Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 aku tidak akan melepaskanmu
Anggita segera meletakan garpu dan pisaunya kemudian meraih tisue dari tangan Boy .
"Maaf ." ucapnya lirih .
"Setidaknya makanlah dengan pelan pelan , aku tidak akan merebut darimu ." Canda Boy lalu diikuti lalu di ikuti dengan suara tawa .
"O ,iya bagaimana kabar Anjas ? Dia baik baik saja kan ?." tanya Boy .
Membuat tubuh Anggita menegang seketika mendengar pertanyaan Boy .perubahan ekspresi yang di tunjukan Anggita membuat Boy penasaran .
"Anjas kenapa? Dia baik baik sajakan ." tanyanya lagi .
Anggita meletakan kembali potongan terakhir yang sudah ada di depan mulutnya .
Boy mendadak termenung tampak raut kebingungan di wajahnya .
"Anjas sakit?."
"Anjas sedang di rumah sakit? ."
"Ya , Anjas di vonis ....." Anggita tidak berani menatap wajah Boy . Dia menceritakan apa yang telah di alami oleh Anjas dan perjalanan hidup Anjas selama setahun ini berada di rumah sakit .
Tentu saja Boy terkejut mendengar cerita Angguta , dia kembali merasa bersalah atas apa yang telah terjadi dan apa yang telah di alami oleh kedua adik kakak itu .
"Apakah sekarang Anjas masih berada di rumah sakit ? , dia di rumah sakit mana . Ayo antar aku menemuinya ."pinta Boy
Anggita langsung berdiri dari tempat duduknya ." maaf mungkin bukan untuk sekarang , mungkin lain kali . Sekarang aku harus kembali ke kantor lagi .
Boy diam mencerna sejenak sebelum akhirnya mengangguk paham ." ok , mari kita bertukar nomer kontak ."
Anggita hanya menyerahkan ponselnya ,membiarkan Boy mengetik nomor kontaknya di ponselnya . Tak lama kemudian Boy menyerahkan kembali ponsel Anggita .
Anggita menatap nomer kontak Boy yang ternyata masih yang dulu ." bukankah ini nomor kontak mu yang dulu ." tanya Anggita sambil menatap ke arah Boy . Saat itu Anggita masih berusia 15 tahun dan Boy berumur 18 tahun .
Anggita menghubungi nomor itu mengunakan telepon rumah , untuk menghubungi Boy setiap kali ingin bertemu . Dan nomor kontak ini adalah nomor yang sama dan Boy sampai saat ini tetap menggunakan nomor yang sama .
"Ya , aku sengaja mengunakan nomor yang sama ,dan tidak menganti dengan nomor yang baru ,dengan harapan kamu akan menghubungiku . Aku sungguh menunggumu selama sepuluh tahun ini ."
Anggita tidak tahu harus bicara apa , sekali lagi karena prasangka yang ada di dalam hatinya . Dia tidak pernah punya keinginan dan pikiran untuk menghubungi Boy . Andai saja dulu dia menghubungi Boy mungkin kehidupan dia dan Anjas tidak akan pernah mengalami kesusahan .
Mungkin penyakit yang di derita oleh Anjas juga akan dapat dideteksi lebih awal karena sebenarnya Anjas sudah lama menyadari dengan penyakit yang di deritanya . Tapi dia menyembunyikan semuanya , karena takut membebani Anggita , ingat akan ekonomi yang mereka punya .
Namun apa yang mau di sesali? semua telah terjadi . Anggita merasa beruntung karena Maxsim hadir dalam kehidupannya , atau lebih tepatnya , dia yang menyeret Maxsim masuk ke dalam lingkaran kehidupannya . Terlepas dari hal itu tanpa sadar Maxsim juga telah membantunya membiayai biaya rumah sakit Anjas adiknya . Tanpa kehadiran Maxsim sudah dapat di pastikan , Anjas tidak akan mendapat perawatan sebaik saat ini .
