda hampir mati di Gunung salju. Pasti sangat mengerikan berada di gunung sendiri dalam keadaan seperti itu"

Sungguh kata-kata yang membangun kebencian. Ingin sekali Keira menarik rambut wanita licik itu sampai terlepas dari kulit kepalanya.

"Tidak mengerikan, karena ada yang menyelamatkan saya dengan cepat" ujarnya tenang.

"Benar, untung saja Jenderal Malone dan Tuan Wickham menyelamatkan Anda. Kalau tidak pasti Anda sudah ... . Tapi pasti Anda sangat sedih, menyadari bahwa Raja sama sekali tidak melakukan apapun untuk menyelamatkan Anda"

Tunggu, wanita licik itu tidak tahu kalau Raja yang sebenarnya menyelamatkannya? Jadi Raja pergi secara diam-diam ke Gunung tanpa memberitahu siapapun? Kenapa?

"Dan apakah Nona Mary tahu dimana Raja saat saya hampir meregang nyawa kedinginan di gunung sendirian?" tanya Keira mencoba mencari tahu.

"Tentu saja bersama saya. Sedang bersenang-senang dengan saya. Merasakan surga di atas tubuh saya"

Ingin sekali Keira tertawa. Karena yang sebenarnya, Raja sedang bersamanya. Bercinta dengannya. Ternyata wanita licik itu tidak tahu kalau pria yang dicintainya sedang bersama Keira. Apa ini tujuan Raja tidak memberitahu siapapun? Menjaga perasaan wanita yang dicintainya?

Keira menghela napas kasar.

"Anda sungguh beruntung Nona Mary. Raja sangat menyayangi Anda" katanya kesal tapi itu adalah sebuah kebenaran yang bahkan Keira tidak bisa ingkari.

Apa yang dilakukan Raja padanya di gunung benar-benar hanya berdasar atas kemanusiaan saja. Memastikan Keira tidak mati. Tidak ada perasaan yang terlibat di dalamnya.

"Tentu saja Ratu. Saya sangat beruntung karena dicintai oleh Raja"

Bersamaan dengan jawaban wanita licik itu, pintu ruangan Raja terbuka. Menampakkan wajah yang pernah berada dekat sekali di depan Keira. Namun sekarang, dia tidak ingin melihat wajah itu.

"Ratu!!" panggil seorang pria yang Keira tahu, bukanlah Raja.

"Simon?"

Ternyata itu Simon yang baru kembali dari Migesta, muncul dari belakang Raja.

"Anda baik-baik saja? Saya segera kembali karena mendengar kabar nyawa Anda terancam. Apa Anda baik-baik saja sekarang? Tidak. Pasti tidak baik saja. Kenapa Anda berjalan-jalan disaat seharusnya beristirahat? Saya akan memastikan Anda beristirahat"

Setelah bicara panjang lebar, Simon mengangkat tubuh Keira dengan mudah.

"Simon"

Ingin sekali Keira protes tapi tangan wanita licik yang melingkar mesra di lengan Raja menghentikannya.

"Raja, saya akan mengantar Ratu beristirahat sekarang" kata Simon lalu berjalan menjauhi Raja dan selirnya.

Pria jahat itu bahkan tidak melarang Simon melakukan ini. Memberi kejelasan bahwa pria jahat itu tidak peduli padanya sama sekali. Lalu untuk apa dia mencampuri urusan Lord tua? Sebaiknya dia diam saja sekarang dan menjalani hidup dengan baik. Sesuai dengan tujuannya pertama kali setelah hidup kembali.

"Terima kasih, Simon" bisiknya lalu tersenyum pada Simon Woods.

"Anda bisa mengandalkan Saya, Ratu. Saya akan selalu ada untuk Anda"

Sebuah janji yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Tapi Keira senang sekali mendengarnya. Jadi, ini sudah cukup baginya. Cukup.