TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIMA
Sambil memegangi bibir yang barusan terkena serangan kecupan Mahesa, Snowy berjalan mendekati ranjang, di mana Mahesa duduk bersila sambil menatapnya.
"Kenapa? Mau dicium lagi?" tawar lelaki itu.
"Snowy mau tidur di sini! Kamu di bawah! Snowy di atas!"
Pilihannya cukup terdengar ambigu di telinga Mahesa. Akan tetapi, Mahesa benci saat dipanggil kamu oleh wanita ber-pacar banyak itu.
"Sama suami bilang kamu-kamu?"
"Terus apa? Mau dipanggil, Mas?"
"Ogah, nanti tertukar sama Mas Oland!" tolak Mahesa kemudian. "Kak ajah kayak dulu!"
"Biasanya juga Kak!" Snowy menggerutu dengan bibir yang maju.
"Tapi sekarang lebih banyak sebut kamu dari pada Kak! Sadar nggak!" Mahesa ketus.
"Ya elah, apa ngaruhnya sih!" Snowy memutar bola matanya secara malas-malasan. Dia lantas kaget dan sontak menepis ketika pria berkaus putih itu menarik tangannya.
"Ngapain?"
"Kamu bilang kamu di atas aku di bawah, ya udah cepetan!"
"Bukan begitu!" Snowy menjatuhkan bantal ke sisi ranjang. "Kamu di situ!" tunjuknya.
"Ogah!" Mahesa tahu maksud dari perkataan Snowy, tapi tak mau tidur di lantai. "Emang aku korban longsor yang harus ngungsi!"
"Ya udah di sofa, sana!" usul Snowy.
Tidak, Mahesa tak mau kalah dari gadis menyebalkan ini, dia lebih suka berbagi satu ranjang tapi dibatasi. "Kita batasi pake ini."
Mahesa menggaris tengahi ranjang itu dengan dua bantal guling. "Enak kan, adil?"
"Ini baru adil!" Snowy menggeser bantal guling agar menjadi lebih sempit ke Mahesa.
Walau menghela napas seolah tak terima, tapi demi tak cekcok lagi Mahesa mengalah. Lagi pula sudah lelah dia berdebat dengan Snowy.
Melihat Mahesa tak lagi membuat ulah, Snowy masuk ke dalam jajaran lemari barunya, jelas seluruh pakaiannya sudah berpindah ke sana sedari jauh-jauh hari.
Rega sang ayah telah mempersiapkannya diam-diam. Sudah benar dia tak berniat menikah, kenapa harus dipaksa seperti ini.
Apa lagi harus dengan Mahesa yang agaknya memang suka lawan jenis. Bagaimana tidak curiga, barusan mencium bibirnya, tapi tidak sama sekali menunjukkan ekspresi grogi atau apa pun.
Yang padahal Snowy sendiri dibuat panas dingin barusan. "Emang nggak normal tuh cowok!"
Snowy menggerutu sambil menggeser pintu lemari pakaiannya. Di dalam tersuguh banyak sekali pakaian tidur seksi. Yah, pakaian dinas malam yang dia temui di lemari ibunya, dan ulah ini pasti ulah Mom Vanessa.
"Ngapain Mom sediain lingerie sama dress pendek begini? Nggak bakalan mempan juga sama tuh cowok g4y!" Snowy meraih salah satu dress pendek putih, itu baju yang paling sopan di antara lainnya.
Dia mengganti pakaian, lalu kembali ke ranjang yang kosong. Snowy menatap ke balkon, dan suaminya sudah berdiri memunggungi dirinya dengan ditemani kepulan asap rokok.
Snowy tahu, diam-diam Mahesa pasti tertekan, bagaimana tidak. Lelaki itu terpaksa harus menerima pernikahan karena bisnis yang dikelola ibunya sudah akan diambil alih oleh perusahaan keluarga Rain.
Memang dari dulu Snowy ingin sekali bisa mendapatkan Mahesa dan menikahinya. Tapi, tidak dengan cara memaksa seperti ini.
Lagi pula, Snowy sudah tidak lagi menyukai Mahesa. Snowy tidak mau mencintai seorang diri, dan hanya akan berakhir seperti Flory: Disakiti oleh pria-pria yang menikahinya.
Snowy bukan gadis yang terima jika disakiti, apa lagi diduakan, Snowy lebih memilih hidup tanpa punya suami dari pada memiliki suami tapi toxic.
Ayolah, hidup harus realistis, Snowy white rain kaya, cantik, harusnya para pria yang bertekuk lutut padanya. Snowy tak mau lagi terlibat hati dengan semua pria termasuk suaminya sendiri.
"Kenapa, nyesel nikah?" Snowy berdiri di sisi Mahesa, sambil memeluk lengannya sendiri, maklum udara di atas sini cukup dingin.
"Jelas lah!" Mahesa mengeluarkan asap rokok seperti sedang mencoba mengeluarkan beban berat di hidupnya.
"Nggak usah sedih. Snowy juga nggak suka nikah sama Kakak! Kita satu sama!"
"Jadi apa mau kamu?" Mahesa berputar arah, dia menatap wajah putih berseri gadis itu.
