Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 27. Dulu Keyboard Sekarang Panci
Adzan dzuhur berkumandang. Kiran terbangun dengan terkejut saat ada tangan melingkar di perutnya. Kiran hendak berteriak namun ia membungkam mulutnya dengan tangan.
" Astagfirullah, lupa ya Allaah aku sudah menikah. Dan dia suami ku."
Kiran mengangkat tangan Kai dengan perlahan agar tidak membangunkan. Ia melihat cincin pernikahannya di jari tangannya.
" MasyaAllaah abang benar benar telah mengambilnya kembali. Terimakasih abang."
" Sama sama sayang."
Blush…. Wajah Kiran merona saat kata sayang keluar dari mulut Kai.
" A-abang udah bangun dari tadi?"
" Lumayan, dan aku dengar semua nya."
Tambah merah saja wajah Kiran. Ia sungguh malu dengan fakta bahwa Kai adalah suaminya saat ia terbangun lagi. Tidak ingin membuat sang istri salah tingkah lebih lama Kai pun segera bangun dari tidurnya dan melenggang ke luar kamar.
" Yuk… ambil wudhu lalu sholat. Setelah itu ayo kita cari makan siang. Abang baru ingat dari pagi kita belum makan apapun.'
Kiran mengangguk mengikuti instruksi dari sang suami.
***
Di warung bakso kini keduanya berada. Banyak pasang mata yang melihat Kai. Kai pun acuh, ia tetap makan dengan santai dan tidak peduli dengan tatapan orang orang tersebut.
" Abnag nggak nyaman ya."
" Nggak kok, biasa aja. Abang sudah sering jadi pusat perhatian jadi seperti ini saja tidak masalah."
Kiran tersenyum simpul. Wajah tampan sang suami itu memang menarik perhatian para wanita. Namun Kiran boleh berbangga karena dia adalah pemilik hati sang suami meski hal itu belum ia ketahui.
Mereka pun selesai makan dan pergi dari warung bakso tersebut. Kai menggandeng tangan Kiran. Meskipun ragu Kiran akhirnya menggenggam tangan Kai juga.
" Bang…."
" Hmm…."
" Bagaimanakah keluarga abang?"
Kai terdiam sejenak. Mereka sudah menikah sebaiknya ia pun menceritakan tentang keluarganya. Kai membimbing Krian untuk duduk di sebuah bangku dan ia pun duduk di sebelahnya.
" Kamu ingin tahu tentang keluarga ku?"
Kiran mengangguk, ia sungguh ingin tahu. Ada rasa takut dan khawatir dalam dirinya jika nanti dia tidak diterima oleh keluarga dari suaminya itu.
Kai melihat kekhawatiran dalam wajah sang istri. Ia pun mengeratkan genggaman tangannya.
" Tenang keluargaku pasti akan menerimamu. Aku memiliki dua ibu dan ayah."
" Maksud abang?"
" Hahaha aku sudah menebaknya. Kamu pasti bertanya. Ayah ibu kandung ku sudah bercerai saat aku bayi. Dan mereka sudah menemukan pasangan masing masing. Ibu ku menikah dengan ayah ku yang bernama Rama dan aku memiliki 3 orang adik kembar. Dua laki laki yang bernama Akhza dan Abra dan satu perempuan bernama Ana. Kalau readers mau tau bagaimana kisah perpisahan kedua orang tuaku baca novel ANAK JENIUS MOM SITA biar nggak bingung heheheh."
" Wah… rame bang pasti di rumah. Andaikan aku punya saudara."
" Tenang lah mereka nanti juga akan menjadi saudaramu. Terus ayah kandungku yang bernama Dani juga sudah menikah dengan seorang wanita dan aku memiliki satu adik laki laki. Dia mungkin seusia Tono anak dari pak No."
Kiran mendengarkan dengan seksama. Nampaknya perjalanan hidup Kai juga berliku tidak semulus wajah tampannya.
" Bang… Apakah kita akan kembali ke kota mu."
" Apakah kau mau?"
" Kemanapun suami ku pergi aku akan ikut."
Kai mengangguk tersenyum sungguh ia tidak salah mendapatkan istri.
" Baiklah mari kita pulang. Sepertinya akan turun hujan. Aku tidak mau kamu kehujanan dan sakit."
" Oh iya bang, bagaimana abang bisa mengambil cincin ini dari mbak Riati."
" Hahahah… banyak jalan menuju Roma. Kamu tidak usah pikirkan itu."
Jawaban Kai sungguh membuat Kiran penasaran. Ia tahu betul sifat Riati, kakak sepupunya itu tidak mungkin menyerahkan apa yang sudah ada di tangannya dengan begitu saja.