"Aku sudah mengirim pesan . Aku sudah harus kembali bekerja ." Anggita berdiri dan pergi dari sana meninggalkan Boy seorang diri yang masih terduduk di kursinya . Dia menatap gadis kecil yang dulu sangat manja sekarang tumbuh menjadi wanita yang cantik dan berkharisma . Senyum di bibir tipisnya tercipta samar kian mengembang dan tampak mempesona .
"Anggita , aku tidak akan melepaskan kamu untuk kedua kalinya ."
***
Anggita kembali ke kantor , setelah sampai dia langsung menunju ke ruangan pak Narendra untuk berdiskusi tentang perencanaan proses audit . Jika client client biasa dia bisa melakukannya sendiri . Dan setelah selesai dia baru akan menunjukan kepada pak Narendra , tapi sekelas Bird And Meeting dia tidak mau ambil resiko dan meminta saran kepada yang lebih senior.
Mereka berdiskusi lebih dari satu setengah jam , itupun belum mendapatkan hasil yang pasti untuk memilih jenis audit yang akan di gunakan .
"Anggita , gunakan saja audit yang menurut kamu sesuai , aku percayakan padamu . Nanti jika menemui masalah baru kita diskusikan lagi bersama sama ."
Akhirnya Anggita pergi meninggalkan ruangan pak Narendra dan karena pak Narendra sudah setuju dia akan mencoba mengunakan metode yang telah di pilihnya . Anggita juga akan melanjutkan nya saat pulang .
Dalam satu dan dua hari Anggita benar benar kerja keras untuk menyelesaikan proyek itu . Bahkan hari ini adalah akhir pekan yang seharusnya dia libur . Tapi karena menemukan masalah pada pekerjaan nya memaksa dirinya tetap bekerja .
Laporan keuangan yang di berikan tidak di sajikan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang di terima secara umum . Meski tidak melulu hal seperti ini adalah kecurangan . Bisa juga merupakan sebuah kesalahan , tapi sebagai seorang auditor Anggita bertanggung jawab atas hal ini .
"Nyonya , apakah anda ingin di buatkan teh ." tanya bi indah yang berdiri di ambang pintu .
Kamar yang biasanya sangat rapi sekarang di sulap menjadi ruang kerja dan tampak sedikit berantakan . Anggita mengangkat wajahnya untuk memberi jawaban untuk bi indah .
"Boleh , tapi gulanya taruh sedikit lebih banyak ya bi ." ucap Anggita .
Kata orang glukosa merupakan salah satu karbohidrat yang sangat penting di butuhkan oleh tubuh kita , sebagai sumber energi , juga merupakan bahan bakar utama untuk otak dan sel darah merah . Itu akan membantu Anggita dalam kondisinya saat ini .
"Siap Nyonya ." jawab bi indah yang segera berlari turun ke lantai bawah menuju ke dapur untuk membuat pesanan majikannya . Tidak lama kemudian bi indah kembali lagi dengan secangkir teh di tangannya .
Setelah meletak kan teh di dekat Anggita , bi indah bersiap untuk pergi tapi langkah kakinya terhenti saat mengingat sesuatu .
"Oh iya ,Nyonya . Kata Rey tuan tidak pulang malam ini ."
Tidak pulang ? Anggita ingin bertanya apa alasannya , tapi dia ingat ini bukan pertama kalinya Maxsim tidak pulang , dan dengan cara inilah dia memberitahukannya . Jadi dia kembali menelan kembali kalimat yang akan dia lontarkan dari mulutnya dan hanya bisa mengatakan "OK " pada bibi indah .
Setelah itu Bi indah pergi keluar , sampai di luar pintu kamar yang telah dia tutup , Bi Indah segera mengeluarkan ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Maxsim ,melaporkan tanggapan dari kabar yang di sampaikan pada Anggita .
Di lain sisi , Maxsim yang baru menerima kabar dari bibi indah meletakkan ponselnya dengan kasar .
"Aku sudah tidak pulang selama tiga hari , tapi dia kelihatan begitu tenang .? Maxsim segera bangkit dari kursi kebesarannya . Rey yang melihat itu sontak ikut berdiri mengikuti tuannya .
"Tuan mau pergi kemana ?
" pulang ke vila "
Seketika kening Rey mengerut mendengar jawaban dari Maxsim .