"Snow nggak mau hamil, juga nggak mau putus sama pacar pacar Snow."
"Terserah!" Mahesa mengangkat kedua bahunya acuh. Justru bagus kalau Snowy tidak ingin hamil, dia sendiri geli melihat bayi.
Apa lagi, kalau mengingat teman-teman yang sudah memiliki momongan dan terlihat sangat amat repot. Seumur hidup, dia tidak bercita-cita punya anak.
"Jadi apa mau Kak Esa?" Setelah permintaan Snowy disetujui, Snowy berbalik menanyai suaminya. "Kak Esa mau apa dari pernikahan ini?"
"Having sex with you!" Mahesa tertawa seperti menganggap jika yang diucapkan itu hal yang biasa baginya..
"Kan nggak cinta, ngapain minta itu?" protes Snowy.
"Emang minta itu harus cinta?"
"Snow nggak mau kalo itu!" Snowy mau melakukannya, tentu saja. Tapi, tidak dengan seseorang yang bahkan tidak mencintainya.
"Ya udah!" kata Mahesa.
"Ya udah apa?"
"Jangan nanya minta apa!"
"Ok!" Snowy setuju. Gadis itu melengos masuk ke dalam kamar kembali, hari sudah malam, dia perlu beristirahat.
Tak ada malam pertama, Snowy menarik selimut, juga tidur seperti malam malam sebelum menikahi Mahesa.
Kriiiiiing....
Ponsel yang berdering di atas nakas membangunkan tidur Snowy. Tanpa drama, gadis itu meraih benda tipis miliknya lalu duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengucek mata agar bisa melek sempurna.
📞 "Pagi, Sayang." Boy memanggil dengan panggilan video.
"Hello, Boy?" Snowy tersenyum manis, meski masih terasa mengantuk. Snowy menatap ke jendela, rupanya sudah terbuka cukup lebar.
Mahesa juga tak ada di sisinya. Dia tak ingat, semalam Mahesa tidur bersama dirinya di ranjang ini atau tidak.
📞 "Kamu seksi, Sayang..."
"Kamu juga ganteng." Snowy kembali menatap layar ponselnya. Di sana sang kekasih tengah ada di dalam mobilnya.
📞 "Aku merindukan mu."
"Datang ya...," ajak Snowy.
📞 "Tidak hari ini. Mungkin minggu depan, gimana?" Lelaki itu tersenyum sangat manis.
"Boleh." Mata Snowy lalu terbagi ke arah pintu, di sana suaminya baru saja masuk membawa satu gelas susu putih. "Aku tunggu minggu depan, Boy. Sudah dulu, ya."
📞 "Loh, aku masih kangen, Sayang."
"I-iya tapi...."
"Susu, Baby..." Inilah yang ditakutkan Snowy jika tidak cepat-cepat mematikan panggilan.
Mahesa akan dengan lancangnya berbicara padanya tanpa takut apa pun. Lihat saja, pria itu bahkan menyodorkan segelas susu sambil memanggilnya Baby.
Boy jadi tahu jika di dalam kamar itu ada satu lagi seseorang. "Apa ada orang di sana, Yank?"
"Emmh, ini..." Snowy dijejali biskuit oleh Mahesa dan terpaksa harus memakannya.
"Sky..." Snowy berkilah sambil tersenyum dan pura-pura mengunyah biskuitnya. "Kamu tahu kan, aku punya adik cowok, namanya Sky."
"Hai..." Mahesa nongol di layar ponsel Snowy, dan tentu saja Boy jadi melihat wajah tampan pria itu. "Pagi...," ucapnya.
📞 "Tapi dia tidak seperti adikmu, Sayang." Boy tampak mengerut keningnya bingung.
"Tapi aku adiknya." Mahesa meraih sebelah pipi Snowy, lalu mencium pipi sebelahnya. Dan itu membuat Snowy mendelik tanpa bisa berkutik.
"Iya kan, Kakak Snowy Sayang." Mahesa bahkan meraih dagu istrinya, lalu diberikan pagutan di bibir merah Snowy cukup lama.
Boy melotot, tentu karena marah, dia saja tak pernah merasakan bibir Snowy, lalu pagi ini dia harus menyaksikan Snowy dikiss seorang lelaki apa lagi di dalam kamar.
Bukan adiknya, karena Boy pernah melihat adik kandung Snowy berwajah bule. Sama seperti ayah Snowy.
Snowy yang tahu alurnya akan seperti apa, dia segera mematikan sambungan telepon Boy sebelum Mahesa melakukan lebih parah.
📥 "Kita putus, Sayang! Aku tahu kamu selingkuh lagi di belakang ku!" chat Boy yang sudah Snowy duga akan seperti itu.
"Aaaa!" Snowy berteriak kesal, dia masih menyukai Boy yang amat sangat romantis, tapi lihatlah, karena ulah Mahesa, Boy jadi memutuskannya.
"Sekarang pacar kamu tinggal sembilan belas lagi Snow." Mahesa tertawa sambil berlari menghindari kejaran murka Snowy.
"Esaaaaaaa!"