🍀🍀🍀
7 hari selepas kepergian ibu nya, kini Kiran sudah bersiap untuk berjualan. Dan keluarga bude Martiyah serta sepupunya Riati tidak lagi mengganggu Kiran. Rupanya ancaman Kai cukup ampuh untuk meredam kejahatan keluarga bude Martiyah itu.
Pukul 3 pagi Kiran sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan dagangan jamunya. Kemarin dia sudah izin kepada sang suami untuk kembali berjualan. Kai pun mengizinkan Kiran dengan catatan Kiran tidak boleh capek.
" Boleh asalkan kamu tidak lelah. Aku tidak ingin yang kamu kerjakan itu menjadi hal yang membuatmu kelelahan."
Seperti itulah ucapan Kai. Kiran tersenyum, ia sungguh bahagia suaminya itu menghormati apa yang dia inginkan.
" Kamu sudah bangun?"
" Eh bang… berisik ya. Maaf ya jadi kebangun abang nya."
" Ndak kok, aku juga biasa bangun jam segini."
Kayak terlalu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ia memang biasa bangun di sepertiga malam untuk melakukan sholat malam meskipun hanya dua rakaat.
Beberapa hari tinggal bersama Kiran memang belum pernah melihat Kai terbangun saat dini hari. Kai pun keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah oleh air wudhu.
" Bang… Abang kok nggak pernah bangunin Kiran kalau mau sholat malam?"
" Eh… maaf… abang lihat setelah ibu meninggal kamu kelihatan sedih dan capek. Abang nggak tega mau bangunin nya."
Kiran mengangguk mengerti. Dia memang merasa capek, tapi bukan capek pada fisik melainkan hati dan pikirannya. Ditinggalkan orang yang begitu dia sayangi membuatnya kehilangan pegangan. Beruntung Kai selalu membesarkan hatinya.
Kai masuk ke kamar untuk sholat dan Kiran melanjutkan aktivitasnya. Tak berselang lama Kai yang sudah selesai sholat menghampiri Kiran.
" Ada yang bisa abang bantu?"
Kiran berpikir sejenak, apa yang bisa dilakukan oleh suaminya itu.
" Abang bisa ambilkan panci, nah kalau sudah diambil ini dituang ke panci lalu direbus."
" Siap…."
Kai mengikuti instruksi sang istri. Kiran sungguh bersyukur suami bule nya itu mau membantu pekerjaannya. Dan Kai melakukan semuanya dengan sangat sempurna.
Hahahah, CEO A-DIS gaes… biasanya memegang keyboard komputer ini pegang panci. Kiran hanya kamu yang bisa menyuruhku seperti ini, Kai bergumam dalam hati.
" Oh iya kiran kok tangan kamu jadi berwarna kuning. Dulu abang sempat melihatnya tapi takut bertanya."
Kiran mengangkat tanganya, " Oh ini… ini karena kunyit bang. Kiran kan buat jamu kunyit asam bahan utamanya yakni rempah kunyit nah prosesnya kan di tumbuk lalu diperas jadi nya tangan Kiran ikut kuning."
Kai mangguk mangguk tanda ia paham. Pasangan suami istri itu pun saling bantu membantu menyiapkan dagangan jamu sampai adzan subuh berkumandang semuanya pun selesai.
" Alhamdulillaah…. Abang kalau mau ke masjid nggak apa apa. Ini sudah selesai kok. Oh iya Kiran setelah ini ke tukang sayur ya?"
Kai mengangguk lalu kemudian bersiap menuju ke masjid. Sudah beberapa hari ini Kai diminta untuk sholat di masjid karena Kiran sedang berhalangan.
" Baiklah saat nya ke tukang sayur buat masak sarapan."
Kiran keluar dari rumah lalu berjalan ke depan untuk mencari tukang sayur langganannya. Di daerahnya terdapat tukang sayur yang biasa mangkal saat subuh.
" Mau beli apa mbak Kiran."
" Mas. Saya mau ayam ½ kg sama kangkung, tahu, tempe, cabe, bawang merah, bawang putih."
" Siap….ini mbak."
" Makasih mas."
Setelah menyerahkan uang dan menerima barang belanjaannya Kiran segera pulang ke rumah. Entah mengapa perasaannya tiba tiba tidak enak.
Saat ia hendak berbelok ke rumahnya tiba tiba ia merasa diikuti. Dan bugh…… seseorang memukul punggung Kiran. Kiran masih sempat berbalik dan melihat orang tersebut
" Ka-kamu…"
TBC
ngekek guling2 dah